Analisis Rentabilitas Pada PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS RENTABILITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

MENTARI 112101027

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM DIPLOMA III

MEDAN

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : MENTARI

NIM : 112101027

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS RENTABILITAS PADA PT

PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

TANGGAL : JULI 2014 DOSEN PEMBIMBING

Dra. Lisa Marlina, M.Si NIP. 19570314 198503 2 001

TANGGAL : JULI 2014 KETUA PROGRAM STUDI

DIII MANAJEMEN KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M. Si NIP. 19741123 200012 2 001

TANGGAL : JULI 2014 DEKAN

Prof Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac ,Ak, CA NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrobbil`alamin. Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada sang Khalik ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini diberi judul Analisis Rentabilitas pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. Tugas akhir ini Penulis selesaikan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan Program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini terdapat banyak kesalahan didalam penulisannya dan sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk penyempurnaan isi Tugas Akhir ini.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini Peneliti banyak menerima bantuan moril dan materil maupun dorongan semangat yang tidak ternilai dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung Peneliti dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Syafrizal H.Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan

4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah membimbing Penulis hingga Tugas Akhir ini selesai.

5. Bapak / Ibu Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu pegawai PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. 7. Teristimewa kepada kedua orangtua saya, Arun dan Kamisah yang dengan

sabar telah membesarkan, mendidik, memberi nasihat, semangat, serta tidak pernah henti-hentinya memberikan doa di setiap waktu sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa juga kepada kakak saya Dian Anggreani dan abang saya Andika yang telah memberikan dorongan dan doa sehingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga memperoleh balasan yang berlipat ganda dari-Nya, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya, dan menjadi amal bagi penulis.

Medan, Juli 2014

MENTARI NIM: 112101027


(5)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 5

A. Sejarah Perusahaan ... 5

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 8

C. Uraian Pekerjaan ... 11

1. Dewan Komisaris ... 11

2. Direksi ... 11

3. Direktur Utama ... 11

4. Direktur Produksi ... 13

5. Direktur SDM dan Umum ... 14

6. Direktur Keuangan ... 16

7. Direktur Perencanaan & Pengembangan Usaha ... 17

8. Komite Audit ... 19

9. Sekretaris Perusahaan ... 19

10. Satuan Pengawas Intern (SPI) ... 20

D. Kegiatan Terkini ... 21

BAB III PEMBAHASAN ... 24

A. Laporan Keuangan ... 24

B. Tujuan Laporan Keuangan ... 29

C. Bentuk Laporan Keuangan ... 30

D. Analisis Rasio Keuangan ... 36

E. Analisis Rentabilitas Perusahaan ... 38

F. Analisis dan Evaluasi ... 44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55


(6)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) ... 10 Gambar 3.1 Grafik Rasio Rentabilitas PT Perkebunan Nusantara IV


(7)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Laporan Posisi Keuangan

Komparatif Per 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010 ... 41 Tabel 3.2 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Laporan Posisi Keuangan

Komparatif Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 ... 42 Tabel 3.3 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010, 2011, dan 2012 ... 43 Tabel 3.4 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Rasio Rentabilitas


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan selalu dan terus berusaha meningkatkan pengelolaan dan kinerja untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pencapaian tujuannya. Memperoleh laba yang maksimal dengan memberikan kepuasan tersendiri akan produk yang dihasilkan adalah tujuan lain yang hendak dicapai. Sebagaimana diketahui, laba merupakan ukuran untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Penjualan, laba dan biaya merupakan sumber informasi untuk membantu membuat asumsi-asumsi dan membuat keputusan-keputusan yang lebih baik yang akan meningkatkan laba.

Untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan, baik itu perusahaan dagang, jasa dan industri akan sangat membutuhkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Laporan ini menyediakan informasi yang menjelaskan posisi perusahaan dan keadaan perusahaan pada suatu tanggal tertentu serta hasil usaha selama periode tertentu. Laporan keuangan ini terdiri atas: Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan laporan-laporan keuangan lainnya akan memberikan informasi yang menyeluruh mengenai kondisi perusahaan.

Dengan penggunaan laporan keuangan sebagai alat pengukur kinerja keuangan, maka pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan akan mengetahui keadaan keuangan perusahaan, mengetahui sampai dimana keberhasilan dan


(9)

perkembangan perusahaan, apakah ada peningkatan, ataukah penurunan dari periode sebelumnya. Menilai dan mengambil keputusan di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan alat ukur kinerja, dan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya diperlukan metode pengukuran tertentu. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Untuk hal ini digunakan suatu standar pembanding yang disebut dengan “analisis rasio keuangan”.

Analisis rasio keuangan suatu perusahaan sangatlah diperlukan untuk memperluas informasi yang disajikan oleh laporan keuangan. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Analisis rasio keuangan ini bermanfaat untuk mengetahui kinerja dan prestasi perusahaan, mengevaluasi kinerja perusahaan, kinerja aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan, menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang, memprediksi likuiditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan perusahaan yang sudah dikenal baik oleh masyarakat dalam mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa


(10)

pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.

Pencapaian laba maksimum merupakan salah satu tujuan utama PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Dengan adanya pencapaian laba yang

maksimum kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan lebih terjamin. Laporan laba rugi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) pada tahun 2010, 2011, dan 2012 menunjukkan fluktuasi di setiap tahunnya. Pada tahun 2010 laba bersih yang dicapai oleh perusahaan sebesar Rp. 804.279.495.996 atau 14,90% dari volume penjualan. Pada tahun 2011 laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp. 890.866.393.008 atau 16,09% dari volume penjualan. Dan pada tahun 2012 laba bersih perusahaan mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar Rp. 697.428.997.083 atau 13,11% dari volume penjualan. Selama tiga tahun PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) terus menunjukkan fluktuasi, dan akan tetap terjadi kenaikan dan penurunan laba perusahaan di setiap tahunnya.

Oleh sebab itu penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai rentabilitas pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, dan dari uraian ini maka penulis tertarik untuk membahas dan mengadakan penelitian dengan judul pembahasan “ANALISIS RENTABILITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN”.


(11)

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada tugas akhir ini adalah: Bagaimanakah rentabilitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan selama tahun 2010, 2011, dan 2012?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kemampuan laba (rentabilitas) dan perkembangannya pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan selama tiga tahun.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Sebagai bahan masukan bagi penulis di dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam menganalisis rasio rentabilitas.

