Teori Tempat Pusat Agropolitan

43

2.7.4. Teori Tempat Pusat

Dikembangkan oleh Christaller dan August Losch yang membahas susunan urban centre dan didasari keinginan meminimalkan biaya dan juga memperhatikan penyebaran permukiman, desa, dan kota yang ukurannya berbeda. Perbedaan ini membentuk suatu pusat pelayanan bagi wilayah disekitarnya yang disebut daerah komplementer dan membentuk suatu hirarki Daljoeni, 1992. Menurut teori Christaller tahapan pembentukan daerah pemasaran dimulai dari terbentuknya daerah penawaran dan pemasaran karena adanya jarak ekonomi dan berupa lingkaran dengan radius tertentu. Selanjutnya timbul lingkungan pemasaran lain dan persaingan secara spasial. Keterangan : Dusun Batas wilayah pelayanan dusun Batas wilayah pelayanan perdagangan kota Sumber : Christaller dalam Tarigan, 2004 Gambar 2.4. Tahapan Pembentukan Wilayah Pemasaran Usaha untuk memperluas daerah pemasaran dilakukan setelah ada perbaikan sarana dan prasarana serta adanya perbaikan proses produksi. Perkembangan radius wilayah penawaran dan pemasaran menimbulkan overlapping yang menguntungkan konsumen. Adanya pilihan terhadap jarak • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 44 tempuh yang terdekat membentuk daerah pemasaran segi enam yang merupakan bentuk yang paling efisien.

2.7.5. Agropolitan

Agropolitan adalah konsep pengembangan agribisnis yang memanfaatkan fasilitas perkotaan. Pusat memiliki kemampuan tinggi untuk membangkitkan dan melakukan perubahan inovatif, sedangkan lingkungan merupakan daerah pelengkap yang tergantung pada pusat wilayah dan sebagian pengembangannya ditentukan institusi pemerintah pada pusat wilayah. Konsep ini lebih menekankan kepentingan rakyat banyak dan aspek lingkungan serta suistainable. Agropolitan adalah suatu wilayah yang dapat didefinisikan sebagai areal pedesaan yang mempunyai populasi efektif paling tidak 200 jiwakm 2 dan jumlah penduduk berkisar 50.000 sampai dengan 200.000 jiwa. Wilayah agropolitan ini dapat berupa suatu pusat kota atau pedesaan yang mempunyai populasi yang menyebar Friedmann dan douglass, 1975; Rondinelli, 1985 :9. Kunci keberhasilan pengembangan agropolitan adalah dengan memposisikan wilayah ini dalam suatu unit pemerintahan yang mempunyai otonomi sendiri dan mampu merencanakan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Pemerintahan pusat lebih berperan sebagai pendorong melalui dukungan material, keuangan, dan sumber daya teknis terhadap inisiatif pengembanganHadi,.ed.2004 Komponen-komponen pokok dari pendekatan agropolitan adalah kondisi dasar bagi realisasinya, kerangka kerja wilayah, perluasan wilayah, peranan pemerintah. Menurut Friedmann dan Dauglass 1976: 38-40. 45 Hadi. ed. 2004:12 mengemukakan, bahwa pengembangan kawasan agropolitan menekankan pada hubungan antara kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan secara berjenjang. Pengembangan kota-kota kecil dan sedang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan, sebab dengan tumbuhnya kota-kota tersebut kebutuhan fasilitas-fasilitas dasar dapat terpenuhi dan pasar untuk produk-produk perdesaan dapat dikembangkan. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan agropolitan menurut hadi.ed 2004 adalah terletak pada empowerment terhadap masyarakat yang sering tidak dilakukan terlebih dahulu dan belum diantisipasinya kemungkinan percepatan konversi lahan pertanian ke penggunaan lain dalam bentuk penataan ruang agropolitan. 46

BAB III KAJIAN UMUM KABUPATEN BANGKA