41
2.7. Strategi Pengembangan Kewilayahan 2.7.1. Paradigma Development from Above School
Development from Above memandang pengembangan wilayah sebagai
suatu yang sangat penting yang dimulai dari Core dan growth Centers dan diharapkan menetes ke daerah periphere dan hinterland. Konsep ini bertujuan
untuk mencapai integrasi fungsional dimana wilayah maju diperluas kepada wilayah tertinggal dan sumber daya wilayah tertinggal dibuat lebih aksesibel
terhadap wilayah maju. Myrdal dalam Jhingan 2004:214 mengungkapkan pembangunan yang lebih tinggi akan semakin memperkuat dampak sebar dan
cenderung menghambat arus ketimpangan wilayah. Sejarah pengembangan ekonomi Indonesia hingga akhir 1997, trickle down
effect tidak seperti yang diharapkan. Tingkat kesenjangan dalam pembagian
Pendapatan Nasional serta kemiskinan semakin meningkat Tambunan, 2003 :82. Myrdal dalam Jhingan 2004:212 mengungkapkan sebab utama ketimpangan
regional adalah kuatnya backwash effects dan lemahnya spread effects.
2.7.2. Growth Pole
Secara fungsional pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentris kelompok usaha yang sifat hubungannya, memiliki unsur-unsur kedinamisan
sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun keluar. Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki fasilitas
dan kemudahan hingga menjadi pusat daya tarik usaha dan masyarakat guna memanfaatkan fasilitas tersebut. Pusat pertumbuhan dicirikan dengan adanya
hubungan intern antar berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,
42
multiplier effect , konsentrasi geografis, dan mendorong pertumbuhan daerah
belakangnya Tarigan, 2004 :151. Growth Pole adalah konsep yang menekankan pembangunan industri leading, apresiasi terhadap lingkungan rendah, tumbuhnya
kesenjangan antar wilayah, dan wilayah terpinggirkan Nurzaman, 2002 : 3. Konsep growth pole sangat menekankan investasi pada industri-industri padat
modal di pusat-pusat urban utama Hadi.ed., 2004. Ambardi 2002 : 50 mengemukakan konsep pusat pertumbuhan wilayah
kurang memberikan perhatian pada pemerataan dan rasa keadilan bagi daerah yang terbelakang. Tambunan 2003 juga mengemukakan efek menetes ke bawah
sulit untuk diharapkan akan terjadi pada konsep Growth Pole, tetapi Myrdal dalam Jhingan 2004:213 mengungkapkan wilayah di sekitar pusat
perkembangan akan memperoleh keuntungan dari meningkatnya pasar produk pertanian dan bersamaan dengan itu kemajuan teknik akan tumbuh.
2.7.3. Paradigma Development from Below School
Development from Below School merupakan pengembangan dari bawah,
dimana masyarakat mengambil kendali atas institusi mereka guna menciptakan gaya hidup mereka sendiri. Paradigma ini merupakan kebalikan dari paradigma
Development from Above School dan esensinya adalah bagaimana melihat
pengembangan sebagai proses mobilisasi sumber daya daerah secara maksimum guna menciptakan otonomi wilayah melalui integrasi semua aspek kehidupan
suatu wilayah baik sumber daya, lanskap, kultur maupun iklim Weaver dalam Bingham, 1993 : 52. J.H. Boeke dalam Jhingan 2004:203 mengungkapkan
bahwa desakan untuk membangun seharusnya datang dari rakyat sendiri.
43
2.7.4. Teori Tempat Pusat