2. Bagi Perusahaan

Dapat menjadi masukan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, dan pertimbangan dalam mengambil langkah kebijakan di masa yang akan datang.

3. Bagi Pembaca

Menambah pemahaman dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca.


(12)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VIII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara IV dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 37 tanggal 11 Maret 1996, telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-8332. HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, Anggaran Dasar telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir berdasarkan Akta No. 18 dari Notaris Sri Rahayu H. Prasetio, SH tanggal 26 September 2002 yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia RI dengan Surat Keputusan No. C-20652. HT.01.04 tanggal 23 Oktober 2002. Diubah terakhir kali berdasarkan Akte Notaris Sri Ismiiyati, SH Nomor 11 tanggal 4 Agustus 2008, di umumkan dalam Berita Negara R.I No. 90, tanggal 7 November 2008, Tambahan Berita Negara No.22826. Yang kini beralamat di Jl. Letjend.Suprapto No. 2 Medan.

PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai,


(13)

Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas , Batubara dan Mandailing Natal. Dalam proses pengolahan, PTPN IV memiliki 15 Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total 575 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, 2 unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 154 ton Daun Teh Basah (DTB) per hari, dan 1 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 450 ton per hari.

PTPN IV juga didukung oleh 1 Unit Usaha Engineering Manufacturing and Construction yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) dan 3 Unit Usaha Rumah Sakit yaitu RS. Laras, RS. Balimbingan dan RS. Pabatu. Seluruh Unit Usaha dan Proyek Pengembangan PTPN IV dikelompokkan ke dalam 5 (lima) Grup Unit Usaha (GUU) yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Grup Unit Usaha-I meliputi : Unit Usaha Bah Jambi, Unit Usaha Balimbingan, Unit Usaha Tonduhan, Unit Usaha Pasir Mandoge, Unit Usaha Sei Kopas, Unit Usaha Dolok Sinumbah, Unit Usaha Marihat.

2. Grup Unit Usaha-II meliputi : Unit Usaha Gunung Bayu, Unit Usaha Mayang, Unit Usaha Bukit Lima, Unit Usaha Dolok Ilir, Unit Usaha Laras, Unit Usaha Tanah Itam Ulu

3. Grup Unit Usaha-III meliputi : Unit Usaha Pabatu, Unit Usaha Adolina, Unit Usaha Air Batu, Unit Usaha Tinjowan, Unit Usaha Padang Matinggi, Unit Usaha Aek Nauli, Unit Usaha Sawit Langkat.


(14)

Usaha Panai Jaya, Unit Usaha Batang Laping, Unit Usaha Timur, Unit Usaha Plasma Madina.

5. Grup Unit Usaha-V meliputi : Unit Usaha Marjandi, Unit Usaha Bah Butong, Unit Usaha Sidamanik, Unit Usaha Tobasari, Unit Usaha Bah Birong Ulu

Berikut ini akan dijelaskan visi dan misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

1. Visi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Menjadi pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan. 2. Misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

a. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.

b. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

c. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.

d. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

e. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

f. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/daerah.


(15)

B. Struktur Organisasi

PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.

Umumnya suatu organisasi baik itu organisasi massa maupun organisasi usaha, haruslah mempunyai struktur organisasi. Struktur organisasi perusahaan merupakan pembagian kerja, wewenang, dan sistem komunikasi dalam mewujudkan tujuan perusahaan ataupun organisasi. Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Struktur organisasi dari suatu perusahaan dalam penerapannya selalu berbeda-beda dengan perusahaan lain sehingga untuk menerapkan struktur organisasi harus melihat kepada kebutuhan dan jenis perusahaan yang menggunakannya.

Penyusunan struktur organisasi sesuai dengan prinsip organisasi yang dilaksanakan sebelum operasi fisik perusahaan, agar berjalan sebagaimana mestinya. Pembentukan struktur organisasi secara umum diikuti dengan penyusunan analisa jabatan dan uraian jabatan yang mempertegas dalam pembagian pekerjaan dalam arti pekerja mengetahui siapa yang menjadi atasannya, pekerja apa yang diharapkan darinya dan apa yang harus dikerjakannya, apa yang menjadi hak dan kewajibannya dan lain sebagainya. Oleh


(16)

karena itu struktur organisasi sangat penting peranannya untuk menghindari ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas perusahaan.

Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan menggunakan struktur organisasi garis dan pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal, yaitu dari pimpinan tertinggi kepada komisaris dan direksi yang diteruskan kebagian lainnya di bawah departemen yang bersangkutan. Dengan adanya struktur organisasi maka dapat diperoleh beberapa keuntungan yaitu:

1. Adanya penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian 2. Menghindari terjadinya konflik dalam pelaksanaan tugas

3. Adanya kejelasan kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan.

Berikut ini adalah struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.


(17)

(18)

C. Uraian Pekerjaan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan sesuai dengan SK Direksi No. 04.13/Kpts/43/VIII/2003 tentamg organisasi dan tata kerja mempunyai beberapa bidang yaitu terdiri dari :

1. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

2. Direksi

Direksi bertugas menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun diluar Pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan, Anggaran Dasar dan/atau Keputusan RUPS.

3. Direktur Utama

a. Mengelola Perusahaan sesuai amanat RUPS untuk mewujudkan sasaran Perusahaan.


(19)

b. Menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS.

c. Memimpin, mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan program kegiatan Direktur Produksi, Direktur SDM dan Umum, Direktur Keuangan dan Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha, Manajer Grup dan Manajer Unit.

d. Menjalankan arahan dari Dewan Komisaris dan RUPS.

e. Mengatur pembagian tugas dan wewenang masingmasing anggota Direksi. f. Mengadakan dan memimpin rapat Direksi secara berkala, untuk

mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan masing-masing Direktorat, Grup Unit Usaha dan Unit Usaha.

g. Memberi penjelasan kepada Dewan Komisaris dan atau Rapat Umum Pemegang Saham, mengena Rencana Jangka Panjang Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta Laporan Tahunan.

h. Melaksanakan pemenuhan aspek legal dan kepatuhan Perusahan terhadap Anggaran Dasar, keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan.

i. Mengkoordinir penyelenggaraan akuntansi keuangan, akuntansi biaya, verifikasi dan administrasi aset.


