Tonsil Faringeal Adenoid Tonsil Lingual

Gambar 2. Pendarahan tonsil palatina 18 Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda deep jugular node bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada. 1,18 Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX nervus glosofaringeal dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves. 1,18

2. Tonsil Faringeal Adenoid

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi. 1,18 8 Gambar 3. Tonsil faringeal denoid 23

3. Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. 1 Gambar 4. Tonsil lingual 22

b. Mekanisme Pertahanan Spesifik

Mekanisme pertahanan yang terpenting dalam pertahanan tubuh terhadap udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi Ig-A yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping itu tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan Ig-E yang berfungsi untuk 9 mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu histamin 15 . Bila ada alergen maka alergen itu akan bereaksi dengan Ig-E, sehingga permukaan sel membrannya akan terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses ini menyebabkan keluarnya histamin, sehingga timbul reaksi hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema 12 . Dengan teknik immunoperoksidase, dapat diketahui bahwa Ig-E dihasilkan dari plasma sel, terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil 15 . Mekanisme kerja Ig-A adalah mencegah substansi masuk ke dalam proses immunologi, sehingga dalam proses netralisasi dari infeksi virus, Ig-A mencegah terjadinya penyakit autoimun. Oleh karena itu Ig-A merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk menghambat proses bakteriolisis 12,15 .

c. Tonsilitis 1. Definisi dan Klasifikasi Tonsilitis

Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Peradangan ini bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Menurut Soepardi 2007 macam-macam tonsillitis yaitu: a. Tonsilitis akut Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. 1. Tonsilitis Viral Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka- lukakecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan klien. 18 2. Tonsilitis bakterial Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus viridan, dan Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan 10 detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. 18 b. Tonsilitis Membranosa Ada beberapa macam tonsillitis membranosa yaitu tonsillitis difteri, tonsillitis septic, dan Angina Plaut Vincent. 1. Tonsilitis difteri Tonsillitis difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, bakteri gram positif dan hidup di saluran pernafasan bagian atas yaitu hidung, faring, dan laring. Tidak semua orang yang terinfeksi kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergantung pada titer anti toksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup untuk memberikan dasar imunitas. 18 Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun. Penularannya melalui udara, benda atau makanan yang terkontaminasi. Masa inkubasinya 2-7 hari. Gejalanya ditandai dengan kenaikan suhu subfebril, nyeri tenggorok, nyeri kepala, penurunan nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat. Pada pemeriksaan rongga mulut didapatkan tonsil membesar dengan ditutupi bercak putih yang makin lama meluas dan menyatu membentuk membrane semu. Membran ini melekat erat dan jika diangkat akan menimbulkan pendarahan. 18,20 2. Tonsilitis septik Tonsillitis septic sering disebabkan oleh Streptococcus hemoliticus yang sering terdapat pada susu sapi. Hal ini pernah dilaporkan sampai terjadi epidemik karena kebiasaan minum susu sapi segar di kalangan masyarakat. Di Indonesia, susu sapi dimasak dahulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan. 18,20 3. Angina Plaut Vincent Angina plaut vincent stomatitis ulsero membranosa disebabkan oleh bakteri spirochaeta atau triponema. Faktor predisposisi penyakit ini adalah karena kurangnya tingkat kebersihan mulut dan defisiensi vitamin c. Gejalanya biasa diawali dengan demam sampai 39 derajat Celsius, nyeri kepala, badan lemah, gusi berdarah, hipersalivasi dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan rongga mulut didapatkan faring hiperemi, tampak membran putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi, serta presesus alveolaris. Sering juga muncul bau mulut dan pembesaran kelenjar sub mandibula. 18,20 4. Penyakit kelainan darah 11 Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. 18 c. Tonsilitis Kronis Tonsillitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten. Beberapa referensi menyebutkan bahwa adanya gejala tonsil berulang dan nyeri tenggorokan menetap durasi 3 bulan. Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut. 18

2. Etiologi