Ekstraksi Komponen Inhibitor Protease dari Karang Lunak

Ket : A= Escherichia coli C= Pseudomonas aeroginosa 1.42 1.29 1.95 1.57 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 A B C D Bakteri Patogen IP B= Staphylococus aureus D= Aeromonas hydrophyla Gambar 7. Indeks proteolitik bakteri patogen Enzim protease dihasilkan secara ekstraseluler untuk menghidrolisis nutrisi protein menjadi peptida dan amino yang terdapat di dalam media LA skim 2 yang ditandai dengan adanya zona bening. Hidrolisis protein ini berperan dalam reduksi proses metabolisme, mekanisme patogenesis, germinasi spora dan proses biologi lainnya Ward 1985 diacu dalam Febrian 2004. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil bahwa Pseudomonas aeruginosa memiliki kemampuan tertinggi untuk menghasilkan enzim protease dengan indeks proteolitik sebesar 4,7 Baehaki 2004. Protease yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah metaloprotease ekstraseluler, elastase dan alkalin protease, semakin tinggi jenis protease yang dihasilkan maka berkorelasi dengan tingkat patogenitasnya Hase dan Finkelstein 1993.

4.3. Ekstraksi Komponen Inhibitor Protease dari Karang Lunak

Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur Khopkar 2003. Dalam pemilihan pelarut, faktor yang harus diperhatikan antara lain daya melarutkan, titik didih, sifat toksik, mudah tidaknya terbakar dan sifat korosif terhadap peralatan ekstraksi. Pelarut yang digunakan pada penelitian adalah metanol polar, etil asetat semi polar dan heksana non polar. Penggunaan ketiga pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda ini bertujuan untuk mengekstrak komponen bioaktif dalam karang lunak sesuai dengan tingkat kepolarannya sehingga zat aktif dapat diekstrak secara optimal pada salah satu pelarut yang digunakan. Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap, yaitu penghancuran bahan, penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan dan pemisahan bahan aktif dari pelarutnya. Penghancuran sampel dalam tahap ekstraksi bertujuan untuk mempermudah komponen-komponen bioaktif terekstrak di dalam pelarut. Prinsip pelarutan yang dipakai pada metode ini adalah like dissolve like artinya pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar Khopkar 2003. Selanjutnya dilakukan maserasi dengan tujuan agar terjadi tumbukan antara partikel yang dapat memperbesar kemungkinan pengikatan dan pemecahan sel sehingga komponen bioaktif dapat keluar dari jaringan dan larut didalam pelarut. Tahap selanjutnya adalah pemisahan dengan penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan sampel karang lunak dengan pelarut yang telah mengandung komponen aktif, sedangkan evaporasi bertujuan untuk memisahkan bahan aktif dengan pelarutnya dengan cara menguapkan pelarutnya dalam keadan vakum. Suhu yang digunakan berkisar antara 30-40 o C, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan senyawa aktif sampel Harborne 1984. Hasil ekstraksi karang lunak Sarcophyton sp., Sinularia sp., Nephthea, Xenia sp. dan Dendronephthya dengan perbandingan sampel karang lunak dan volume pelarut yaitu 1:3 didapatkan rendemen hasil ekstraksi dengan pelarut metanol 9,6762 lebih besar dibanding pelarut etil asetat 3,5682 dan heksan 0,6375 Lampiran 3. Hal ini menunjukkan bahwa komponen- komponen pembentuk karang lunak tersebut cenderung larut pada pelarut metanol. Metanol termasuk ke dalam golongan alkohol yang memiliki berat molekul BM rendah, sehingga memudahkan pembentukan ikatan hidrogen dengan molekul air dalam jaringan sampel Hart 1987. Selain itu pelarut ini mampu mengekstrak senyawa organik, sebagian lemak serta tanin, akibatnya senyawa di dalam jaringan sampel akan mudah terekstrak Heat dan Reneccius 1987. Berdasarkan Gambar 8 dan Lampiran 3 diketahui bahwa nilai rendemen yang tertinggi diperoleh dari ekstrak karang lunak jenis Sarcophyton sp. sebesar 4,0421 . Tingginya rendemen yang dihasilkan disebabkan oleh besarnya komponen polar, semi polar dan non polar yang terkandung pada karang lunak Sarcophyton sp. yang terlarut didalam pelarutnya, sedangkan rendemen yang terkecil diperoleh dari ektrak karang lunak jenis Dendronephthya sebesar 0,8776 . Rendahnya rendemen ini diduga karena pada proses pengkoleksian sebagian cairan yang merupakan penyokong tubuh karang lunak Dendronephthya Fabricius dan Alderslade 2001 keluar akibat proses pemotongan. Cairan yang keluar tersebut diduga mengandung sebagian besar komponen zat aktif yang terdapat pada karang lunak sehingga pada saat ekstraksi, hanya sedikit zat aktif yang terekstrak. 4,0421 2,0997 3,9617 2,9008 0,8776 0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000 4,0000 4,5000 Sarcophyton sp Sinularia sp Nephthea Xenia sp Dendronephthya Karang Lunak R a nde m e n Gambar 8. Rendemen total ekstraksi komponen bioaktif lima karang lunak.

4.4. Penapisan Potensi Inhibitor Protease pada Karang Lunak