Etiologi Patofisiologi PORTOFOLIO jefri

Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. 18 c. Tonsilitis Kronis Tonsillitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten. Beberapa referensi menyebutkan bahwa adanya gejala tonsil berulang dan nyeri tenggorokan menetap durasi 3 bulan. Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut. 18

2. Etiologi

Beberapa organisme bakteri, jamur, virus, dan parasit dapat m enyebabkan tonsillitis. Jenis yang paling sering menyebabkan tonsillitis adalah infeksi bakteri Streptococcus beta hemolitikus grup A SBHGA. Bakteri ini adalah flora normal pada rongga mulut namun bisa berubah menjadi agen infeksiu karena beberapa faktor yang menyertai. Selain itu infeksi juga bisa disebabkan oleh Hemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia dan morexella catarrhalis. Bakteri gram negatif juga bisa menjadi penyebab seperti Enterobacter, Pseudomonas aeruginosa, dan E. coli. 7 Tonsilitis yang disebabkan oleh virus pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus karena dapat sembuh sendiri dengan respon imunitas tubuh yang baik. Penyebab penting dari infeksi virus adalah ebstein barr virus, adenovirus, influenza A, dan Herpes simpleks. Infeksi jamur oleh Candida sp juga bisa menjadi penyebab tonsillitis terutama pada bayi dan orang dengan immunocompromised. Penyebaran infeksi bisa melalui udara droplet, tangan, dan kontak dengan air liur. 1,7,10

3. Patofisiologi

Patogen yang menginfeksi pada tubuh kita berupa bakteri atau virus yang masuk melalui hidung atau mulut dapat terjadi secara aerogen ataupun foodform. Tonsil berperan sebagai filter terhadap organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi. Pada keadaan dimana patogen yang masuk terlalu banyak , paparan pathogen yang terjadi berkali-kali, atau kondisi tonsil yang tidak optimal, infeksi akan terjadi dan dinamakan tonsilitis. Patogen 12 akan menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka akan muncul reaksi dengan infiltrasi sel polimorfonuklear dari jaringan limfoid superfisial. Reaksi yang timbul adalah reaksi peradangan sehingga muncul edema, hiperemis, dan nyeri menelan. Infiltrasi polimorfonuklear membuat tonsil terlihat seperti bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. 1,13,18

4. Faktor Resiko