Pengeluaran Pemerintah TELAAH TEORI

2.2.2 Hubungan Pengangguran terhadap Kemiskinan

Menurut Sukirno 2010, salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, hal ini yang dapat mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Apabila pengangguran di suatu negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

2.3. Pengeluaran Pemerintah

Pemerintah menggunakan anggaran belanja untuk merencanakan dan mengontrol keadaan fisiknya. Anggaran belanja menunjukkan rencana pengeluaran dan program-program pemerintah dan penghasilan yang diharapkan dari sistem pajak selama tahun yang ditentukan. Anggaran belanja biasanya mengandung daftar program-program spesifik pendidikan, kesejahteraan, pertahanan, dll dan juga sumber-sumber pajak pajak pendapatan, pribadi, pajak asuransi sosial, dll. Anggaran belanja pemerintah memiliki dua fungsi ekonomi utama yaitu sebagai sebuah alat yang dapat digunakan pemerintah untuk mengatur prioritas nasional, mengalokasikan output nasional di antara konsumsi umum, pribadi dan investasi. Penyediaan berbagai macam barang dan jasa konsumsi publik yang dibiayai oleh pajak bagi kelompok penduduk yang paling miskin, merupakan instrumen lain yang cukup berpotensi untuk mengentaskan kemiskinan. Sebagai contoh: pengadaan proyek-proyek perbaikan fasilitas-fasilitas kesehatan publik di daerah – daerah pedesaan serta pinggiran dan pusat pemukiman kumuh di kota- kota, pembangunan tangki-tangki air bersih, serta pengadaan listrik di daerah- daerah terpencil Todaro, 2006. Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung banyak faktor antara lain: proyeksi jumlah pajak yang akan diterima, tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai, serta pertimbangan politik dan keamanan sehingga dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah pada suatu periode tertentu dan perubahannya dari satu periode ke periode lainnya tidak didasarkan pada tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan pendapatan nasional. Pada hakekatnya pengeluaran pemerintah daerah menyangkut dua hal yaitu: 1. Pengeluaran rutin, yaitu pembiayaan untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Misalnya: untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja lain-lain, angsuran pinjamanhutang dan bunga, bantuan keuangan, pengeluaran tidak termasuk bagian lain, dan pengeluaran tidak disangka. 2. Pengeluaran pembangunan, yaitu pembiayaan untuk pembangunan daerah sebagai kegiatan pemerintahan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan dalam sektor pertanian, industri, perhubungan, pariwisata dan sektor-sektor lain. Adanya perubahan tentang struktur pengeluaran pemerintah daerah Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dijelaskan sebagai berikut: 1. Belanja aparatur daerah adalah belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dapat dinikmati masyarakat publik. 2. Belanja pelayanan publik adalah belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dapat dinikmati masyarakat publik. Sturktur pengeluaran pemerintah daerah Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 kemudian mengalami perubahan kembali menjadi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program, seperti: belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang telah ditetapkan Undang-Undang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi atau KabupatenKota dan Pemerintah Desa, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. 2. Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program, seperti: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah dan telah dianggarkan oleh pemerintah daerah. Adapun hubungan pengeluaran pemerintah terhadap kemiskinan yaitu: Peran pemerintah dalam pengentasan kemiskinan sangat dibutuhkan, sesuai dengan peranan pemerintah yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi. Peranan tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi jika tujuan pembangunan yaitu pengentasan kemiskinan ingin terselesaikan. Anggaran yang dikeluarkan untuk pengentasan kemiskinan menjadi stimulus dalam menurunkan angka kemiskinan dan beberapa persoalan pembangunan yang lain. Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung banyak faktor. Salah satunya adalah jumlah pajak yang akan diterima. Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan sebagian untuk membiayai kegiatan- kegiatan pembangunan. Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi suatu negara Sukirno, 2010. Menurut World Bank dalam laporan Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia 2006, bahwa di samping pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan sasaran pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi kemiskinan baik dari segi pendapatan maupun non-pendapatan dengan beberapa hal. Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari aspek non-pendapatan.

2.4. Jumlah Penduduk

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

2 73 88

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, INFLASI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Inflasi Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 12

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENGANGGURAN DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KAB/KOTA JAWA TENGAH TAHUN 2005-2010.

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 T1 162009055 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 T1 162009055 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 T1 162009055 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 T1 162009055 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010

0 0 4

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENGANGGURAN DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABKOTA JAWA TENGAH TAHUN 2005-2010

0 0 14