Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian lain yang bisa dijadikan referensi pada skripsi Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara adalah penelitian yang dilakukan oleh Alaydrus dkk 1994, Hendroyono 2006, Setyaningrum 2014, Halim 2014, Nur Sa’ah 2014, dan Mawarni 2014. Alaydrus dkk 1994 melakukan penelitian dengan judul Inventarisasi Cerita Rakyat di Kabupaten Demak. Penelitian tersebut mengumpulkan legenda- legenda yang ada di Kabupaten Demak. Alaydrus mengungkap hubungan antara legenda yang ada di Kabupaten Demak dengan keadaan sosial masyarakat setempat. Selain itu penelitian ini juga menguak pengaruh legenda di Kabupaten Demak terhadap perkembangan wisata daerah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Alaydrus adalah sama-sama menginventarisasi cerita rakyat, namun terdapat pula perbedaannya. Perbedaan tersebut terletak pada produk yang dihasilkan. Penelitian ini menghasilkan buku kumpulan cerita rakyat di Kabupaten Jepara, sedangkan penelitian Alaydrus tidak dibuat dalam bentuk buku. Setyaningrum 2014 dalam skripsi Inventarisasi Cerita Rakyat di Kabupaten Boyolali berhasil menginventarisasikan cerita rakyat yang ada di Kabupaten Boyolali, diantaranya adalah kisah Ki Ageng Pandanaran, Umbul Tlatar, Dumadine Desa Tumang, dan Alas Wanatara. Setyaningrum dalam penelitiannya menginventarisasi empat belas cerita rakyat yang ada di Kabupaten Boyolali. Upaya penginventarisasian cerita rakyat di Kabupaten Boyolali dilakukan dengan tujuan agar cerita rakyat tersebut tidak punah tergerus zaman modernisasi. Persamaan penelitian Setyaningrum dengan penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara adalah sama-sama mengumpulkan atau melestarikan cerita rakyat dalam bentuk buku kumpulan cerita rakyat. Adapun perbedaannya terletak pada daerah yang akan diteliti. Penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara melestarikan cerita rakyat di Kabupaten Jepara, sedangkan penelitian Setyaningrum menginventarisasi cerita rakyat di Kabupaten Boyolali. Penelitian selanjutnya yang bisa dijadikan referensi adalah skripsi Halim 2014 yang berjudul Inventarisasi Cerita Rakyat di Kabupaten Grobogan. Penelitian tersebut menginventarisasikan cerita rakyat yang terdapat di Kabupaten Grobogan. Penelitian yang dilakukan oleh Halim menggunakan pendekatan objektif dan metode kualitatif deskriptif. Halim berhasil menginventarisasikan tiga belas cerita rakyat yang ada di Kabupaten Grobogan. Persamaan penelitian Halim dengan penelitian ini terletak produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan berupa buku kumpulan cerita rakyat. Selain memiliki persamaan, penelitian ini juga memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak pada daerah yang akan diteliti. Penelitian Halim menginventarisasi cerita rakyat di Kabupaten Grobogan, sedangkan penelitian ini menginventarisasi cerita rakyat di Kabupaten Jepara. Nur Sa’ah 2014 melakukan penelitian Inventarisasi Cerita Rakyat di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian tersebut menginventarisasi tujuh cerita rakyat yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Cerita rakyat yang berhasil diinventarisasikan adalah Mulabukane Kabupaten Banjar, Dumadine Desa Banjarnegara, Mulabukane Batur, Raden Sam Hoong, Demang Tirtayasa, Dumadine Desa-Desa nang Kecamatan Purwareja, dan Dumadine Desa Sigaluh. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Sa’ah adalah sama-sama menginventarisasi cerita rakyat. Selain itu, produk dari penelitian Nur Sa’ah juga berupa buku kumpulan cerita rakyat. Perbedaan penelitian Nur Sa’ah dengan penelitian ini terletak pada lokasi cerita rakyat yang akan diinventar isasi. Tempat penelitian Nur Sa’ah di Kabupaten Banjarnegara sedangkan lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Jepara. Penelitian lain tentang inventarisasi cerita rakyat dilakukan oleh Mawarni 2014. Skripsi Mawarni yang berjudul Inventarisasi Cerita Rakyat di Kabupaten Blora menginventarisasi cerita rakyat di Kabupaten Blora sebanyak dua puluh cerita rakyat. Dumadine Desa Growong, Legendha Gunung Pegat, dan Joko Linglung merupakan tiga contoh cerita rakyat yang berhasil diinventarisasikan oleh Mawarni dalam skripsinya tersebut. Persamaan penelitian Mawarni dengan penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara adalah sama-sama mengumpulkan atau menginventarisasi cerita rakyat dalam bentuk buku kumpulan cerita rakyat. Setiap cerita yang berhasil diinventarisasi diberi sketsa atau satu gambar yang mencerminkan cerita rakyat tersebut. Adapun perbedaannya terletak pada daerah yang akan diteliti. Penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara menginventarisasi cerita rakyat di Kabupaten Jepara, sedangkan penelitian Mawarni menginventarisasi cerita rakyat di Kabupaten Blora. Berdasarkan referensi di atas, penelitian Pelestarian Cerita Rakyat di Kabupaten Jepara diduga belum pernah dilakukan dan sangat penting untuk segera dilaksanakan demi terjaganya kelestarian cerita rakyat di Kabupaten Jepara.

2.2 Landasan Teoretis