kemampuan tertentu dalam menangkap apa yang terdapat dalam objek, juga harus memiliki ketertarikan terhadap objek yang diamati. Kedua, objek juga harus
memiliki kualitas daya tarik tau rangsang bagi subjek pengamat. Jika kedua hal tersebut terpenuhi, maka penghayatan akan terwujud maksimal.
2.2.2 Drama
Secara estimologis kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya Harymawan dalam
Dejowati, 2010: 7. Sehingga dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa drama merupakan perbuatan dan tindakan. Drama merupakan jenis seni yang
paling langsung berhubungan dan menggambarkan kehidupan dari pada bentuk tulisan yang lain Grebanier dalam brahim, 1968: 47. Selanjutnya diperjelas oleh
pendapat Ferdinand, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku
dalam Dejowati, 2010: 7. Drama mempunyai arti luas yakni segala pertunjukan yang
menggunakan mimik Brahim, 1986: 51. Jadi drama merupakan seni pertunjukan dimana penonton dalam menilai pertunjukan tersebut baik atau tidak itu
berdasakan ekspresi mimik wajah dalam penjiwaan pemain. Kemudian Wijanto mengemukakan arti luas drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung
cerita yang dipertunjukan di depan orang banyak dalam Dejowati, 2010: 8. Menurut Harymawan, drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog
yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton 1986: 228
2.2.3 Teater tradisional
Teater berasal dari kata Yunani , theatron, yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Perkembangan kata teater memiliki arti yang lebih luas dan
diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukan di depan orang banyak Murgiyanto, 1996: 9. Teater diartikan sebagai drama yakni lakon atau kisah
hidup manusia yang dipertunjukan di atas pentas dan di saksikan oleh orang banyak Bandem, 1996: 9. Kesenian tradisional termasuk di dalamnya teater
adalah sebuah bentuk kesenian yang hidup dan berakar dalam masyarakat daerah Kayam dalam Dejowati, 2010: 80. Kesenian tersebut biasanya memelihara
tradisi budaya daerah. Oleh karena itu kesenian tersebut akan memiliki ciri-ciri ketradisionalan dan kedaerahan.
Ciri-ciri teater tradisional menurut pendapat Kayam sebagai berikut pertama, ruang lingkup jangkauan terbatas pada lingkungan budaya yang
mendukungnya; kedua, berkembang secara perlahan akibat dari dinamikan yang lamban dari masyarakat tradisional; ketiga, tidak terspesialisasi; keempat, bukan
merupakan hasil kreativitas individu, anonim, dan hasil karya kolektif masyarakat yang mendukungnya. Berbeda dengan pendapat Ahmad dalam Dejowati 1999:
79, yakni didasarkan dengan intunisi para pemainnya, dan penggunaan berbagai media ekspresi yang padu. Teater tradisi merupakan peninggalan nenek moyang
yang pastinya pada jaman dahulu di gunakan sebagai upacara keagamaan dan upacara adat. Menurut penjelasan Dejowati, mulanya teater tradisional ini
merupakan bagian dari upacara keagamaan dan upacara adat yang telah ada sejak zaman pra-Hindu 2010, 79. Penjelasan oleh Satoto bahwa, teater rakyat atau
teater tradisi adalah sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat dan pendukungnya.
2.2.4 Ketoprak