Penapisan Potensi Inhibitor Protease pada Karang Lunak

Berdasarkan Gambar 8 dan Lampiran 3 diketahui bahwa nilai rendemen yang tertinggi diperoleh dari ekstrak karang lunak jenis Sarcophyton sp. sebesar 4,0421 . Tingginya rendemen yang dihasilkan disebabkan oleh besarnya komponen polar, semi polar dan non polar yang terkandung pada karang lunak Sarcophyton sp. yang terlarut didalam pelarutnya, sedangkan rendemen yang terkecil diperoleh dari ektrak karang lunak jenis Dendronephthya sebesar 0,8776 . Rendahnya rendemen ini diduga karena pada proses pengkoleksian sebagian cairan yang merupakan penyokong tubuh karang lunak Dendronephthya Fabricius dan Alderslade 2001 keluar akibat proses pemotongan. Cairan yang keluar tersebut diduga mengandung sebagian besar komponen zat aktif yang terdapat pada karang lunak sehingga pada saat ekstraksi, hanya sedikit zat aktif yang terekstrak. 4,0421 2,0997 3,9617 2,9008 0,8776 0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000 4,0000 4,5000 Sarcophyton sp Sinularia sp Nephthea Xenia sp Dendronephthya Karang Lunak R a nde m e n Gambar 8. Rendemen total ekstraksi komponen bioaktif lima karang lunak.