(20)

j. Mengkoordinir Direksi melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) serta merumuskan tindakan perbaikan yang diperlukan. k. Mengkoordinir pembuatan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan

Tahunan yang akan disampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham.

l. Melakukan pembinaan dan monitoring tugas-tugas dibidang Satuan Pengawasan Intern dan Sekretaris Perusahaan (termasuk P2BJ).

m. Mengkoordinir pelaksanaan dan pemantauan terhadap implementasi Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko.

n. Mengkoordinir perumusan program kegiatan masingmasing Direktorat, Grup Unit Usaha dan Unit Usaha, dan Sekretaris Perusahaan serta SPI yang dijabarkan dari RKAP dan RJPP.

o. Mengkoodinir penyusunan RJPP, RKAP dan rencanarencana lainnya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris dan RUPS.

p. Penanggung jawab pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan pengembangan usaha Perusahaan.

4. Direktur Produksi

a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat Produksi.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat Produksi.

c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatandi Bidang Tanaman, Pengolahan (termasuk P3TBS) dan Teknik.


(21)

d. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.

e. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat Produksi untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan.

f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasional.

g. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsipprinsip Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS).

h. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang berkaitan dengan tugas operasionalnya.

i. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan dibidang Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS).

j. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS) yang didasarkan kepada penjabaran dari RKAP dan RJPP yang telah disahkan.

k. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat Produksi dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan.

5. Direktur SDM dan Umum

a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas dibawah Direktorat SDM dan Umum.


(22)

c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat SDM dan Umum.

d. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan dibidang SDM, Umum, Hukum dan Pertahanan serta Pengadaan.

e. Melaksanakan pengelolaan SDM, termasuk rekrutmen, penempatan, penilaian kinerja, karir, remunerasi dan purna tugas.

f. Menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk dibahas bersama dengan Serikat Pekerja dan peraturan kepegawaian.

g. Mengurus permasalahan hukum yang dihadapi Perusahaan dan pengurusan hak atas tanah sesuai ketentuan yang berlaku.

h. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS. i. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan SDM, Umum,

Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatannya.

j. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasional.

k. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsipprinsip Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan.

l. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang berkaitan dengan tugas operasionalnya.

m. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan di bidang SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan, dan Pengadaan.


(23)

n. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian SDM, Bagian Umum, Bagian Hukum dan Pertanahan serta Bagian Pengadaan yang didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah disahkan.

o. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat SDM dan Umum dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan

6. Direktur Keuangan

a. Memimpin dan mengkordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat Keuangan.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat Keuangan.

c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan yang telah dirumuskan, meliputi Bidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran

d. Menjalankan arahan-arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.

e. Mengadakan rapat internal secara berkala guna membahas masalah-masalah dibidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran.

f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasionalnya.

g. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran.


(24)

h. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan audit eksternal yang berkaitan dengan tugas operasionalnya.

i. Menyiapkan laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Laporan Tahunan serta Laporan Keuangan untu dibahas bersama-sama dengan Anggota Direksi sebelum disampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham

j. Menyelenggarakan dan memelihara akuntansi keuangan, akuntansi biaya, verifikasi dan akuntansi aset.

k. Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang keuangan, akuntansi, dan pemasaran dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk selanjutnya mengkoordinir penyusunan RKAP, RJPP dan rencana lainnya secara korporasi.

l. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Keuangan, Akuntansi dan Bagian Pemasaran yang didasarkan kepada RKAP dan RJP yang telah disahkan.

m. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat Keuangan dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan.

n. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan penjualan/ pemasaran dan persediaan produk.

7. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha

a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.


(25)

c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan di Bidang Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha (tidak termasuk pengembangan di Bidang Tanaman) dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). d. Pengelolaan dan pengurusan Anak Perusahaan dan Perusahaan Penyertaan

(tidak termasuk aspek legal).

e. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.

f. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan.

g. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasional.

h. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsipprinsip Good Corporate Govermance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL.

i. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan di Bidang Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL

j. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan eksternal auditor yang berkaitan dengan tugas operasionalnya.

k. Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha dan program Kemitraan dan Bina Lingkungan.


(26)

l. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan bagian Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah disahkan. m. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan

dilingkungan Direktorat Pengembangan Usaha dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan.

8. Komite Audit

a. Bertugas memonitori dan mengevaluasi proses penyelesaian Laporan Keuangan Tahun buku setiap tahunnya dan penetapan laporan pertanggung jawaban keuangan perusahaan tahun sebelumnya.

b. Melakukan evaluasi atas efektivitas Satuan Pengawasan Intern (SPI). c. Melakukan evaluasi atas sistem Pengendalian Intern kegiatan tertentu.

d. Melakukan evaluasi dan memonitori atas laporan Direksi tentang progres pelaksanaan arahan RUPS.

e. Melakukan evaluasi atas Laporan Manajemen Triwulan Direksi. 9. Sekretaris Perusahaan

a. Bertugas memastikan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan BUMN, Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar.

b. Memberikan penjelasan atas peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

c. Mengkoordinasikan atas kepatuhan pelaksanaan GCG di lingkungan PTPN IV.


(27)

d. Menyimpan dokumen-dokumen perusahaan, seperti Risalah RUPS, Risalah Rapat Direksi dan Risalah Rapat Dewan Komisaris.

e. Menyimpan dan mengawasi stempel resmi perusahaan.

f. Membantu, jika diperlukan, dalam mempersiapkan Laporan Tahunan Perusahaan.

10. Satuan Pengawas Intern (SPI)

a. Bertugas menilai terhadap informasi keuangan mencakup penilaian terhadap informasi keuangan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.

b. Menilai terhadap ketaatan Unit Usaha yang bersangkutan pada peraturan perundang-undangan yang mendasari transaksi/kegiatan yang mempunyai pengaruh kepada laporan keuangan serta ketaatan terhadap RKAP yang telah ditetapkan.

c. Menilai terhadap penggunaan sumber daya ekonomi perusahaan, apakah telah dikelola denga baik efisien dan berdaya guna.

d. Menilai capaian realisasi yang sebenarnya dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan termasuk pengajuan ketaatan Unit usaha terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kehematan, daya guna dan hasil guna.

e. Melakukan audit terhadap kegiatan dalam perusahaan yang diindikasikan adanya kecurangan atau penyimpangan maupun tindak pidana korupsi.


