18
per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah limbah padat berupa
limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah limbah padat RS sebesar
376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari
lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit.
Rumah Sakit di Indonesia menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju,
jumlah limbah diperkirakan 0,5-0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per hari.
2.2. STANDAR BAKU MUTU
Peraturan pemerintah RI No. 85 tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah berbahaya
dan beracun menetapkan bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan,
bahwa dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang
dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
Mengubah ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, sebagai berikut: a Pasal 6 limbah B3 dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi; b Pasal 7 Jenis
limbah B3 menurut sumbernya meliputi: Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; Limbah B3 dari sumber spesifik; serta Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 seperti
19
tercantum dalam lampiran I Peraturan Pemerintah ini. Uji karakteristik limbah B3 meliputi: mudah meledak; mudah terbakar; dan bersifat reaktif; beracun;
menyebabkan infeksi; dan bersifat korosif. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik. Daftar limbah dengan kode limbah D220,
D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji karakteristik dan atau uji toksikologi, serta c Pasal 8 Limbah yang dihasilkan
dari kegiatan yang tidak termasuk dalam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini, apabila terbukti memenuhi pasal 7 ayat 3 dan atau 4 maka
limbah tersebut merupakan limbah B3 sertan Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan
dari daftar tersebut oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan
prosedur yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis, lembaga penelitian terkait dan penghasil
limbah. Pembuktian secara ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan berdasarkan: uji karakteristik limbah B3; uji toksikologi; dan atau hasil studi yang
menyimpulkan bahwa limbah yang dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan
lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 akan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis
dan lembaga penelitian terkait.
20
Baku Mutu Emisi Udara Untuk Insinerator Menurut Keputusan KABAPELDA No:Kep-03BAPEDAL091995
No. Parameter
Satuan Kadar
Maximum 1.
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 Debu partikel
Sulfur dioksida – SO2 Nitrogen dioksida – NO2
Hidrogen Fluorida – HF Hidrogen Klorida - HCL
Karbon monoksida – CO Total Hidrokarbon – CH4
Arsen – As Kadmium – Cd
Kromium – Cr Timbal – Pb
Merkuri -Hg MgrNm3
MgrNm3 MgrNm3
MgrNm3 MgrNm3
MgrNm3 MgrNm3
MgrNm3 MgrNm3
MgrNm3 MgrNm3
MgrNm3 50
250 300
10 70
100 35
1 0,2
1 5
02
Pada dasarnya, keberadaan instalasi pengolahan air limbah IPAL adalah untuk mengolah air limbah sehingga memenuhi persyaratan baku mutu limbah.
cair Rumah Sakit Pupuk Kaltim Limbah rumah sakit mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan
limbah yang dihasilkan oleh unit usahaindustri lainnya yaitu dalam hal kandungan bahan infeksius dan kandungan bahan organik yang tinggi. Adanya
bahan pencemar pada perairan, tidak hanya merusak ekosistem perairan tersebut yang menyebabkan kematian organisme secara langsung, tetapi juga mengurangi
atau melemahkan daya adaptasi, bertahan dan kemampuan untuk tumbuh, serta berkembang biak Anderson dan d’Appollonia, 1978.
21
Adanya peraturan perundangan-undangan yang mengharuskan pengolahan terlebih dahulu semua limbah cair yang akan dibuang ke badan air sehingga
memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan, menyebabkan Rumah Sakit Pupuk Kaltim membangun IPAL guna memenuhi baku mutu yang ditetapkan, walaupun
untuk itu dibutuhkan dana yang relatif besar. Akan tetapi komitmen untuk menciptakan lingkungan yang bersih merupakan hal yang paling mendasar yang
ada pada pemegang keputusan sehingga IPAL ini dapat terwujud dan dioperasikan dengan baik sampai saat ini.
Fluktuasi limbah cair yang dihasilkan bervariasi, tergantung pada jumlah pasien yang dirawat dan juga tergantung pada beberapa kegiatan yang dilakukan
oleh para karyawan petugas. Dengan demikian beban IPAL ini juga menjadi bervariasi sehingga hasil akhir luarannya juga bervariasi. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemantauan yang terus menerus sehingga didapatkan kondisi operasi yang paling sesuai.
Kondisi kualitas influen dan efluen limbah cair dari IPAL tersebut seharusnya dipantau secara terus menerus dan didokumentasikan, karena
pemantauan kualitas influen dan efluen tersebut harus dilakukan oleh suatu badan yang independen dan berwenang yang mahal biayanya, maka perlu dicarikan
alternatif-alternatif pemantauan secara terus menerus tetapi murah biayanya dan dapat dipercaya. Di Provinsi Kalimantan Timur, baku mutu air limbah rumah
sakit adalah seperti yang tercantum pada Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 26 tahun 2002 Lampiran I Nomor 27 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Rumah Sakit.
22
Parameter SK Gubernur Kaltim No. 26 Thn. 2002 Lamp. I No, 27 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit
PARAMETER KADAR
MAKSIMUM SATUAN
METODA ANALISIS
FISIKA Suhu 30
C Elektrometri KIMIA
pH 6 – 9
Elektrometri NH
3
N Ammonia bebas
0,50 mgl AAS
PO
4
Phosphat Total 2 mgl Kolorimetri
Total Suspended Solid 100 mgl Gravimetri
C O D 100
mgl Tetrimetri
B O D
5
50 mgl
Winkler MIKROBIOLOGI
MPN, Kuman Gol. Koli100 ml
10.000 Colunit Pencacahan
RADIOAKTIVITAS
32
P 7 x 10
2
Bql Geiger Counter
33
S 2 x 10
3
Bql Geiger
Counter
43
Ca 3 x 10
2
Bql Geiger
Counter
31
Cr 7 x 10
4
Bql Geiger
Counter
67
Ga 1 x 10
3
Bql Geiger
Counter
83
Sr 4 x 10
3
Bql Geiger
Counter
99
Mo 7 x 10
3
Bql Geiger
Counter
113
Sn 3 x 10
3
Bql Geiger
Counter
123
I 1 x 10
1
Bql Geiger
Counter
131
I 7 x 10
1
Bql Geiger
Counter
192
Ir 1 x 10
4
Bql Geiger
Counter
201
Ti 1 x 10
3
Bql Geiger
Counter Apabila kualitas air limbah yang masuk ke instalasi pengolahan air limbah
tersebut telah memenuhi baku mutu, maka air limbah tersebut boleh langsung dibuang ke badan air sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur
No. 339 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Lingkungan. Parameter yang diukur pada Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 26 Tahun 2002
Lampiran I Nomor 27 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit meliputi Suhu, BOD, COD, TSS, pH, NH Bebas, Fosfat, Kandungan Logam Berat, Total
Bakteri, logam berat dan ikan.
23
a. Suhu