Peubah yang Diamati
1. Bobot bagian-bagian buah kulit, daging buah, sekat, biji dan aksis. Berdasarkan data ini dihitung persentase bagian-bagian buah, termasuk bagian
dapat dimakan edible portion. Persentase bagian dapat dimakan = bobot daging buah x 100
bobot buah total 2. Kandungan vitamin C buah diukur menggunakan metode titrasi AOAC 1995
3. pH jus buah diukur dengan pH meter digital CG 842 Schott, Germany 4. Kandungan asam tertitrasi total diukur dengan cara titrasi menggunakan 0.1 N
NaOH hingga pH jus buah mencapai 7 5. Kandungan padatan terlarut total, dihitung sebagai derajat Brix yang diukur
menggunakan refraktometer Atago N1 Brix 0-32. 6. Kandungan naringin diukur mengikuti metode Nagy et al. 1977 dan Mishra
dan Kar 2003. Dari 100 ml sampel jus buah pamelo yang telah disentrifusi selama 15 menit, diambil 0.1 ml sampel, ditambah dengan 0.1 ml 4 N NaOH.
Campuran ini ditambahkan ke dalam 10 ml diethylene glicol 2,2- dihydroxyethyl ether reagent grade, dan dibiarkan selama 15 menit pada suhu
ruang. Kandungan naringin diukur dengan Shimadzu UV 1601 Spectrophotometer pada panjang gelombang 420 nm. Larutan stok dibuat
dengan melarutkan 200 mg naringin dalam 100 ml air deionisasi. Kurva standar dibuat dari 10, 25, 50, 75 dan 100 mg naringin per 100 ml air.
Sebanyak 10 ml diethylene glicol ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar. Sejumlah 0.1 ml dari larutan standar diberi 0.1 ml 4 N NaOH, dikocok
dan dibiarkan selama 15 menit.
7. Analisis sensori
Analisis sensori yang dilakukan adalah uji hedonik dan uji mutu skalar. Pengujian dilakukan oleh 20 panelis semi terlatih, yang terdiri atas dosen,
mahasiswa, staf administrasi dan teknisi laboratorium Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan, Universitas Djuanda. Panelis semi terlatih adalah panelis
yang anggotanya tidak tetap, dapat dari karyawan atau bahkan tamu yang datang ke kantor Wagiyono 2003. Pada uji hedonik panelis diminta
mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap tingkat kesukaan atau
ketidaksukaan. Uji hedonik dilakukan terhadap peubah warna, juiceness, rasa dan aroma buah pamelo pada 7 skala kesukaan, dari 1 sangat tidak suka
hingga 7 sangat suka. Format penilaian uji hedonik dapat dilihat pada Lampiran 17. Uji mutu skalar dilakukan untuk memberikan angka nilai mutu
sensori terhadap sampel pada tingkat skala mutu. Uji mutu skalar terhadap buah pamelo dilakukan terhadap peubah aroma, rasa, warna, kemanisan,
kemasaman, kegetiran, tekstur kantong jus dan jumlah residu tertinggal setelah pengunyahan graininess, dengan tujuh skala Lampiran 18.
Pengamatan 1-5 dilakukan pada 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah penyimpanan MSP, tetapi pengujian naringin dan analisis sensori hanya
dilakukan pada 2 MSP.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam menunjukkan kualitas buah pamelo dipengaruhi oleh kelompok aksesi, aksesi dan masa simpan, serta interaksi antara kelompok aksesi
dengan masa simpan dan aksesi dengan masa simpan Tabel 23. Tabel 23. Rekapitulasi nilai analisis ragam pengaruh kelompok aksesi, aksesi,
masa simpan dan interaksi antara kelompok aksesi dan masa simpan dan aksesi dan masa simpan
Peubah Kuadrat Tengah
Kelompok aksesi
Aksesi kelompok
aksesi Masa
simpan Interaksi
kelompok aksesi x masa simpan
Interaksi aksesi x masa
simpan
Karakter Fisik
Kulit 484.117 447.635
621.248 25.155
tn 40.984
Bagian dapat dimakan
8.613 tn 373.281
623.027 12.502 tn
39.369 Sekat 57.655
12.660 3.772
2.064 tn
3.870 Aksis 1.847
0.421 0.037
tn 0.072
0.113 Biji 132.314
6.892 2.341
1.209 1.021
Karakter kimia
Vitamin C 1065.634
899.783 1291.590
16.726 30.777
pH 27.339 10.406
0.277tn 0.361
0.286 PTT 5.474
6.920 34.172
2.592 1.539
ATT 0.051 0.054
0.148 0.002
tn 0.006
PTTATT 277.720 218.493
1307.331 52.039 39.351
Keterangan: nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 0.05, tn: tidak nyata
Karakter Fisik yang Mempengaruhi Kualitas Buah Pamelo Berbiji dan Tidak Berbiji
Proses penyimpanan menyebabkan permukaan buah kehilangan air, akibat proses transpirasi, sedangkan melalui respirasi relatif rendah, karena jeruk
tergolong buah non klimakterik Iglesias et al. 2007, Ladaniya 2008, Ortiz 2002. Di antara aksesi berbiji, ‘Sri Nyonya’ memiliki persentase bobot kulit terendah,
karena memiliki mesokarp paling tipis Tabel 24, sedangkan persentase bobot kulit yang tinggi terdapat pada ‘Magetan’ dan ‘Bali Putih’. Di antara aksesi
potensial tidak berbiji, ‘Nambangan’ memiliki persentase bobot kulit lebih besar dibanding ‘Bali Merah 1’. Pada aksesi tidak berbiji, persentase bobot kulit