(28)

D. Kegiatan Terkini

Setiap instansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan instansi, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), perusahaan ini terus berupaya agar tujuan yang telah di gariskan oleh perusahaan ini dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kegiatan usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah:

1. Capaian produksi TBS Kebun Sendiri (Incl. Proyek Timur dan Balap) dan pembelian TBS s.d. Triwulan IV/2012 masing-masing dibawah RKAP sebesar 125.875 ton atau 5,25% dan 36.023 ton atau 5,15% dan secara gabungan produksi TBS dibawah RKAP sebesar 161.898 ton atau 5,23%. Realisasi produksi TBS Kebun Sendiri (Incl. Proyek Timur dan Balap) s.d. Triwulan IV/2012 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mengalami peningkatan sebesar 50.280 ton atau 2,26%. Realisasi produksi Daun Teh Basah kebun sendiri s.d. Triwulan IV/2012 dibawah RKAP sebesar 5.031 ton atau 21,51% dan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dibawah sebesar 21.112 ton atau 53,49%.

2. Rendemen minyak sawit kebun sendiri s.d. Triwulan IV/2012 dibawah RKAP sebesar 0,42% dan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu diatas 0,18%. Rendemen inti sawit kebun sendiri s.d. Triwulan IV/2012 RKAP sebesar 0,08% dan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu diatas


(29)

0,18%. Rendemen Teh Jadi kebun sendiri s.d. Triwulan IV/2012 dibawah RKAP sebesar 0,09% dan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu diatas sebesar 0,04%.

3. Capaian penjualan setelah pungutan ekspor s.d. Triwulan IV/2012 sebesar Rp 5.319,12 milyar jika dibandingkan dengan RKAP sebesar Rp 6.096,29 milyar maka berada dibawah RKAP sebesar Rp 777,17 milyar atau 12,75%. Selanjutnya bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5.536,38 milyar mengalami penurunan sebesar Rp 217,27 milyar 3,92%. 4. Realisasi biaya secara keseluruhan s.d. Triwulan IV/2012 (harga pokok

penjualan + biaya usaha + biaya bunga + biaya lain-lain bersih) sebesar Rp 4.318,55 milyar. Jika dibandingkan dengan RKAP sebesar Rp 4.838,20 milyar maka realisasi biaya dibawah RKAP sebesar Rp 519,65 milyar atau 10,74%. Selanjutnya bila dibandingkan denga periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4.316,85 milyar mengalami kenaikan Rp 1,70 milyar atau 0,04%. 5. Capaian laba sebelum PPh s.d. Triwulan IV/2012 sebesar Rp 1.000,57 milyar

jika dibandingkan dengan RKAP sebesar Rp 1.258,09 milyar, berada dibawah RKAP sebesar Rp 257,51 milyar atau 20,47%. Selanjutnya bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.219,53 milyar mengalami penurunan sebesar Rp 218,96 milyar atau 17,95. Capaian laba Per komoditi masing-masing tanaman: Laba komoditi kelapa sawit s.d. Triwulan IV/2012 sebesar Rp 1.073,24 milyar jika dibandingkan dengan RKAP sebesar Rp 1.285,05 milyar berada dibawah RKAP sebesar Rp 211,82 milyaratau 16,48% dan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp


(30)

yang disebabkan karena adanya penundaan penyerahan/pengapalan minyak sawit oleh pembeli sebagai dampak dari harga jual yang cenderung menurun. Komoditi Teh s.d. Triwulan IV/2012 mengalami kerugian sebesar Rp 72,66 milyar jika dibandingkan dengan kerugian RKAP sebesar Rp 26,97 milyar berada diatas RKAP sebesar Rp 45,70 milyar atau 169,43%, selanjutnya bila dibandingkan dengan periode yang sama lalu rugi sebesar Rp 58,88 milyar mengalami kenaikan sebesar Rp 13,78 milyar atau 23,41%.

6. Capaian laba setelah pajak s.d. Triwulan IV/2012 sebesar Rp 697,43 milyar, jika dibandingkan dengan RKAP sebesar Rp 934,56 milyar, berada dibawah RKAP sebesar Rp 249,14 milyar atau 26,09%, selanjutnya bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 890,87 milyar mengalami penurunan sebesar Rp 193,44 milyar atau 21,71%. Penurunan ini disebabkan penjualan yang menurun seiring dengan pelemahan harga dan permintaan pasar yang menurun.

7. Laporan posisi keuangan per 31 Desember 2012 ditutup dengan total aset sebesar Rp 9,199,39 milyar bila dibandingkan per 31 Desember 2011 sebesar Rp 7.993,50 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp 1.205,88 milyar atau 15,09%. Hal ini disebabkan peningkatan aset tidak lancar sebesar Rp 968,95 milyar atau 15,47% dan peningkatan aset lancar sebesar Rp 236,94 milyar atau 13,68%.


(31)

BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan

Salah satu informasi penting yang perlu disediakan oleh perusahaan adalah informasi laporan keuangan. Laporan keuangan ini penting karena melalui informasi laporan keuangan, kita bisa melihat sejauh mana perkembangan yang telah terjadi dalam suatu perusahaan dan juga berdasarkan informasi tersebut nantinya bisa menyusun langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat maka pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dapat melakukan kebijaksanaan dan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Informasi laporan keuangan ini sangat berguna tidak saja bagi manajer untuk mengetahui sejauh mana perkembangan finansial perusahaan selama suatu periode, tetapi juga berguna bagi para investor saham untuk melihat prospek perusahaan di masa datang. Bagi para kreditor (misalnya bank), informasi dalam laporan keuangan berguna untuk melihat risiko perusahaan. Bagi pemerintah misalnya untuk keperluan pajak.

Menurut Helfret (1996) bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dasar bagi upaya analitis atas suatu perusahaan, maka pertama-tama kita harus mengerti sifat, cakupan, dan keterbatasannya sebelum kita menggunakan


(32)

Menurut Djarwanto Ps. (2004) laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat financial dicatat, digolong-golongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan.

Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan mengenai kondisi perusahaan, selain itu untuk memprediksi perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dengan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi dapat dipersiapkan berbagai langkah strategi untuk menghadapi segala kemungkinan tersebut.

Menurut Harahap (2013) pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemegang Saham

Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, biaya, dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen perusahaan. Ia juga ingin mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan persaham, jumlah laba yang ditahan, juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual, atau menambahnya. Semua tergantung pada kesimpulan yang diambil dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan atau informasi tambahan lainnya.


