4.5.3. Pembahasan umum
Kondisi lingkungan pada habitat berkarang seperti yang dijumpai pada kedalaman 7 meter dan 15 meter merupakan kondisi yang kompleks terutama di
dalam tingkat persaingan untuk mendapatkan ruang tumbuh. Burkepile 2004 dalam Harris 2005 menyatakan bahwa tingkat persaingan pada habitat terumbu karang
adalah sangat intensif. Beberapa kelompok organisme laut akan mengeluarkan senyawa allelopathic di sekelilingnya sebagai pertahanan terhadap bentik kompetitor
ruang, organisme pengotor atau mikroorganisme. Organisme tersebut termasuk spons, karang lunak, anemon, alga dan karang batu Sammarco dan Coll 1988 dalam
Harris 2005. Spesies spons Styotella aurantium, Chelinaphsilla sp. dan Euryspongia
delicatula berdasarkan hasil pengamatan hanya dapat dijumpai pada kedalaman 7 meter, sedangkan spesies spons Aka sp., Clathria sp., Ircinia sp., Callyspongia
aerizusa, Myrmeckioderma granulata, Pseudoceratina verongita dan Higginsia massalis dapat dijumpai pada kedalaman 15 meter tetapi tidak ditemukan pada
kedalaman 7 meter. Sebaliknya spesies spons Xestospongia sp.1, Xestospongia sp.2, Petrosia sp. dan Hirtois erecta ternyata tidak memiliki karakteristik habitat yang
spesifik bagi pertumbuhannya baik pada kedalaman 7 meter maupun 15 meter. Hirtois erecta merupakan contoh spesies spons yang mampu beradaptasi
terhadap aksi gelombang, kompetisi, arus, predasi, ombak, kekeruhan, sedimentasi serta kondisi yang terlindung karena memiliki sifat konsistensi yang kokoh, spongy
dan elastis serta umumnya berbentuk ramose dan pipih. Spesies yang demikian menurut Bergquist dan Tizard 1967 dalam Amir 1992 sangat umum dijumpai di
berbagai tempat serta tidak memiliki preferensia bagi biotop yang spesifik, sedangkan Petrosia sp., Xestospongia sp.1 dan Xestospongia sp.2 memiliki konsistensi yang
keras dan pejal Van Soest 1989 dalam Romimohtarto dan Juwana 1999. Suberea laboutei merupakan spesies spons yang unik karena membentuk
suatu kelompok spons tersendiri baik pada kedalaman 7 meter maupun 15 meter. Spesies spons ini berdasarkan pengamatan karakteristik habitat pada kedua
kedalaman tersebut ternyata lebih menyukai kondisi terumbu karang dengan luas penutupan karang hidup yang tinggi 85.40 - 90.10.
Keragaman spesies yang lebih tinggi pada kedalaman 15 meter 25 jenis diandingkan kedalaman 7 meter 21 jenis diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang
lebih stabil terkait dengan menurunnya pengaruh aksi gelombang yang digerakkan oleh angin seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan. Spons dijumpai
terdistribusi tidak sempurna patchy dan bukannya acak random baik pada kedalaman 7 meter maupun 15 meter. Pola penyebaran yang demikian dapat
memberikan indikasi bahwa ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu telah mengalami degradasi akibat polusi dan sedimentasi secara terus menerus UNESCO,
1997. Pola tersebut juga dapat menggambarkan tingkat kompetisi yang tinggi antar biota terumbu karang.
4.6. Kualitas perairan terumbu karang