‘Bageng Taji’ lebih besar dibanding ‘Bali Merah 2’. Tabel 24 Persentase bobot kulit buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
Kelompok Aksesi Aksesi
Persentase kulit 0 MSP
2 MSP 4 MSP
6 MSP 8 MSP
Cikoneng ST 34.38
bcd C
33.60
c C
11.49
a A
28.39
cd BC
26.73
c B
Berbiji Jawa 2
33.92
bcd B
30.12
bc AB
29.20
cd AB
25.00
cd A
29.27
c AB
Magetan 38.04
d C
30.19
bc B
23.72
bc A
19.99
abc A
- Sri Nyonya
25.08
a C
20.73
a BC
19.05
b ABC
15.16
a AB
13.75
a A
Adas Duku 30.80
abc B
25.10
ab AB
28.24
cd AB
23.68
bcd A
22.58
bc A
Bali Putih 36.68
cd A
36.04
c A
31.13
d A
34.35
d A
- Muria Merah 2
29.53
ab C
26.22
ab BC
23.40
bc ABC
18.09
ab AB
16.72
ab A
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 38.57
q Q
32.54
q PQ
34.26
q PQ
31.06
q P
34.08
q PQ
Bali Merah 1 26.87
p Q
20.76
p PQ
23.95
p Q
20.32
p PQ
15.66
p P
Jawa1 35.52
w X
31.62
wx WX
28.08
wx W
31.50
wx WX
25.55
w W
Tidak Berbiji
Bali Merah 2 34.13
w Y
28.21
w XY
21.78
w WX
26.83
w XY
19.53
w W
Bageng Taji 45.18
x Y
41.38
y XY
34.35
x W
33.96
x W
38.49
x WX
Muria Merah
1 37.88
w X
35.35
xy X
33.32
x X
25.03
w W
21.30
w W
Kelompok Aksesi
Berbiji 32.64 28.86 23.75
23.52 21.81
Potensial tidak Berbiji 32.72 26.65
29.11 25.69
24.87 Tidak Berbiji
38.18 34.14
29.38 29.33
26.22 Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Persentase bobot kulit antar kelompok aksesi tidak berbeda nyata, walaupun aksesi tidak berbiji cenderung memiliki persentase bobot kulit lebih
besar Tabel 24. Interaksi jumlah biji dan masa simpan tidak mempengaruhi
persentase bobot kulit Tabel 23. Pertambahan masa simpan menyebabkan persentase bobot kulit terus menurun, kecuali pada ‘Bali Putih’, relatif stabil.
Penurunan persentase bobot kulit yang tajam tampak pada ‘Magetan’, ‘Sri Nyonya’, ‘Bali Merah 2’, ‘Bageng Taji’ dan ‘Muria Merah 1’. Selama
penyimpanan kulit buah kehilangan air lebih cepat dibandingkan daging buah, sehingga persentase bobot bagian dapat dimakan terus meningkat Ladaniya
2008. Persentase bobot bagian dapat dimakan buah pamelo berkorelasi negatif
r = -0.931 dengan persentase bobot kulit. Aksesi berkulit tipis cenderung memiliki persentase bagian dapat dimakan lebih besar. Kondisi ini tampak pada
‘Sri Nyonya’, aksesi yang paling tinggi persentase bobot bagian dapat dimakannya, memiliki persentase bobot kulit yang rendah Tabel 25. Hal yang
sama juga disampaikan Mahardika dan Susanto 2003, bahwa persentase bobot bagian dapat dimakan ‘Sri Nyonya’ lebih besar dibandingkan ‘Nambangan’ dan
‘Bali Merah’. Tabel 25 Persentase bobot bagian buah dapat dimakan 13 aksesi pamelo pada 0-
8 MSP
Kelompok Aksesi
Aksesi Persentase bagian buah dapat dimakan
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP
Cikoneng ST 55.79
ab A
57.34
ab A
74.85
d C
62.72
b B
63.39
ab B
Berbiji Jawa 2
55.33
ab A
62.12
abc A
62.44
b B
66.26
bc B
62.24
a B
Magetan 52.39
a A
63.30
abcd B
70.89
cd C
73.43
d C
- Sri Nyonya
65.94
c A
69.96
d AB
70.80
cd AB
70.70
cd AB
75.94
c B
Adas Duku 58.82
ab A
64.77
cd AB
63.44
b AB
67.67
bcd B
69.70
bc B
Bali Putih 53.65
ab A
56.53
a A
54.71
a A
54.09
a A
- Muria Merah2
59.76
bc A
63.47
bcd AB
66.97
bc BC
71.32
cd C
72.96
c C
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 54.06
p P
59.74
p PQ
59.17
p PQ
62.90
p Q
59.45
p PQ
Bali Merah1 64.30
q P
69.90
q P
69.64
q P
68.42
q P
76.04
q Q
Jawa1 60.23
x W
64.33
x W
67.35
wx X
65.00
wx W
70.30
x X
Tidak berbiji
Bali Merah2 59.31
x W
64.94
x WX
69.16
x XY
67.12
wx XY
74.11
x Y
Bageng Taji 51.34
w W
54.59
w WX
61.55
w Y
60.49
w XY
55.83
w WXY
Muria Merah1
57.88
ab W
60.40
ab W
61.53
a W
70.09
b X
74.83
b X
Kelompok Aksesi
Berbiji 57.38 62.50 66.30 66.60 68.85
Potensial tidak Berbiji
59.18 64.82 64.41 65.66 67.75
Tidak Berbiji
57.19 61.06 64.90 65.67 68.77 Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Aksesi pamelo ‘Magetan’ memiliki bagian dapat dimakan paling rendah pada 0 MSP, tetapi relatif tinggi pada penyimpanan yang lebih lama. Diduga hal
ini berkaitan dengan tekstur kulit buah ‘Magetan’ yang lebih lembut sehingga kulit buahnya lebih cepat mengalami kerusakan. Pada aksesi potensial tidak
berbiji, persentase bobot bagian dapat dimakan ‘Bali Merah 1’ lebih besar dibanding ‘Nambangan’. Pada aksesi tidak berbiji persentase bobot bagian dapat
dimakan ‘Bageng Taji’ lebih rendah dibanding aksesi lain. Pada aksesi berbiji, persentase bobot sekat yang rendah terdapat pada
‘Cikoneng ST’ dan yang tinggi pada ‘Adas Duku’, sedangkan antar aksesi potensial tidak berbiji tidak berbeda nyata. Aksesi tidak berbiji umumnya bersekat
tipis, kecuali ‘Bali Merah 2’ Tabel 26. Tabel 26 Persentase bobot sekat buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