(33)

2. Investor

Investor dalam hal investasi juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor ia akan melihat kemungkinan potensi keuangan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.

3. Analis Pasar Modal

Analis pasar modal selalu melakukan analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk ke pasar modal. Analis ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada investor baik individual maupun lembaga.

4. Manajer

Manajer ingin mengetahui keadaan ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk keputusan yang tepat, manajer harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan, baik posisi semua pos neraca (aset, utang, modal), Laba/Rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor, dan sebagainya, karena beragamnya informasi yang dibutuhkan ini, laporan keuangan yang disusun dengan norma akuntansi keuangan yang bersifat umum terasa sangat sedikit sehingga ia harus mengharapkan informasi yang didesain dari akuntansi manajemen.


(34)

5. Karyawan dan Serikat Pekerja

Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak. Demikian juga tentang cadangan dana pensiun, asuransi kesehatan, asuransi atau jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) Negara yang demokratis, hak-hak karyawan dilindungi informasi seperti ini sangat penting.

6. Instansi Pajak

Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak, baik Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), pajak pembangunan, pajak penjualan barang mewah, pajak daerah, retribusi, Pajak Penghasilan (PPh). Perusahaan juga dikenakan pemotongan, penghitungan dan pembayarannya. Semua kewajiban pajak ini mestinya akan tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan.

7. Pemberi Dana (Kreditur)

Untuk mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan, baik yang sudah diberi pinjaman, maupun yang akan diberi pinjaman. Bagi yang sudah diberikan, laporan keuangan dapat menyajikan informasi tentang penggunaan dana yang diberikan. Kondisi keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan calon debitur laporan keuangan dapat menjadi


(35)

sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diberikan.

8. Supplier

Supplier hampir sama dengan kreditur. Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan.

9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi

Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutuhkan laporan keuangan. Karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ia tetapkan.

10. Pelanggan atau Lembaga Konsumen

Pelanggan dalam era modern seperti sekarang ini khususnya di Negara maju. Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat diuntungkan. Ia berhak mendapatkan pelayanan yang memuaskan dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini konsumen melindungi diri dari kemungkinan praktik yang merugikan dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya. Lembaga khusus yang membantu memantau kepentingan konsumen ini adalah lembaga konsumen.

11. Lembaga Swadaya Masyarakat

Sekarang ini banyak terdapat jenis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Untuk LSM tertentu bisa saja memerlukan laporan keuangan misalnya LSM yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat pekerja. LSM seperti ini


(36)

membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.

12. Peneliti/akademis/Lembaga Peringkat

Bagi penilai maupun akademis laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu berkaitan tentang laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan.

B. Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (DP2LK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Penyajian laporan keuangan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam PSAK 1 mengenai Penyajian Laporan Keuangan.

Informasi yang disediakan oleh laporan keuangan meliputi: 1. Posisi Keuangan

Menggambarkan berbagai sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan dan kewajiban yang ada pada suatu waktu tertentu. Sumber daya yang dimiliki perusahaan digunakan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Parameter pengukuran yang lazim dipergunakan untuk mengevaluasi adalah likuiditas dan solvabilitas. Informasi posisi keuangan merupakan potret sumber


(37)

daya dan kewajiban perusahaan di suatu waktu tertentu dan memiliki karakter cut off. Posisi keuangan dilaporkan dalam Laporan Posisi Keuangan.

2. Kinerja

Menggambarkan informasi kinerja perusahaan dan seberapa efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki dan dikuasainya. Parameter yang lazim dipergunakan untuk mengevaluasi adalah profitabilitas. Informasi kinerja perusahaan bersifat periodik. Informasi kinerja perusahaan dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Arus Kas.

3. Perubahan Posisi Keuangan

Menggambarkan informasi perubahan posisi keuangan perusahaan yang terkait bagaimana manajemen memanfaatkan kas dan setara kas serta kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sumber daya. Laporan ini sangat terkait penggunaan dan oleh perusahaan berupa kas dan setara kas untuk berbagai kegiatan operasional, investasi dan pendanaan. Informasi ini dilaporkan dalam Laporan Arus Kas.

4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

Merupakan komponen dalam laporan keuangan yang memuat berbagai catatan, informasi tambahan dan berbagai hal lainnya yang relevan namun tidak disajikan dalam laporan keuangan.

C. Bentuk Laporan Keuangan

Sehubungan dengan riset yang diadakan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, maka laporan keuangan yang diperoleh meliputi :


(38)

2. Daftar Laba Rugi (Income Statement) tahun 2010, 2011, dan 2012

Untuk dapat memahami kedua laporan tersebut maka akan diuraikan secara umum tentang neraca dan laporan laba rugi.

1. Neraca

Dalam literatur akuntansi, neraca diturunkan dari istilah “balance sheet” “statement of financial position, “statement of financial condition”, atau “statement of reseources and labilities.”

Menurut Djarwanto Ps. (2004) neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yakni akhir bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun.

Menurut Harahap (2013) laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa neraca suatu perusahaan menunjukkan harta, utang, dan modal pada suatu periode tertentu. Seperti pada batasan pengertiannya, menurut Djarwanto Ps. (2004) neraca memuat tiga bagian pokok, yakni:

a. Asset (Harta, Aktiva)

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan lain-lain. Aset disajikan dalam kriteria lancar dan tidak lancar.

Aset lancar mencakup uang kas, aset lainnya, atau sumber lainnya yang dapat diharapkan dapat dicairkan menjadi uang tunai, dijual, dan dipakai habis di


(39)

dalam kegiatan normal perusahaan, aset lancar dimiliki untuk diperdagangkan atau dengan tujuan jangka pendek.

Aset tidak lancar adalah aset yang tidak termasuk dalam kriteria aset lancar, aset tidak lancar dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali.

b. Liabilities (Kewajiban/Utang)

Utang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur. Dalam jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut. Pemenuhan kewajiban dapat berupa pembayaran uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Kewajiban disajikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk dalam kewajiban jangka pendek ialah:

1. Utang usaha yang timbul karena perolehan persediaan atau penerimaan jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan dikembalikan dalam jangka kegiatan normal perusahaan.

2. Utang pajak yaitu beban pajak perseroan yang belum dibayar pada waktu neraca disusun.

3. Pendapatan diterima dimuka merupakan pendapatan yang diterima lebih dahulu, penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak


(40)

lain telah menyerahkan uang lebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.

