stuasi dimana tata nilai budaya masyarakat Indonesia tertentu belum menunjukkan terwujudnya perilaku hidup sehat Depkes RI, 1989: 18.
2.15.6. Riwayat Keluarga Kanker
David dalam Muzaham 1995 menyatakan bahwa nilai diri dari suatu tindakan yang berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber dari
pengalaman seseorang selaku kelompok sosial. Jika dalam keluarga pernah menderita kanker leher rahim dapat menjadi pengalaman bagi si sakit, sehingga
menjadi pertimbangan dalam memilih untuk mengobati penyakitnya atau tidak. Berdasarkan penelitian Mohamed Berraho 2012 di Morocco
menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga tanpa kanker leher rahim berisiko 14,28 kali lebih besar terlambat terdiagnosis kanker leher rahim. Tidak
memiliki keluarga dengan riwayat kanker menyebabkan seseorang tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kanker Ristarolas Tiolena H, 2008. Bagi
wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker leher rahim memiliki kesadaran lebih dan lebih termotivasi untuk konsultasi lebih awal dan bahkan
dapat didiagnosis pada stadium yang lebih awal Mohamed Berraho, 2012.
2.15.7. Status Pekerjaan
Pekerjaan menjadi penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap kesehatannya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menjadi faktor risiko seorang
mengalami sakit maupun penyakitnya. Penelitian Zai 2009 menunjukkan bahwa proporsi terbesar pakerjaan penderita kanker leher rahim yang dirawat inap di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2003-2007 adalah ibu rumah tangga IRT sebesar 78,2. Menurut Berraho, et al 2010 mengungkapakan bahwa IRT
memiliki risiko tinggi mengalami keterlambatan pasien kanker leher rahim lebih lama. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan penderita yang mayoritas
rendah, sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus yang hanya didapatkan melalui jenjang pendidikan formal. Berdasarkan
hasil penelitian Hidayati 2001 menyebutkan bahwa kanker leher rahim berhubungan dengan pekerjaan, dimana bila dibandingkan dengan wanita
pekerjaan ringan atau pekerja kantor sosial ekonomi menengah ke atas, wanita pekerja kasar, seperti buruh dan petani sosial ekonomi rendah, mempunyai
risiko 4 kali lebih tinggi.
2.15.8. Tingkat Pendidikan