Kelompok Aksesi Aksesi
Persentase sekat 0 MSP
2 MSP 4 MSP
6 MSP 8 MSP
Cikoneng ST 5.5
a A
4.40
ab A
9.36
d B
4.36
a A
4.60
a A
Berbiji Jawa 2
6.43
abc B
4.29
a A
4.85
b A
4.39
a A
4.53
a A
Magetan 7.52
bc B
4.28
a A
3.98
a A
4.64
a A
- Sri Nyonya
5.87
ab A
5.99
abc A
6.91
c A
9.35
d B
6.79
b A
Adas Duku 8.02
c B
7.66
c B
5.74
bc A
5.34
ab A
5.23
ab A
Bali Putih 6.05
ab A
6.38
bc A
9.01
d B
7.49
c A
- Muria Merah 2
6.39
abc A
5.83
ab A
5.41
bc A
6.73
bc A
5.53
ab A
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 6.16
p P
6.16
p P
5.60
p P
4.85
p P
5.27
p P
Bali Merah 1 7.16
p P
7.35
p P
5.75
p P
6.96
q P
6.20
p P
Tidak berbiji
Jawa 1 3.92
w W
3.60
w W
4.01
w W
3.24
w W
3.75
w W
Bali Merah 2 6.05
x WX
5.98
x Wx
7.39
x X
5.39
x W
5.19
w W
Bageng Taji 3.04
w W
3.61
w W
3.78
w W
4.14
wx W
4.74
w W
Muria Merah
1 3.86
w W
3.84
w W
4.43
w W
4.19
wx W
3.42
w W
Kelompok Aksesi
Berbiji 6.54 5.55 6.47 6.04 5.33
Potensial tidak Berbiji
6.66 6.75 5.67 5.90 5.73 Tidak
Berbiji 4.22 4.26 4.90 4.24 4.28
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Selama penyimpanan, persentase bobot sekat fluktuatif pada ‘Cikoneng ST’, ‘Sri Nyonya’, ‘Bali Putih’ dan ‘Bali Merah 2’. Persentase bobot sekat
menurun pada ‘Jawa 2’, ‘Magetan’ dan ‘Adas Duku’, dan relatif stabil pada aksesi lain selama penyimpanan Tabel 26.
Aksis pada buah jeruk memiliki konsistensi dan tekstur mirip dengan albedo mesokarp yang berwarna putih Ortiz 2002. Pada aksesi berbiji,
persentase aksis relatif rendah dijumpai pada ‘Cikoneng’, ‘Sri Nyonya’ dan ‘Bali Putih’ dan yang tinggi pada ‘Jawa 2’. Pada aksesi potensial tidak berbiji,
persentase aksis ‘Bali Merah 1’ lebih tinggi dibanding ‘Nambangan’, karena aksis ‘Nambangan’ berongga. Di lain pihak pada aksesi tidak berbiji, persentase aksis
‘Bali Merah 2’ relatif tinggi Tabel 27. Tabel 27 Persentase bobot aksis buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
Kelompok Aksesi
Aksesi Persentase bobot aksis buah
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP
Cikoneng ST 0.64
a A
0.64
ab A
0.67
b A
0.67
bc A
0.75
b A
Berbiji Jawa 2
1.23
c B
0.82
b A
0.81
bc A
0.81
bcd A
0.70
ab A
Magetan 0.85
ab B
0.40
a A
0.58
ab A
0.56
ab A
- Sri Nyonya
0.62
a A
0.38
a A
0.37
a A
1.08
d B
0.42
a A
Adas Duku 0.88
ab B
0.53
ab A
0.83
bc B
0.92
cd B
0.87
b B
Bali Putih 0.63
a B
0.52
a AB
1.03
c C
0.30
a A
- Muria
Merah2 1.00
bc A
1.47
c B
0.81
bc A
0.91
cd A
0.91
b A
Potensial Tidak Berbiji
Nambangan 0.60
p Q
0.58
p Q
0.49
p P
0.29
p P
0.30
p P
Bali Merah1 1.02
q Q
0.77
p PQ
0.61
p P
0.91
q Q
0.90
q Q
Jawa1 0.28
w W
0.26
w W
0.31
w W
0.19
w W
0.34
w W
Tidak berbiji
Bali Merah2 0.36
w W
0.71
x X
0.55
w WX
0.52
x WX
0.67
x X
Bageng Taji 0.40
w WX
0.37
x WX
0.29
w W
0.44
wx WX
0.60
x X
Muria Merah1 0.35
w W
0.37
w W
0.58
w W
0.59
x W
0.43
wx W
Kelompok Aksesi
Berbiji 0.83
l
0.68
l
0.73
l
0.75
l
0.73
l
Potensial tidak
Berbiji 0.8
l
0.68
l
0.55kl 0.60
kl
0.60
kl
Tidak Berbiji
0.35
k
0.43
k
0.43
k
0.44
k
0.51
k
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Persentase aksis buah aksesi tidak berbiji lebih rendah dibandingkan buah aksesi berbiji Tabel 27. Pada umumnya aksesi tidak berbiji umumnya memiliki
aksis berongga, sedangkan aksesi berbiji padat. Selama penyimpanan persentase bobot aksis sebagian aksesi tidak berubah ‘Cikoneng ST’, ‘Jawa 1’, ‘Muria
Merah1’, menurun ‘Jawa 2’, ‘Magetan’, ‘Bali Putih’, ‘Muria Merah 2’ dan ‘Nambangan’ dan meningkat ‘Bageng Taji’ dan ‘Bali Merah 2’ Tabel 27.
Karakter Kimia yang Mempengaruhi Kualitas Buah Pamelo Berbiji dan Tidak Berbiji
Kandungan vitamin C umumnya terus menurun dengan semakin lamanya masa simpan, karena vitamin C merupakan senyawa yang tidak stabil, dan mudah
mengalami degradasi akibat suhu tinggi dan oksigen. Kehilangan vitamin C semakin meningkat dengan lamanya penyimpanan, suhu tinggi, kelembaban
relatif yang rendah, kerusakan fisik dan chilling injury Kader 1988. Kandungan vitamin C aksesi pamelo berbiji berkisar antara 25.67 sampai
40.83 mg.100g
-1
. Buah berjus merah ’Jawa 2’, ’Magetan’ dan ’Adas Duku’ memiliki kandungan vitamin C tertinggi pada awal masa simpan 0-4 MSP, tetapi
pada 6 dan 8 MSP kedudukan ’Adas Duku’ digantikan ’Cikoneng ST’, karena kandungan vitamin C ’Adas Duku’ menurun tajam dengan bertambahnya masa
simpan. Aksesi yang tetap konsisten kandungan vitamin Cnya hingga akhir masa simpan adalah ’Jawa 2’Tabel 28. Aksesi dengan kandungan vitamin C paling
rendah adalah ’Sri Nyonya’ dan ’Bali Putih’, yang keduanya memiliki jus berwarna putih-merah muda. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tsai et al.