4. Utang jangka panjang yang telah jatuh tempo merupakan sebagan atau seluruh utang jangka panjang yang menjadi utang jangka pendek karena sudah sampai waktunya untuk dilunasi.

5. Utang-utang lain yang akan dibayar dalam waktu tidak melampaui satu tahun. Kewajiban jangka panjang adalah kewajban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk dalam kewajban jangka panjang ialah:

1. Hipotek adalah surat tanda berutang dengan jangka waktu pembayaran melebihi satu tahun, dimana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu seperti misalnya bangunan, tanah, atau perabot.

2. Obligasi adalah surat tanda berutang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapat sejumlah uang, berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati.

3. Wesel bayar jangka panjang adalah wesel bayar dimana jangka eaktu pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu operasi normal.

c. Owners’ Equity (Modal pemilik)

Merupakan sumber modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Bersama-sama dengan modal yang berasal dari kreditur kemudian ditanamkan dalam berbagai bentuk aktiva perusahaan. Yang termasuk dalam pos-pos modal adalah modal saham, cadangan, dan laba yang ditahan.


(41)

Bentuk penyajian neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu: 1. Bentuk neraca staffel atau report form

Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Di sebelah atas dicantumkan total aktiva dan dibawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.

2. Bentuk neraca skonto atau account form atau “T” form

Disini aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban dan modal ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.

3. Bentuk yang menyajikan posisi keuangan (financial position form)

Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan hasil pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja dtambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang maka akan diperoleh modal pemilik.

2. Laporan Laba Rugi

Dalam literature akuntansi, laporan laba rugi diturunkan dari istilah “profit and loss statement,” “earning statement,” “operations statement,” atau “income statement.”

Laporan laba rugi merupakan ringkasan mengenai pendapatan dan beban (biaya) serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih. Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih.


(42)

Bagian-bagian dari laporan laba rugi menurut Djarwanto Ps. (2004): a. Pendapatan (Revenue)

Committe on Terminology mendefinisikan revenue sebagai hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima jasa.

b. Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)

Harga pokok penjualan merupakan jumlah pengeluaran dan beban yang dikeluarkan langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang/jasa di dalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut dapat dipergunakan atau dijual.

Bagi perusahaan dagang, harga pokok penjualan adalah harga pokok barang dagangan yang dibeli yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode akuntansi. Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi ongkos-ongkos bahan dasar, tenaga kerja, dan ongkos-ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode akuntansi.

c. Biaya Usaha (Operating Expenses)

Biaya usaha timbul sehubungan dengan penjualan dan pemasaran barang atau jasa dan penyelenggaraan fungsi administrasi dan umum dari perusahaan yang bersangkutan. Biaya operasi dalam perusahaan biasanya dapat dibagi atas dua golongan yakni: biaya penjualan dan biaya administrasi. Biaya penjualan mencakup biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan penjualan dan pengiriman barang dagangan. Sedangkan biaya administrasi meliputi biaya-biaya pengawasan umum dan


(43)

penyelenggaraan administrasi kantor, pemeliharaan catatan akuntansi, dan lain-lain.

d. Penghasilan dan Biaya Nonoperating (Other Income and Expenses)

Penghasilan-penghasilan yang diperoleh dan biaya-baya yang dikeluarkan yang tidak ada hubungannya dengan usaha pokok perusahaan. Penghasilan lain-lain misalnya: penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, penghasilan komisi, dan lain-lain. Biaya lain-lain misalnya: biaya bunga, biaya sewa, dan lain-lain.

e. Pos-pos insidentil (Extraordinary Items)

Pos-pos insidentil adalah laba atau rugi dari transaksi-transaksi yang jarang dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya laba atau rugi dari penjualan surat-surat berharga dan aktiva lain selain barang dagangan, koreksi atas laba yang diperoleh sebelumnya, pajak atas laba insidentil.

D. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan, misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total aset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya. Analisis rasio keuangan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Harahap (2013), Analisis rasio mempunyai keunggulan dan keterbatasan, diantaranya adalah:


(44)

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi

e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

2. Keterbatasan Analisis Rasio

Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.

Adapun keterbatasan rasio analisis itu adalah:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat dipergunakan untuk kepentingan pemakainya.

b. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

c. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

3. Jenis Rasio

Umumnya rasio yang dikenal adalah: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.


(45)

a. Rasio likuiditas

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.

b. Rasio solvabilitas

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

c. Rasio rentabilitas

Rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen.

E. Rasio Rentabilitas Perusahaan

Rasio rentabilitas atau disebut juga dengan profitabilitas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dari sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya.

Berkaitan dengan ini perhatian ditekankan pada rentabilitas, sebab untuk melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable) demi masa depan perusahaan. Dapat dipastikan bahwa semakin tinggi rasio ini adalah semakin baik bagi perusahaan karena laba yang diperoleh semakin besar.

Rasio-rasio rentabilitas pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan berdasarkan neraca dan laporan laba rugi adalah sebagai berikut:


(46)

1. Gross Profit Margin (GPM)

Gross profit margin merupakan perbandingan antara laba kotor dengan total penjualan. Gross profit margin mengukur efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi), mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Gross profit margin memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan. Rasio Gross Profit Margin ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

GPM = x 100%

2. Operating Profit Margin (OPM)

Operating Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan keuntungan / laba murni atas setiap rupiah yang dihasilkan dari penjualan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga dan pajak kepada pemerintah. Rasio ini mengukur efisiensi operasi keseluruhan, menghubungan semua beban yang berkenaan dengan aktivitas bisnis umum. Rasio Operating Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

OPM =

x 100%

3.Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:


(47)

4. Return On Investment (ROI)

Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Artinya bahwa setiap Rp. 1 aktiva rata-rata menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp. sekian (hasil perhitungan). Rasio ini mengukur efisiensi keseluruhan perusahaan dalam mengelolah total investasinya dalam aktiva. Rasio return on investment ini dapat dihitung dengan mempergunakan rumus:

ROI = x 100%

Semakin besar rasio, semakin bagus pula keadaan suatu perusahaan. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

5. Return On Equity (ROE)

Return on equity mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. Rasio ini merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas dari ekuitas. Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin baik pula kedudukan pemilik perusahaan Rasio return on equity dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ROE = x 100%

.