4.4. Penapisan Potensi Inhibitor Protease pada Karang Lunak

Penapisan ini bertujuan untuk mengetahui jenis karang lunak yang berpotensi sebagai inhibitor protease. Ekstrak karang lunak yang didapat dari proses ekstraksi dilarutkan kembali dengan pelarutnya, kemudian ditambahkan ke dalam media LA skim 2 . Ekstrak karang lunak ini berfungsi sebagai inhibitor protease terhadap bakteri patogen, sedangkan bakteri yang digunakan adalah bakteri yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease, yaitu Escherichia coli, Staphylococus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Aeromonas hydrophyla. Dengan adanya ekstrak dari karang lunak tersebut maka produksi enzim protease dari bakteri patogen tersebut akan terhambat yang ditandai dengan mengecilnya atau tidak terbentuknya areal bening di sekeliling koloni. Hasil percobaan penapisan ekstrak dari lima jenis karang lunak terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa diperoleh dengan daya hambat ekstrak karang lunak berkisar antara 1,39–50,83 untuk ekstrak metanol, pada ekstrak etil asetat berkisar antara 1,63–8,81 dan pada pada ekstrak heksana berkisar antara 2,47–22,70 . Potensi daya hambat terbesar terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dimiliki oleh ekstrak metanol dari karang lunak jenis Nephthea, yaitu sebesar 50,83 , sedangkan ekstrak karang lunak jenis Sinularia sp. dan Dendronephthya secara berturut-turut, yaitu 42,3 dan 29,35 . Ekstrak karang lunak dengan pelarut etil asetat memiliki daya hambat terbesar, yaitu pada karang lunak Sinularia sp. dan Xenia sp. sebesar 8,81 dan 8,24 , sedangkan daya hambat ekstrak dengan pelarut heksana yang terbesar yaitu pada karang lunak jenis Xenia sp. dan Sinularia sp. sebesar 22,7 dan 21,85 Gambar 9. 1.39 42.32 50.83 18.73 29.35 1.63 8.81 3.93 8.24 4.40 2.47 21.85 19.10 22.70 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Sarcophyton sp Sinularia sp Nephthea Xenia sp Dendronephthya D aya H a m b a t Metanol Etil Asetat Heksan Gambar 9. Daya hambat ekstrak karang lunak terhadap Pseudomonas aeruginosa Berdasarkan hasil penapisan lima jenis karang lunak terhadap bakteri Escherichia coli didapatkan daya hambat ekstrak karang lunak dengan pelarut metanol berkisar antara 11,27–25,70 , ekstrak karang dengan pelarut etil asetat berkisar antara 4,56–23,70 dan ekstrak dengan pelarut heksan berkisar antara 2,85–4,53 . Potensi daya hambat terbesar terhadap bakteri Escherichia coli pada pelarut metanol dimiliki oleh karang lunak jenis Dendronephthya sebesar 25,70 , sedangkan daya hambat Sarcophyton sp. sebesar 25,45 . Ekstrak karang lunak dengan pelarut etil asetat memiliki daya hambat terbesar juga pada Dendronephthya sebesar 23,70 di ikuti oleh Nephthea dan Sinularia sp. sebesar 22,26 dan 19,95 , sedangkan daya hambat ekstrak dengan pelarut heksana yang terbesar, yaitu pada karang lunak jenis Nephthea sebesar 4,53 Gambar 10. 25.45 13.77 11.27 12.54 25.70 9.45 19.95 22.26 4.56 23.70 3.57 3.57 4.53 2.85 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Sarcophyton sp Sinularia sp Nephthea Xenia sp Dendronephthya D a ya H a m b a t Metanol Etil Asetat Heksan Gambar 10. Daya hambat ekstrak karang lunak terhadap Escherichia coli Hasil penapisan ekstrak dari lima jenis karang lunak terhadap bakteri Staphylococus aureus didapatkan daya hambat ekstrak karang lunak berkisar antara 30,99–100 . Untuk ekstrak dengan pelarut metanol, sedangkan untuk ekstrak karang lunak dengan pelarut etil asetat dan heksana masing-masing berkisar antara 1,03–45,21 dan 6,07–16,88 . Ekstrak karang lunak dengan pelarut metanol dari jenis Sinularia sp. dan Sarcophyton sp. memiliki daya hambat yang sempurna terhadap protease bakteri Staphylococus aureus sebesar 100 , diikuti oleh ekstrak karang lunak jenis Xenia sp. sebesar 62,41 . Ekstrak dengan pelarut etil asetat memiliki daya hambat terbesar pada karang lunak Nephthea dan Sarcophyton sp. sebesar 45,05 dan 45,21 , sedangkan daya hambat ekstrak dengan pelarut heksana yang terbesar yaitu pada karang lunak Sinularia sp. sebesar 16,88 . Gambar 11. Hasil penapisan ekstrak dari lima jenis karang lunak terhadap bakteri Aeromonas hydrophyla didapatkan daya hambat ekstrak karang lunak berkisar antara 13,49–23,59 untuk ekstrak dengan pelarut metanol. Ekstrak karang lunak dengan pelarut etil asetat memiliki potensi daya hambat berkisar antara 13,68–29,17 , sedangkan untuk ekstrak karang lunak dengan pelarut heksana potensi daya hambatnya berkisar antara 5,06–22,14 . Ekstrak dengan pelarut metanol dari karang lunak Sarcophyton sp. dan Dendronephthya mempunyai potensi daya hambat terbesar, yaitu sebesar 23,59 dan 20,98 . Pada ekstrak karang lunak dengan pelarut etil asetat memiliki daya hambat terbesar, yaitu pada karang lunak Sinularia sp. sebesar 29,17 diikuti oleh ekstrak Dendronephthya sebesar 27,04 , sedangkan daya hambat ekstrak dengan pelarut heksana yang terbesar yaitu pada karang lunak Xenia sp. yaitu sebesar 22,14 Gambar 12. Foto hasil penapisan ekstrak karang lunak disajikan pada Lampiran 4, 5 dan 6. 100.00 100.00 31.82 62.41 30.99 45.05 1.03 45.21 1.45 1.50 8.37 16.88 10.98 6.07 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Sarcophyton sp Sinularia sp Nephthea Xenia sp Dendronephthya D aya H a m b at Metanol Etil Asetat Heksan Gambar 11. Daya hambat ekstrak karang lunak terhadap Staphylococus aureus 23.59 13.49 20.98 13.68 29.17 16.63 15.91 27.04 5.98 5.06 12.61 22.14 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Sarcophyton sp Sinularia sp Nephthea Xenia sp Dendronephthya D aya H a m b at Metanol Etil Asetat heksan Gambar 12. Daya hambat ekstrak karang lunak terhadap Aeromonas hydrophyla Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak karang lunak mampu menghambat sempurna bakteri gram positif, seperti pada jenis Sinularia sp. dan Sarcophyton sp. yang memiliki daya hambat sempurna terhadap protease bakteri Staphylococus aureus sebesar 100 , diikuti oleh ekstrak karang lunak jenis Xenia sp. sebesar 62,41 . Hal ini karena bakteri Staphylococus aureus menghasilkan protease jenis serin Baehaki 2004, enzim ini disekresikan dalam bentuk zimogen tidak aktif dan diaktifkan melalui mekanisme proteolisis terhadap substrat, diduga ekstrak karang lunak mampu berikatan dengan substrat sehingga menghambat proteolisis dan produksi enzim protease. Sementara itu karang lunak Nephthea mampu menghambat protease bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa yang memiliki beberapa lapisan sel berupa struktur lipopolisakarida yang berikatan silang dengan protein dan mampu memproduksi beberapa jenis protease seperti metaloprotease ekstraseluler, elastase dan alkalin protease Hase dan Finkelstein 1993. Hal ini diduga karena komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak karang lunak Nephthea mampu berkompetisi dengan substrat yang berupa protein Coval et al. 1996, sehingga membentuk kompleks enzim-inhibitor EI. Dengan demikian terjadi persaingan antara inhibitor dengan substrat terhadap bagian aktif enzim Poedjiadi 1994. Akibat dari kompleks enzim-inhibitor ini menyebabkan terhambatnya produksi enzim ekstraseluler yang ditandai dengan mengecilnya zona bening disekeliling koloni. Berdasarkan hasil penapisan ekstrak karang lunak terhadap bakteri patogen didapatkan daya hambat ekstrak metanol lebih berpotensi dibanding dengan ekstrak etil asetat dan heksana. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut metanol potensial digunakan sebagai pelarut dalam mengekstraksi komponen inhibitor protease dari karang lunak dan hal ini juga mengindikasikan bahwa inhibitor protease dari karang lunak lebih potensial larut pada pelarut metanol. Menurut Febrian 2004, inhibitor protease juga ditemukan pada spons laut yang diekstraksi menggunakan pelarut akuades, seperti ekstrak spons Jaspis stelifera dan Plakortis nigra yang mampu menghambat protease Escherchia coli dan Staphylococus aureus.

4.5. Minimum Inhibitory Concentration MIC