2007, bahwa kandungan vitamin C, tokoferol, fenolik total dan karotenoid buah pamelo berwarna jus putih lebih rendah dibandingkan pamelo dengan warna jus
merah. Dengan demikian pamelo berjus merah merupakan sumber antioksidan yang baik dan amat efisien dalam menangkap berbagai bentuk radikal bebas,
termasuk DPPH 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl radical, anion superoksida dan hidrogen peroksida Tsai et al. 2007. Penurunan kandungan vitamin C ’Sri
Nyonya’ lebih cepat dibandingkan ’Bali Putih’. Diduga berkaitan dengan mesokarp ’Sri Nyonya’ yang lebih tipis dibandingkan ’Bali Putih’.
Tabel 28 Kandungan vitamin C 13 aksesi buah pamelo pada 0-8 MSP
Kelompok Aksesi Aksesi
Kandungan Vitamin C mg.100g
-1
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP
Cikoneng ST 34.05
b C
28.41
bc B
25.66
c B
20.49
bc A
20.14
c A
Berbiji Jawa 2
40.83
c C
30.74
c B
29.72
de B
22.68
bc A
19.04
c C
Magetan 39.47
c D
35.20
c C
31.21
e B
24.20
c A
- Sri
Nyonya 25.67
a D
21.17
a C
19.26
a BC
16.63
a B
12.12
a A
Adas Duku
37.88
c A
31.21
c B
26.43
cd BC
20.17
ab D
13.67
ab E
Bali Putih
24.59
a B
21.15
a AB
20.59
ab A
20.17
ab A
- Muria
Merah 2
31.54
b C
25.47
b B
23.49
bc B
19.36
ab A
17.09
bc A
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 18.38
p P
16.96
p P
16.21
p P
15.19
p P
15.61
pP
Bali Merah 1 44.00
q R
44.18
q R
34.56
q Q
33.28
q Q
23.4
q P
Jawa 1 28.57
w Y
25.06
w XY
24.53
w X
19.14
w W
19.49
w W
Tidak Berbiji
Bali Merah 2 49.02
x Y
45.82
x Y
34.22
x X
34.71
x X
22.76
w W
Bageng Taji 30.16
w X
26.84
w X
26.62
w X
22.10
w W
19.78
w W
Muria Merah 1 50.27
x Z
48.18
x YZ
46.10
y Y
42.61
y X
35.03
x W
Kelompok Aksesi
Berbiji 33.43
k N
27.62
k M
25.19
k M
20.53
k L
16.41
k K
Potensial tidak Berbiji 31.19
l M
30.57
l M
25.38
k L
24.24
k L
19.51
l K
Tidak Berbiji 43.15
m N
36.48
m M
32.87
l LM
29.64
l L
24.26
m K
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Kelompok aksesi potensial tidak berbiji memiliki kandungan vitamin C antara 18.38-44.00 mg.100g
-1
, dan ‘Nambangan’ memiliki kandungan vitamin C lebih rendah dibanding ‘Bali Merah 1’, bahkan paling rendah dari aksesi lain
Tabel 28. Hasil penelitian Mahardika dan Susanto 2003 juga menunjukkan kandungan vitamin C ‘Nambangan’ relatif lebih rendah dibandingkan ‘Sri
Nyonya’ dan ‘Bali Merah’. Walaupun demikian, kandungan vitamin C ‘Nambangan’ tidak menurun secara nyata selama penyimpanan, sementara ‘Bali
Merah 2’ mulai menurun pada 4 MSP. Pada kelompok aksesi tidak berbiji, kandungan vitamin C berkisar 28.57-50.27 mg.100g
-1
, dengan ‘Muria Merah 1’ dan ‘Bali Merah 2’ lebih tinggi dibandingkan ‘Jawa 1’ dan ‘Bageng Taji’ pada 0-6
MSP, tetapi pada 8 MSP hanya ‘Muria Merah 1’ yang tetap di peringkat atas Tabel 28.
Buah aksesi tidak berbiji memiliki kandungan vitamin C lebih besar dari aksesi berbiji dan potensial tidak berbiji, tidak seperti pada apel; buah berbiji
memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi dibandingkan yang tanpa biji
Hluši čková dan Blažek 2006. Pada buah pamelo hal ini disebabkan jus buah
aksesi tidak berbiji semuanya berwarna merah, sedangkan pada aksesi berbiji beragam. Selain itu jus buah berbiji memiliki kandungan asam lebih tinggi,
sehingga vitamin Cnya lebih cepat mengalami degradasi, karena vitamin C lebih mudah terurai pada larutan asam Burdurlu 2006. Perbedaan kandungan vitamin
C juga dipengaruhi oleh faktor prapanen, yaitu iklim cahaya dan suhu rata-rata dan praktek budidaya pupuk nitrogen Lee dan Kader 2000, serta batang bawah
McCollum dan Bowman 2005. Aksesi berbiji umumnya memiliki pH jus buah rendah, kecuali pada ‘Bali
Putih’ yang nyata lebih tinggi dibandingkan aksesi berbiji lain sejak awal hingga akhir masa simpan. Di antara aksesi potensial tidak berbiji, pH jus buah ‘Bali
Merah 1’ nyata lebih tinggi dibandingkan ‘Nambangan’, sedangkan pada aksesi tidak berbiji kemasaman jus buah ‘Jawa 1’ lebih rendah dari lainnya. Hal ini
membuat ‘Jawa 1’ memiliki rasa manis-asam, sedangkan aksesi tidak berbiji lainnya hanya manis. Aksesi berbiji memiliki pH jus buah lebih rendah dibanding
pamelo potensial tidak berbiji dan tidak berbiji Tabel 29, sehingga memiliki rasa yang lebih masam. Kualitas demikian dijumpai pula pada jeruk manis
McCollum dan Bowman 2005 dan apel Hluši čková dan Blažek 2006. Hal ini
berkaitan dengan peran biji sebagai sink wadah yang paling kuat pada tanaman, dan kekuatan sink merupakan fungsi dari ukuran dan aktivitas sink Taiz dan
Zeiger 2002, sehingga keberadaan biji akan meningkatkan kandungan asam dan PTT Krezdorn tanpa tahun, karena kondisi pH yang rendah dapat membuat
sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa Hockema dan Echeverria 2000.
