Proses Inventarisasi Cerita Rakyat

mencakup dua hal yakni mencegah pengaruh budaya asing dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan. Nikolaidou 2006 juga mengumpulkan cerita rakyat secara digital dalam jurnal internasionalnya yang berjudul A Multi-layer Metadata Schema for Digital Folklore Collections. Dalam jurnal tersebut folklor dikelompokan menurut jenisnya. Adapun jenis tersebut adalah 1 sub-koleksi catatan, yakni ditulis dalam bentuk tulisan, 2 sub-koleksi fotografi, dan 3 sub-koleksi objek atau benda. Pengelompokan tersebut berguna untuk mempermudah dalam penggolongan jenis warisan budaya. Mughal 2010 dalam jurnal internasionalnya yang berjudul Heritage Preservation in Pakistan from National and International Perspectives mengungkapkan betapa pentingnya mengumpulkan warisan budaya, baik yang berupa tradisi lisan maupun arsitektur. Pelestarian warisan budaya di Pakistan mencakup pada: 1 sisa-sisa arsitektur dan monumen, 2 kota-kota bersejarah dan wilayah urban, 3 daerah berbudaya, 4 situs arkeologi, 5 warisan budaya di wilayah konflik, dan 6 tempat pariwisata yang berhubungan dengan budaya.

2.2.1.1 Proses Inventarisasi Cerita Rakyat

Penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara dikerjakan dalam beberapa tahapan. Menurut Danandjaya 2002: 193 tahap-tahapan dalam penelitian sastra adalah tahap prapenelitian di tempat, tahap penelitian di tempat, dan tahap pembuatan naskah cerita rakyat bagi pengarsipan. Ketiga tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1 Tahap prapenelitian di tempat : pada tahapan ini peneliti dituntut untuk mengetahui situasi dan kondisi tempat dimana dia akan melakukan penelitian. Menurut Endraswara 2005: 215 hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum ke tempat penelitian adalah : a menyusun rancangan penelitian yang menggambarkan permasalahan dengan jelas, b memahami pengetahuan tentang sastra lisan dan kebudayaan, c menguasai psikososial, psikobudaya, dan latar belakang informan, d penguasaan bahasa lokal atau bahasa khas. 2 Tahap penelitian di tempat : merupakan tahap dimana peneliti melakukan pengumpulan data, pengelompokan dan analisis. Pada tahapan ini peneliti mulai melakukan wawancara kepada para informan. Tahapan ini menuntut peneliti untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat daerah tersebut atau minimal dengan para informan. 3 Tahap pembuatan naskah cerita rakyat untuk pengarsipan: pada tahapan ini peneliti harus mengatahui tata cara penulisan cerita rakyat untuk pengarsipan. Adapun aturannya antara lain naskah cerita rakyat yang telah dikumpulkan harus diketik spasi rangkap di atas kertas HVS tebal dengan ukuran kuarto, naskah tersebut harus ketikan asli, dan setiap cerita rakyat dipisahkan menurut jenisnya masing-masing. Berdasarkan tahapan-tahapan yang diungkapkan oleh Danandjaya di atas, maka penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara juga akan melalui ketiga tahapan tersebut. Pada tahap prapenelitian peneliti akan melakukan observasi di Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kabupaten Jepara dan di Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara, kemudian melakukan observasi pendahuluan di seluruh kecamatan di Kabupaten Jepara untuk mencari informasi mengenai informan atau narasumber yang akan diwawancarai. Tahap selanjutnya adalah tahap penelitian di tempat. Pada tahapan ini peneliti akan melakukan proses wawancara kepada narasumber yang sudah ditentukan pada tahapan sebelumnya. Pada saat proses wawancara dilakukan pendokumentasian hasil wawancara berupa catatan tertulisa dari tuturan para narasumber. Setelah itu dilanjutkan dengan mengamati tempat-tempat yang berhubungan dengan suatu cerita rakyat. Setelah tahapan prapenelitian dan penelitian di tempat selesai dilanjutkan dengan tahap pembuatan naskah cerita rakyat untuk pengarsipan. Pada tahapan ini akan dilakukan analisis satuan naratif pada setiap cerita rakyat, menyusun cerita rakyat ke dalam bentuk wacana bahasa Jawa, dan menyusun cerita rakyat ke dalam buku kumpulan cerita rakyat di Kabupaten Jepara.

2.2.2 Cerita Rakyat