IIA Tanpa invasi parametrium
T2a IIB
Dengan invasi parametrium T2b
III Tumor  menyebar  ke  dinding  panggul  danatau  sepertiga  bawah
vagina, yang  menyebabkan hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal.
T3
IIIA Tumor  menyebar  sepertiga  bawah  vagina  tapi  tidak  sampai  ke
dinding panggul. T3a
IIIB Tumor menyebar ke dinding panggul.
T3b IV
Tumor  telah  menyebar  keluar  panggul  kecil  dan  melibatkan mukosa  rektum  danatau  kandung  kemih  dibuktikan  secara
histologis,  atau  telah  terjadi  metastasis  keluar  panggul  atau  ke tempat-tempat yang jauh.
T4
IVA Invasi mukosa buli-buli danatau rektum.
T4a IVB
Metastasis jauh. T4b
Rasjidi dkk., 2010
2.8. DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM
Secara  umum  kasus  kanker  leher  rahim  dan  kematian  akibat  kanker  leher rahim  bisa  dideteksi  dengan  mengetahui  adanya  perubahan  pada  daerah  leher
rahim    lesi  prakanker.  Program  pemeriksaan  skrining  yang  dianjurkan  untuk kanker  leher  rahim  menurut  WHO  adalah  skrining  pada  setiap  wanita  minimal
satu kali pada wanita usia 35-40 tahun: 1  Kalau fasilitas tersedia, dilakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55 tahun
2  Kalau fasilitas tersedia lebih, dilakukan 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun 3  Ideal  atau  optimal,  dilakukan  tiap  3  tahun  pada  wanita  usia  25-60  tahun
Rasjidi, 2009: 127. Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program skrining yang terorganisasi
dengan sasaran perempuan kelompok usia tertentu, pembentukan system rujukan yang  efektif  pada  tiap  tingkat  pelayanan  kesehatan,  dan  edukasi  bagi  petugas
kesehatan dan perempuan usia produktif WHO, 2006.
1  Tes HPV Menggunakan  teknik  pemeriksaan  molekul,  DNA  yang  terkait  dengan  HPV
diuji  dari  sebuah  contoh  sel  yang  diambil  dari  leher  rahim  atau  liang  senggama Depkes RI, 2009: 9.
2  Servikografi Kamera  khusus  digunakan  untuk  memfoto  leher  rahim.  Film  dicetak  dan
foto  diinterpretasikan  oleh  petugas  terlatih.  Pemeriksaan  ini  terutama  digunakan sebagai  tambahan  dari  deteksi  dini  dengan  menggunakan  IVA,  tetapi  dapat  juga
sebagai metode penapisan primer Depkes RI, 2009. 3  Kolposkopi
Pemeriksaan  visual  bertenaga  tinggi  pembesaran  untuk  melihat  leher rahim, bagian luar dank anal bagian dalam leher. Biasanya disertai biopsi jaringan
ikat  yang  tampak  abnormal.  Terutama  digunakan  untuk  mendiagnosis  Depkes RI, 2009.
4  Inspeksi Visual Asam Asetat IVA Pemeriksaan  leher  rahim  secara  visual  menggunakan  asam  cuka  IVA
berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau  cuka 3-5. Daerah yang tidak normal akan
berubah  warna  dengan  batas  yang  tegas  menjadi  putih  acetowhite,  yang mengindikasikan  bahwa  leher  rahim  mungkin  memeiliki  lesi  prakanker
Kemenkes RI, 2010. IVA tidak direkomendasikan pada wanita  pasca-menopouse, karena daerah
zona  transisional  seringkali  terletak  kanalis  servikalis  dan  tidak  tampak  dengan
pemeriksaan  inspekulo.  IVA  positif  bila  ditemukan  adanya  area  berwarna  putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona transformasi
Rasjidi, 2009. Menurut  Sankanarayan  R,  et  al  2003  dalam  Depkes  2008,  bahwa
kategori temuan IVA tampak seperti tabel 2.3. berikut:
Tabel 2.3. Kategori Temuan IVA
1. Negatif
−  Tak ada lesi bercak putih acetowhite lesion −  Bercak  putih  pada  polip  endoservikal  atau  kista
nabothi −  Garis  putih  mirip  lesi  acetowhite  pada  sambungan
skuamokolumnar 2.
Positif 1 + −  Samar,  transparan,  tidak  jelas,  terdapat  lesi  bercak
putih yang ireguler pada serviks −  Lesi  bercak  putih  yang  tegas,  membentuk  sudut
angular, geographic acetowhite lesions yang terletak jauh dari sambungan skuamokolumnar
3. Positif 2 ++
−  Lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai ke  sambungan skuamokolumnar
−  Lesi  acetowhite  yang  luas,  circumorificial,  berbatas tegas, tebal dan padat
−  Pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite
5  Pemeriksaan Sitologi Papanicolaou Tes Pap American  College  Of  Obstetrician  And  Gynecologists  ACOG,  American
Cancer  Society  ACS,  dan  US  Preventive  Task  Force  USPSTF  mengeluarkan panduan  bahwa  wanita  setiap  seharusnya  melakukan  tes  pap  untuk  skrining
kanker  mulut  rahim  saat  3  tahun  pertama  dimulainya  aktifitas  seksual  atau  saat usia 21 tahun. Karena tes ini mempunyai risiko false negative sebesar 5-6. Tes
pap  yang  kedua  seharusnya  dilakukan  1  tahun  pemeriksaan  yang  pertama.  Pada akhir tahun 1987, America Cancer Society mengubah kebijakan mengenai interval
pemeriksaan tes pap tiap 3 tahun setelah 2 kali hasil negatif Rasjidi, 2009.
2.9. DIAGNOSIS KANKER LEHER RAHIM