Selama penyimpanan, pH jus buah beberapa aksesi pamelo Jawa 2, Magetan, Adas Duku, Bali Merah 1 dan Bali Merah 2 tidak berubah, ‘Cikoneng
ST’, ‘Muria Merah 2’, ‘Muria Merah 1’, dan ‘Nambangan’ pH jus buahnya meningkat, ‘Jawa 1’ dan ‘Bageng Taji’ menurun, sementara ‘Sri Nyonya’ dan
‘Bali Putih’ fluktuatif Tabel 29. Hal yang sama dijumpai pada spesies jeruk lain, orange ‘Shamouti’ dan ‘Salustiana’ dan mandarin ‘Palazzelli’ pH jus
buahnya tidak berubah selama penyimpanan, sedangkan tangelo ‘Minneola’ fluktuatif Del Caro et al. 2004.
Tabel 29 pH jus buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
Kelompok Aksesi
Aksesi Kemasaman
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP
Cikoneng ST 3.47
a A
4.07
a B
3.95
a AB
4.17
ab B
4.23
a B
Berbiji Jawa 2
4.04
a A
4.07
a A
3.98
a A
3.92
a A
4.0
a A
Magetan 4.76
b A
4.73
b A
4.59
b A
4.69
b A
- Sri
Nyonya 4.62
b C
3.6
a A
3.93
a AB
4.01
a BC
4.33
ab BC
Adas Duku
3.97
a A
4.07
a A
3.94
a A
3.98
a A
4.02
a A
Bali Putih
6.03
c B
5.48
c A
5.46
c AB
5.70
c AB
- Muria
Merah2 3.75
a A
3.99
a A
3.85
a A
3.80
a A
4.80
b A
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 3.73
p P
3.70
p PQ
3.75
p PQ
4.28
p Q
4.77
p R
Bali Merah1 5.96
q P
6.14
q P
5.95
q P
6.15
q P
6.13
q P
Tidak Berbiji
Jawa1 4.22
w WX
4.47
w WX
4.36
w W
4.57
w X
3.19
w W
Bali Merah2 6.00
x W
6.08
x y W
6.02
y W
6.16
y W
6.18
y W
Bageng Taji 6.0
x X
5.18
x W
5.17
x W
5.3
b W
5.06
x W
Muria Merah1 6.27
x WX
6.33
y WX
6.16
y W
6.28
c WX
6.74
z X
Kelompok Aksesi
Berbiji 4.38
k K
4.29
k K
4.24
k K
4.32
k K
4.28
k K
Potensial tidak berbiji 4.85
l K
4.92
l KL
4.85
l K
5.22
l KL
5.45
l L
Tidak Berbiji 5.63
n K
5.51
n K
5.43
n K
5.58
l K
5.29
l K
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Rata-rata PTT aksesi pamelo 8.12-13.50 yang diamati tidak berbeda jauh dengan aksesi pamelo asal Bangladesh, yaitu 9.1-13.3 Ara et al. 2008. Di antara
aksesi berbiji, kandungan PTT terendah dimiliki oleh Muria Merah 2, yang merupakan aksesi dengan jumlah biji paling banyak. Kandungan PTT demikian
juga dijumpai pada aksesi lici berbiji Yen 1984, sedangkan pada jeruk manis, aksesi berbiji memiliki kandungan PTT yang lebih tinggi McCollum dan
Bowman 2005. Kandungan PTT ‘Muria Merah 2’ paling rendah 8.12
o
Brix, tetapi masih memenuhi standar kematangan buah dari Codex UNECE 2009,
yaitu 8
o
Brix. Kandungan PTT antara aksesi potensial tidak berbiji relatif tidak berbeda,
kecuali pada 8 MSP. Sementara pada aksesi tidak berbiji, perbedaan kandungan PTT tampak pada 4, 6 dan 8 MSP, dengan kandungan PTT tertinggi pada ‘Bageng
Taji’ 4 dan 6 MSP dan ‘Bali Merah 2’ 8 MSP. Kandungan PTT antara kelompok aksesi berbiji dan tidak berbiji tidak berbeda nyata Tabel 30.
Kandungan PTT buah pamelo umumnya meningkat selama penyimpanan Tabel 30. Hal yang sama dijumpai pada orange, tangerine dan jeruk nipis
Echeverria dan Ismail 1987 dan pamelo ’Nambangan’ Susanto 2004. Padatan terlarut total tersusun dari 80 gula, 10 senyawa mengandung nitrogen dan
10 asam Ladaniya 2008. Pada jus orange, padatan terlarut total terutama dihasilkan oleh asam sitrat dan gula Cancalon 1994. Penurunan kandungan PTT
selama penyimpanan disebabkan proses pemecahan polisakarida menjadi gula sukrosa, glukosa, fruktosa Helmiyesi 2008.