Data Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan untuk tiga periode tahun 2010, 2011, dan 2012:


(48)

(49)

(50)

Tabel 3.3

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) LAPORAN LABA RUGI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2011, DAN 2012

URAIAN TAHUN 2012 TAHUN 2011 TAHUN 2010

Rp Rp Rp

PENDAPATAN

Penjualan Ekspor Pungutan Ekspor Penjualan Ekspor Bersih Penjualan Lokal Jumlah Penjualan 335.216.303.985 47.103.721.350 557.307.297.276 89.788.696.437 1.496.274.219.692 84.933.637.802 288.112.582.635 5.031.004.839.913 487.518.600.839 5.048.864.193.798 1.411.340.581.890 3.984.900.706.759 5.319.117.422.548 5.536.382.794.637 5.396.241.288.649

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal Biaya Tidak Langsung Biaya Langsung Biaya Penyusutan

Biaya Pengiriman ke Industri Hilir Biaya Pengolahan di Industri Hilir Persediaan akhir 162.705.879.993 304.305.608.073 2.351.331.188.634 299.807.396.322 8.765.076.400 28.910.780.980 (254.711.320.675) 101.426.479.775 356.929.983.725 2.597.278.595.744 239.893.645.966 8.495.194.392 28.321.028.989 (162.705.879.993) 115.765.235.592 337.497.371.220 2.611.563.743.560 213.853.233.986 9.318.321.027 26.173.324.725 (101.426.479.775)

Jumlah Harga Pokok Penjualan 2.901.114.609.727 3.169.639.048.598 3.212.744.750.335

Laba Kotor 2.418.002.812.821 2.366.743.746.039 2.183.496.538.314

BIAYA USAHA

Biaya Penjualan Biaya Administrasi

Jumlah Biaya Usaha

111.901.915.442 1.118.228.661.562 110.242.880.578 880.832.652.404 119.788.489.309 809.353.909.673 1.230.130.577.004 991.075.532.982 929.142.398.982

Laba Usaha BIAYA BUNGA

Laba Usaha setelah Biaya Bunga

1.187.872.235.817 191.248.775.990 1.375.668.213.057 150.712.135.264 1.254.354.139.332 163.297.172.983 996.623.459.827 1.224.956.077.793 1.091.056.966.349

PENDAPATAN (BIAYA) LAIN-LAIN Pendapatan Lain-lain Biaya Lain-lain 155.854.599.873 (151.907.156.169) 162.763.218.143 (168.184.454.768) 99.670.660.639 (85.672.461.153)


(51)

Jumlah Pendapatan (Biaya) Lain-lain

Laba sebelum Pajak Penghasilan Taksiran Pajak Penghasilan Laba setelah Pajak Penghasilan

1.000.570.903.531 303.141.906.448

1.219.534.841.168 328.668.448.160

1.105.055.165.835 300.775.669.839

697.428.997.083 890.866.393.008 804.279.495.996

F. Analisis dan Evaluasi

Secara garis besarnya rasio rentabilitas merupakan perbandingan relatif antara laba dengan jumlah modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pada bagian ini akan diuraikan hasil analisis dan evaluasi terhadap rasio-rasio rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) berdasarkan laporan keuangan untuk tiga tahun terakhir, yaitu neraca dan laporan laba rugi perusahaan tahun 2010, 2011, dan 2012.

1. Gross Profit Margin (GPM)

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012, Gross Profit Margin untuk PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

GPM = x 100%

Tahun 2010 = x 100% = 40,46%

Tahun 2011 = x 100% = 42,74%

Tahun 2012 = x 100% = 45,45%

Pada tahun 2010 perusahaan memiliki rasio Gross Profit Margin sebesar 40,46% atau Rp. 0,4046. Rasio ini menunjukkan bahwa jumlah laba kotor perusahaan sebesar 40,46% dari volume penjualan. Atau dengan kata lain, bahwa


(52)

Pada tahun 2011 perusahaan memiliki rasio Gross Profit Margin sebesar 42,74% atau Rp. 0,4274. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Rp. 1 hasil penjualan terdapat Rp. 0,4247 laba kotor.

Pada tahun 2012, rasio gross profit margin menjadi 45,45% atau Rp. 0,4545. Rasio ini menunjukkan bahwa dalam Rp. 1 penjualan mampu menghasilkan Rp. 0,4545 laba kotor.

Dari tahun 2010-2011 terjadi kenaikan sebesar 2,28% dan pada tahun 2011-2012 juga terjadi kenaikan sebesar 2,71%. Peningkatan tersebut dikarenakan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dapat meningkatkan laba kotornya selama tiga tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian harga pokok (biaya produksi) perusahaan sudah efisien.

2. Operating Profit Margin (OPM)

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012, Operating Profit Margin untuk PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

OPM =

x 100%

Tahun 2010 = x 100% = 23,24%

Tahun 2011 = x 100% = 24,84%

Tahun 2012 = x 100% = 22,33%

Pada tahun 2010 PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki rasio operating profit margin sebesar 23,24% atau Rp. 0,2324. Rasio ini menunjukkan


(53)

bahwa setiap Rp. 1 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,2324.

Pada tahun 2011, rasio operating profit margin yang dimiliki perusahaan sebesar 24,84% atau Rp. 0,2484. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,2484. Pada tahun ini terjadi peningkatan rasio sebesar 1,6% atau Rp. 0,016 dibandingkan tahun 2010. Peningkatan ini dikarenakan terjadi peningkatan penjualan yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Pada tahun 2012, perusahaan memiliki rasio operating profit margin sebesar 22,33% atau Rp. 0,2233. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 penjualan dapat menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,2233. Pada tahun ini terjadi penurunan rasio sebesar 2,15% atau Rp. 0,0215. Penurunan ini disebabkan terjadinya terjadinya penurunan penjualan setelah pungutan ekspor s.d Triwulan IV/2012 dan juga terjadinya peningkatan biaya operasi perusahaan yang berpengaruh pada berkurangnya laba usaha perusahaan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2010, pada tahun 2011 operasi keseluruhan yang dilakukan perusahaan terjadi secara efisien, namun tidak untuk tahun 2012.

3. Net Profit Margin (NPM)

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012, Net Profit Margin untuk PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah sebagai berikut:


(54)

Tahun 2010 = x 100% = 14,90%

Tahun 2011 = x 100% = 16,09%

Tahun 2012 = x 100% = 13,11%

Pada tahun 2010, PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki rasio Net Profit Margin sebesar 14,90% atau Rp. 0,149. Laba bersih yang dicapai oleh perusahaan sebesar 14,90% dari volume penjualan. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan Rp. 0,149 laba bersih.

