Akuntabilitas Kinerja TELAAH TEORI

keuangannya kepada BPK maka kemungkinan untuk muncul audit delay yang panjang semakin besar. Dalam instansi pemerintahan di Indonesia proses audit hanya dapat dilakukan jika pemerintah daerah telah menyerahkan laporan keuangannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan BPK. BPK selanjutnya akan mengeluarkan surat tugas audit kepada auditor yang dimilikinya untuk melakukan pekerjaan lapangan pada pemerintah daerah yang bersangkutan. Surat tugas audit ini berisi lamanya waktu yang diberikan oleh auditor dalam melakukan pekerjaan lapangan. Sehingga besar kecilnya permasalahan dan temuan yang dihadapi oleh BPK pada saat melakukan pemeriksaan atau audit tidak akan mempengaruhi lamanya waktu pekerjaan lapangan. Hal ini berbeda dengan proses audit yang terjadi pada sektor swasta di mana auditor dalam melakukan pekerjaan lapangan tidak diberikan batas waktu. Berdasarkan pada hal tersebut maka audit delay yang terjadi pada pemerintah kabupatenkota di Indonesia lebih dipengaruhi oleh kapan audit dimulai. Artinya lamanya audit delay dipengaruhi oleh lamanya pemerintah daerah dalam menyusun laporan keuangan dan menyerahkan laporannya kepada BPK.

2.5. Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas itu sendiri merupakan suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau badan hukum dan pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban Lembaga Administrasi Negara, 2003 dalam Anjarwati, 2012. Mardiasmo 2009:20-21 mengemukakan bahawa akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah agent untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah principal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu 1 akuntabilitas vertikal vertical accountability, dan 2 akuntabilitas horisontal horizontal accountability. Pertanggungjawaban vertikal vertical accountability adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban horisontal horizontal accountability adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas Mardiasmo, 2002:21. Sejak bergulirnya era reformasi masyarakat Indonesia menuntut untuk dilakukannya transparansi dalam tubuh pemerintah, masyarakat ingin mengetahui apakah kinerja pemerintah telah ekonomis, efektif, dan efisien. Terlebih lagi Indonesia adalah negara demokrasi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat. Sadjiarto 2000 mengemukakan pemerintah demokrasi menjalankan dan mengatur kehidupan rakyat dalam bernegara dengan mengeluarkan sejumlah aturan serta mengambil dan menggunakan sumber dana masyarakat. Pemerintah wajib memberikan pertanggungjawabannya atas semua aktivitasnya kepada masyarakat. Oleh karenanya pada tahun 1999 dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Seperti yang tercantum di dalamnya Inpres ini dikeluarkan dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Inpres ini menjelaskan bahwa akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilankegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban periodik. Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran visi, misi, dan strategi instansi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Inpres ini juga menginstruksikan untuk dilaksanakannya pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah AKIP dengan lebih baik, pelaporan ini selanjutnya disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP. Indikator penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terdiri dari lima komponen, yaitu: a. Perencanaan kinerja Bobot 35 Penilaian perencanaan kinerja terdiri atas penilaian terhadap rencana strategis dan perencanaan kinerja tahunan. b. Pengukuran kinerja Bobot 20 Penilaian pengukuran kinerja terdiri atas penilaian terhadap pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran. c. Pelaporan kinerja Bobot 15 Penilaian pelaporan kinerja terdiri atas penilaian terhadap pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja. d. Evaluasi kinerja Bobot 10 Penilaian evaluasi kinerja terdiri atas penilaian terhadap pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi. e. Capaian kinerja Bobot 20 Penilaian capaian kinerja terdiri atas penilaian terhadap kinerja yang dilaporkan output, kinerja yang dilaporkan outcome, kinerja tahun berjalan, dan kinerja lainnya.

2.6. Ukuran Daerah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

6 13 129

PENGARUH AKUNTABILITAS KINERJA, TIPE PEMERINTAH DAERAH, TEMUAN AUDIT, DAN OPINI AUDITOR Pengaruh Akuntabilitas Kinerja, Tipe Pemerintah Daerah, Temuan Audit, Dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Indonesia.

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Akuntabilitas Kinerja, Tipe Pemerintah Daerah, Temuan Audit, Dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Indonesia.

0 4 11

Hasil Pengambilan Sampel Pengaruh Akuntabilitas Kinerja, Tipe Pemerintah Daerah, Temuan Audit, Dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Indonesia.

0 3 15

PENGARUH AKUNTABILITAS KINERJA, TIPE PEMERINTAH DAERAH, TEMUAN AUDIT, DAN OPINI AUDITOR Pengaruh Akuntabilitas Kinerja, Tipe Pemerintah Daerah, Temuan Audit, Dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Indonesia.

2 8 19

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LABA/RUGI OPERASI, OPINI AUDITOR DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP AUDIT DELAY Pengaruh Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Opini Auditor Dan Reputasi Auditor Terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang t

0 2 16

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LABA/RUGI OPERASI, OPINI AUDITOR DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP AUDIT DELAY Pengaruh Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Opini Auditor Dan Reputasi Auditor Terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang t

0 2 12

Pengaruh karakteristik auditing, politik dan auditor terhadap audit delay pada pemerintah daerah di Indonesia COVER

0 0 16

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN KAP, SOLVABILITAS, AUDITOR SWITCHING, DAN OPINI AUDIT TERHADAP AUDIT DELAY - Perbanas Institutional Repository

0 0 21

PENGARUH KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDITOR TERHADAP LAMANYA AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 1 11