Tabel 30 Kandungan PTT buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
PTT
o
Brix Aksesi
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP Berbiji
Cikoneng ST 8.87
ab A
9.13
ab AB
10.67
bc BC
11.50
b C
10.97
ab C
Jawa 2
10.22
b A
10.98
bc AB
11.70
c AB
12.18
b BC
13.50
c C
Magetan 10.50
b A
9.60
ab A
10.82
bc A
11.20
b A
- Sri
Nyonya 9.07
ab A
11.13
c BC
10.60
bc AB
12.00
b BC
11.23
ab C
Adas Duku
9.60
ab A
9.91
ab AB
10.72
bc AB
11.26
b BC
11.97
b C
Bali Putih
8.79
ab A
8.57
a A
9.63
ab AB
11.10
ab B
- Muria Merah 2
8.12
a A
9.01
ab AB
9.00
a AB
9.63
a B
10.33
a B
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 9.33
p P
8.63
p P
8.93
p P
9.13
p P
13.80
q Q
Bali Merah 1 9.09
p P
9.56
p P
9.83
p PQ
10.14
p PQ
11.18
p Q
Tidak Berbiji
Jawa1 9.87
w W
9.83
w W
10.77
w WX
11.27
wx WX
12.00
wx X
Bali Merah 2 9.39
w W
9.73
w W
10.56
w W
10.31
w W
13.76
x X
Bageng Taji 10.00
w W
9.73
w W
12.67
x X
12.00
x X
11.53
w X
Muria Merah 1 9.94
a W
10.00
a W
10.00
w W
9.83
w W
10.81
w W
Kelompok Aksesi
Berbiji 9.31
k K
9.76
k K
10.45
l KL
11.27
l L
11.60
k L
Potensial Tidak Berbiji
9.21
k K
9.09
k K
9.38
k K
9.64
k K
12.49
l L
Tidak Berbiji 9.80
k K
9.83
k K
11.00
l KL
10.85
kl KL
12.03
l L
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Kandungan ATT terendah pada aksesi berbiji terdapat pada jus buah ‘Bali Putih’, sedangkan pada potensial tidak berbiji pada ‘Bali Merah 1’. Pada aksesi
tidak berbiji, kandungan ATT ‘Muria Merah 1’ umumnya lebih tinggi dibanding aksesi lain. Perbedaan jumlah biji tidak mempengaruhi kandungan ATT pada
masa simpan berbeda. Selama penyimpanan kandungan ATT seluruh aksesi cenderung terus menurun Tabel 31. Hal ini disebabkan asam yang terdapat pada
buah digunakan sebagai substrat respirasi dan terjadinya perubahan asam organik menjadi gula Wills et al. 1989.
Tabel 31 Kandungan ATT buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
Kelompok Aksesi
Aksesi ATT g.g
-1
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP Berbiji
Cikoneng ST 0.58
b C
0.47
bcd B
0.53
e BC
0.38
b A
0.35
a A
Jawa 2 0.58
b B
0.53
de A
0.51
de A
0.56
d AB
0.55
d A
Magetan 0.53
b C
0.52
bcde C
0.37
b B
0.28
a A
- Sri
Nyonya 0.47
ab C
0.44
b BC
0.38
b AB
0.39
bc AB
0.38
ab A
Adas Duku
0.58
b B
0.56
e B
0.43
bc A
0.45
c A
0.44
bc A
Bali Putih
0.43
a B
0.30
a A
0.24
a A
0.25
a A
- Muria
Merah 2
0.60
b C
0.46
bc B
0.45
cd B
0.35
b A
0.48
cd B
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 0.54
p R
0.52
qQR
0.46
q PQ
0.43
q P
0.41
q P
Bali Merah 1 0.54
p R
0.42
pQ
0.38
p PQ
0.34
p P
0.34
p P
Tidak Berbiji
Jawa1 0.45
w Y
0.49
y XY
0.40
w WX
0.37
w W
0.29
w W
Bali Merah 2 0.51
wx Y
0.42
wx X
0.38
w WX
0.34
w W
0.34
w x W
Bageng Taji 0.40
w X
0.40
w X
0.35
w WX
0.32
w W
0.31
w W
Muria Merah
1 0.54
x Z
0.47
xy Y
0.34
w W
0.44
x XY
0.39
x WX
Kelompok Aksesi
Berbiji 0.54 0.47
0.42 0.38
0.44 Potensial tidak
berbiji 0.54 0.47 0.42 0.38 0.38
Tidak Berbiji 0.48
0.44 0.37
0.37 0.33
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Nisbah kandungan PTTATT dapat mencerminkan cita rasa buah, dan sering digunakan sebagai indeks kematangan Ladaniya 2008. Di antara aksesi
pamelo berbiji, ‘Bali Putih’ memiliki nisbah kandungan PTTATT tertinggi, namun rasanya kurang enak tawar, karena PTT dan ATTnya amat rendah.
Pada aksesi potensial tidak berbiji PTTATT ‘Bali Merah 1’ lebih tinggi dibanding ‘Nambangan’, dan pada aksesi tidak berbiji ‘Bageng Taji’ cenderung
memiliki nisbah kandungan PTTATT paling tinggi Tabel 32. Selama penyimpanan nisbah kandungan PTTATT pada aksesi pamelo cenderung
meningkat Tabel 32, akibat peningkatan PTT dan penurunan ATT.
Tabel 32 Nisbah kandungan PTTATT buah 13 aksesi pamelo pada 0-8 MSP
PTTATT Aksesi
0 MSP 2 MSP
4 MSP 6 MSP
8 MSP Berbiji
Cikoneng ST 15.62
ab A
19.54
a AB
20.34
a B
30.32
c C
31.39
c C
Jawa 2 17.23
abc A
20.76
a AB
22.82
ab BC
21.81
a ABC
25.47
ab C
Magetan 20.05
bc A
18.48
a A
29.33
c B
40.27
d C
- Sri
Nyonya 19.36
bc A
25.27
b AB
27.86
c BC
31.15
c C
29.85
bc BC
Adas Duku
16.56
abc A
17.88
a A
25.28
bc B
25.11
ab B
27.52
bc B
Bali Putih
20.50
c A
28.50
b B
40.45
d C
44.81
e C
- Muria
Merah 2
13.61
a A
19.76
a B
20.33
a B
27.27
bc C
21.91
a B
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 17.32
p R
16.49
pQR
19.28
a PQ
21.24
p P
33.85
p P
Bali Merah 1 16.69
p P
22.70
pQ
25.87
q QR
29.96
q RS
32.55
p S
Tidak Berbiji
Jawa1 21.95
wx W
20.27
w W
27.28
w X
30.50
x X
41.89
y Y
Bali Merah 2 18.44
w W
22.93
w W
27.80
w X
30.26
x X
40.43
xy Y
Bageng Taji 24.76
x W
24.52
x W
35.98
x X
37.86
y X
37.05
x X
Muria Merah
1 18.50
w W
21.38
w W
29.55
w X
22.09
w W
27.66
w X
Kelompok aksesi
Berbiji 17.56
k K
21.46
k K
26.63
kl L
31.53
l M
27.23
k LM
Potensial tidak Berbiji 17.00
k K
19.60
k KL
22.57
k LM
25.60
k M
33.20
l N
Tidak Berbiji 20.91
l K
22.27
k K
30.15
l L
30.18
l L
36.76
m M
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan huruf besar yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Naringin merupakan salah satu flavonoid yang menyebabkan rasa getir pada pamelo. Kandungan naringin yang tinggi pada aksesi berbiji terdapat pada
’Magetan’ dan ’Muria Merah 2’, dan yang rendah pada ‘Jawa 2’ dan ‘Cikoneng ST’, sedangkan antar aksesi potensial tidak berbiji tidak berbeda nyata. Pada
aksesi tidak berbiji, kandungan naringin tertinggi terdapat pada ‘Bageng Taji’, dan terendah pada ‘Bali Merah 2’. Kandungan naringin aksesi pamelo tidak
berbiji nyata lebih besar dibandingkan aksesi berbiji, tetapi tidak berbeda nyata dengan aksesi potensial tidak berbiji Tabel 33. Hal demikian dilaporkan pula
oleh Pichaiyongvongdee dan Haurenkit 2009a, kandungan naringin pamelo tidak berbiji lebih tinggi dibandingkan pamelo berbiji. Aksesi dengan kandungan
naringin tinggi, meskipun manis, tetapi tingkat kegetirannya lebih kuat, sehingga aksesi tidak berbiji cenderung mempunyai rasa manis agak getir, seperti ‘Bageng
Taji’, kecuali pada aksesi tidak berbiji ‘Jawa 1’ dan ‘Bali Merah 2’ yang memiliki kandungan naringin relatif rendah dibandingkan aksesi tidak berbiji
lainnya. Hal ini membuat kedua aksesi ini relatif tidak getir, terutama pada
‘Jawa 1’ karena dikombinasikan dengan rasa asam. Selain itu, berbeda dengan aksesi lain, daging buah ‘Jawa1’ dan ‘Jawa 2’ juga tidak cepat menjadi getir
setelah buah dikupas. Meskipun rasa getir yang ditimbulkan naringin kurang disukai konsumen,
tetapi naringin merupakan senyawa flavonoid berkhasiat. Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas, pengkelat logam
seperti tembaga dan besi, anti-inflammatory, anti alergi, anti kanker dan anti virus Silalahi 2002.
Tabel 33 Kandungan naringin buah 13 aksesi pamelo
Kelompok aksesi
Aksesi Naringin µg.ml
-1
Kelompok aksesi
Naringin µg.ml
-1
Berbiji Cikoneng ST
93.60
a
Berbiji 202.20
k
Jawa 2 55.20
a
Potensial tidak Berbiji
229.20
kl
Magetan 366.00
d
Tidak Berbiji 344.00
m
Sri Nyonya 163.53
abc
Adas Duku 131.20
ab
Bali Putih 261.40
bc
Muria Merah 2 344.20
cd
Potensial Tidak
Berbiji Nambangan 273.30
p
Bali Merah 1 185.00
p
Jawa 1 318.65
wx
Tidak berbiji
Bali Merah 2 118.30
w
Bageng Taji 615.00
y
Muria Merah
1 324.20
x
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji BNT pada taraf 0.05
Analisis Sensori pada Buah Pamelo Berbiji dan Tidak Berbiji
Hasil uji Kruskal Wallis pada taraf 0.05, menunjukkan kesukaan panelis terhadap buah berbagai aksesi pamelo berbeda nyata. Dari segi aroma, rasa,
warna dan juiciness, ‘Jawa 1’ selalu di peringkat teratas, sedangkan ‘Bali Putih’ selalu di peringkat terbawah. Kualitas ‘Bali Putih’ yang demikian, membuat
aksesi ini kurang diminati konsumen, sehingga jarang ditanam oleh petani. Bila tidak dilindungi, dikhawatirkan aksesi ini akan mengalami kepunahan. Sementara
‘Magetan’ hanya unggul pada warna, sedangkan aroma, rasa dan juiciness di peringkat 12 Tabel 34. Hal ini disebabkan ‘Magetan’ cepat mengalami
penurunan kualitas bila dipanen pada umur yang sama dengan aksesi lain, sehingga ketika analisis sensori dilakukan 2 MSP rasanya sudah berubah, dan
kadar air kantong jus menurun granulation, bahkan pada 8 MSP buah sudah tidak bisa dikonsumsi. Bila dipanen lebih awal sekitar 24 minggu setelah
pembungaan buah ‘Magetan’ memiliki rasa manis bercampur asam yang mirip dengan ‘Jawa 2’.
Hasil uji mutu skalar nilai skor 1-7 juga menunjukkan aksesi tidak berbiji ‘Jawa 1’ menempati peringkat pertama untuk rasa, dengan warna kantong jus
merah muda, agak juici, manis, agak masam-netral, tidak getir, tekstur agak halus dan jumlah residu tertinggal setelah pengunyahan graininess sedikit. Keempat
aksesi pamelo tidak berbiji umumnya mempunyai rasa manis, bertekstur halus sampai agak halus, juici, tidak masam, kecuali ‘Jawa 1’. Sementara aksesi
pamelo berbiji dan potensial tidak berbiji umumnya kurang juici kecuali ‘Sri Nyonya’, relatif masam, bertekstur agak halus sampai agak kasar dengan jumlah
residu tertinggal setelah pengunyahan relatif banyak Tabel 35. Hasil pengukuran juga menunjukkan pH jus buah Tabel 29 dan nisbah PTTATT
Tabel 32 aksesi tidak berbiji lebih tinggi dibanding aksesi berbiji. Tabel 34 Hasil uji kesukaan hedonik berbagai aksesi pamelo
Aksesi Aroma
Rasa Warna
Juiciness Skor
Peringkat Skor
Peringkat Skor Peringkat Skor
Peringkat
Berbiji
Cikoneng 5 6 5 5 5 6 5 10
Jawa 2
5 7 6 2 6 7 6 3 Magetan
4 12 3 12 6 2 5 12 Sri
Nyonya 5 4 5 6 4 12 5 8 Adas
Duku 5 9 5 3 4 10 6 5 Bali
Putih 4 13 3 13 3 13 5 13
Muria Merah
2 4 10 4 11 4 11 5 11
Potensial Tidak berbiji
Nambangan 5 3 5 7 5 5 5 9 Bali
Merah1 5 5 4 9 5.5 4 5.5 7
Tidak Berbiji
Jawa1 6 1 6 1 6 1 6 2
Bali Merah
2 4 11 4 10 5 9 6 6 Bageng
Taji 5 2 5 4 5 8 6 4 Muria
Merah1 5 8 4 8 6 3 6 1
Tabel 35 Hasil uji mutu skalar buah 13 aksesi pamelo
Aksesi Rasa Warna
Juiciness Kemanisan
Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat
Berbiji
Cikoneng ST 6
3 4
3 5
13 5
6 Jawa 2
5 2
3 7
5 7
5 7
Magetan 4 12 5 1 5 6 4.5 9 Sri Nyonya
5 7
2 11
6 4
4 10
Adas Duku 5
5 2
10 5
8 4
12 Bali Putih
4 13
1 13
5 9
4 11
Muria Merah2 4 11 2
12 5
11 3 13
Potensial tidak
berbiji Nambangan 5
6 3
9 5
10 5
8 Bali
Merah1 5 10 3 5 5 12 5 5
Tidak berbiji
Jawa1 6 1 4 2 6 5 5.5 2
Bali Merah2 4 9 3 8 6 2 6 1
Bageng Taji 5
4 3
6 6
3 5
4 Muria
Merah1 5 8 4 4 6 1 5 3 Aksesi
Kemasaman Kegetiran Tekstur Graininess Skor
Peringkat Skor
Peringkat Skor Peringkat
Skor Peringkat
Berbiji
Cikoneng ST 5
6 4
4 4
3 2
9 Jawa 2
5 3
3 10
3 8
3 5
Magetan 2.5 9 5 2 3 5 3 1
Sri Nyonya 5
4 5
3 3
9 2
13 Adas Duku
5 2
5 7
3 7
3 2
Bali Putih 3
10 6
1 4
4 2
7 Muria
Merah2 6 1 5 5 3 10 2 8 Potensial
tidak berbiji
Nambangan 5 5
4 6
5 1
3 4
Bali Merah1 2 8 3 8 5 2 2.5 6
Tidak berbiji
Jawa1 4.5 7 2 12 3 6 2 11 Bali
Merah2 2 13 2 13 2
12 3 3 Bageng
Taji 2 12 3 9 3 11 2 10
Muria Merah1 2 11 2
11 2 13 2 12
Dari diagram laba-laba tampak perbedaan relatif di antara aksesi pamelo. Pada aksesi berbiji, ‘Jawa 2’ memiliki rasa paling enak dan manis, ‘Magetan’
berwarna paling merah dan jumlah residu tertinggal setelah pengunyahan paling banyak. Selanjutnya ‘Sri Nyonya’ paling juici, ‘Muria Merah 2’ paling masam,
‘Bali Putih’ paling getir dan bertekstur kasar Gambar 30 a. Di antara aksesi potensial tidak berbiji, secara relatif, ‘Nambangan’ memiliki rasa lebih enak,
masam, bertekstur lebih kasar dan jumlah residu tertinggal setelah pengunyahan lebih banyak dibandingkan ‘Bali Merah 1’. Sementara ‘Bali Merah 1’ lebih juici,
manis dan aromanya lebih disukai dibandingkan ‘Nambangan’ Gambar 30 b. Di antara aksesi tidak berbiji, ‘Jawa 1’ memiliki aroma dan rasa lebih
enak, lebih masam, dan tekstur lebih kasar, ‘Muria Merah 1’ lebih juici, sedangkan ‘Bageng Taji’ lebih manis dan getir dibandingkan aksesi lain Gambar
30 c. Hal ini berkaitan dengan kandungan naringin ‘Bageng Taji’ yang lebih tinggi dibanding aksesi pamelo lain Tabel 29.
Gambar 30 Diagram laba-laba uji mutu skalar buah aksesi pamelo berbiji. Angka
yang tertera pada diagram menunjukkan nilai skor.
2 4
6 Aroma
Rasa Warna
Juiciness Kemanisan
Kemasaman Kegetiran
Tekstur Graininess
Cikoneng ST Jawa 2
Adas Duku Magetan
Sri Nyonya Bali Putih
Muria Merah 2
Gambar 31 Diagram laba-laba uji mutu skalar buah aksesi pamelo potensial
berbiji. Angka yang tertera pada diagram menunjukkan nilai skor. Gambar 31 Diagram laba-laba uji mutu skalar buah aksesi pamelo tidak berbiji.
Angka yang tertera pada diagram menunjukkan nilai skor.
1 2
3 4
5 Aroma
Rasa Warna
Juiciness Kemanisan
Kemasaman Kegetiran
Tekstur Graininess
Nambangan Bali Merah 1
2 4
6 8
Aroma Rasa
Warna
Juiciness Kemanisan
Kemasaman Kegetiran
T ekstur Graininess
Bali Merah 2 Jawa 1
Muria Merah 1 Bageng T aji
SIMPULAN
Selama penyimpanan persentase bobot kulit terus menurun, yang menyebabkan persentase bobot bagian dapat dimakan meningkat. Perbedaan
kelompok aksesi tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot kulit, persentase bobot bagian dapat dimakan dan persentase bobot sekat, sementara persentase
bobot aksis buah tidak berbiji lebih rendah dibandingkan buah berbiji. Kandungan vitamin C, naringin dan kemasaman aksesi tidak berbiji lebih tinggi
dibandingkan aksesi berbiji dan potensial tidak berbiji. Penyimpanan menyebabkan kandungan vitamin C buah pamelo terus menurun. Kandungan PTT
dan ATT antar kultivar berbiji dan tidak berbiji tidak berbeda. Penyimpanan menyebabkan PTT meningkat, sedangkan ATT menurun, sehingga meningkatkan
nisbah PTTATT. Hasil analisis sensori menunjukkan aksesi tidak berbiji ’Jawa 1’ memiliki banyak keunggulan, baik dari hasil uji hedonik kesukaan maupun
uji mutu skalar.
6. PEMBAHASAN UMUM