Pada tahun 2011, rasio Net Profit Margin perusahaan sebesar 16,09% atau Rp. 0,1609. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap penjualan Rp. 1, dapat menghasilkan Rp. 0,1609 laba bersih. Pada tahun ini terjadi peningkatan sebesar 1,19% atau 0,0119 dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan dapat ditutupi dengan semakin meningkatnya penjualan di tahun 2011.

Pada tahun 2012, rasio Net Profit Margin perusahaan sebesar 13,11% atau Rp. 0,1311. Rasio ini menunjukkan bahwa dalam setiap Rp. 1 penjualan dapat menghasilkan Rp. 0,1311 laba bersih. Dibandingkan dengan tahun 2011, terjadi penurunan rasio sebesar 2,98% atau Rp. 0,0298. Penurunan ini disebabkan penjualan yang menurun seiring dengan pelemahan harga dan permintaan pasar yang menurun sehingga berdampak pada turunnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan.


(55)

4. Return On Investment (ROI)

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012, Return on Investment untuk PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

ROI = x 100%

Tahun 2010 = x 100% = 11,86%

Tahun 2011 = x 100% = 11,14%

Tahun 2012 = x 100% = 7,58%

Pada tahun 2010, rasio Return on Investment pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah sebesar 11,86% atau Rp. 0,1186, yang artinya bahwa setiap Rp. 1 keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan mampu mampu menghasilkan Rp. 0,1186 laba bersih.

Pada tahun 2011, rasio Return on Investment pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) sebesar 11,14% atau Rp. 0,1114. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dana yang ditanam dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,1114.

Pada tahun 2012, rasio Return on Investment pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) sebesar 7,58% atau Rp. 0,0758. Rasio ini menunjukkan bahwa dalam setiap Rp. 1 aktiva yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan laba bersih senilai Rp. 0,0758.


(56)

3,56% atau sebesar Rp. 0,0356. Penurunan ini disebabkan karena peningkatan besarnya biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan yang berpengaruh pada berkurangnya laba bersih yang diterima perusahaan. Hal tersebut berarti pengelolahan total aset PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan belum efisien.

5. Return on Equity (ROE)

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012, Return on Equity untuk PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

ROE = x 100%

Tahun 2010 = x 100% = 24,32%

Tahun 2011 = x 100% = 22,63%

Tahun 2012 = x 100% = 16,59%

Pada tahun 2010, rasio return on equity PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah sebesar 24,31% atau Rp 0,2431. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 ekuitas pemegang saham PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mampu menghasilkan laba bersih Rp. 0,2431.

Pada tahun 2011, rasio return on equity perusahaan sebesar 22,63% atau Rp. 0,2263. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 ekuitas pemegang saham mampu menghasilkan Rp. 0,2263 laba bersih untuk perusahaan.


(57)

Pada tahun 2012, rasio return on equity perusahaan sebesar 16,59% atau Rp. 0,1659. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp, 1 ekuitas pemegang saham mampu menghasilkan Rp. 0,1659 laba bersih untuk perusahaan.

Dari tahun 2010 – 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 1,69% atau sebesar Rp 0,0169. Dan pada tahun 2011 – 2012 juga terjadi penurunan rasio sebesar 6,04% atau sebesar Rp. 0,0604. Dibanding tahun sebelumnya, penurunan yang terjadi di tahun 2012 terbilang cukup signifikan, dan ini disebabkan karena berkurangnya laba bersih yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk melakukan dan menjalankan operasinya. Sebagai bahan perbandingan maka rasio-rasio tersebut dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut:

Tabel : 3.4

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) RASIO RENTABILITAS TAHUN 2010, 2011, DAN 2012

RASIO RENTABILITAS

TAHUN

RATA-RATA 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%)

Gross Profit Margin (GPM) 40,46 42,74 45,45 42,88

Operating Profit Margin (OPM) 23,24 24,84 22,33 23,47

Net Profit Margin (NPM) 14,90 16,09 13,11 14,70

Return on Investment (ROI) 11,86 11,14 7,58 10,19


(58)

Gambar 3.1

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) GRAFIK RENTABILITAS TAHUN 2010, 2011, DAN 2012

Sumber: Tabel 3.4

Melalui grafik rentabilitas tahun 2010, 2011, dan 2012 diatas, maka dapat diketahui gambaran tentang kinerja dan tingkat efektivitas pengelolaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Untuk gross profit margin, rasio tertinggi adalah pada tahun 2012 sebesar 45,45%. Peningkatan pada tahun 2012 terjadi dikarenakan perusahaan mampu mengendalikan harga pokok penjualan dan biaya-biaya produksi sehingga laba kotor meningkat pada tahun ini, yaitu sebesar Rp. 2.418.002.812.821. Sedangkan rasio pada tahun 2010 sebesar 40,46% dan pada tahun 2011 sebesar 42,74% mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada


(59)

perusahaan yang berpengaruh pada menurunnya laba kotor perusahaan, yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 2.183.496.538.314, dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.366.743.746.039.

Untuk operating profit margin, rasio tertinggi adalah pada tahun 2011 sebesar 24,84%. Peningkatan pada tahun 2011 terjadi dikarenakan adanya peningkatan jumlah penjualan sebesar Rp. 5.536.382.794.637, walaupun pada tahun ini jumlah harga pokok penjualannya naik sebesar Rp. 3.169.639.048.598, dan jumlah biaya operasinya juga naik sebesar Rp. 991.075.532.982, kenaikan biaya-biaya tersebut dapat ditekan dan ditutupi oleh peningkatan penjualan sehingga laba usaha pada tahun ini juga ikut meningkat yaitu sebesar Rp. 1.375.668.213.057. Sedangkan rasio pada tahun 2010 sebesar 23,24% dan pada tahun 2012 sebesar 22,33% mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2010 dan 2012 disebabkan karena terjadinya peningkatan biaya operasi perusahaan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.230.130.577.004, peningkatan biaya operasi ini tidak disertai dengan peningkatan jumlah penjualan sehingga berpengaruh pada berkurangnya laba usaha perusahaan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.187.872.235.817 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.254.354.139.332.

Untuk net profit margin, rasio tertinggi adalah pada tahun 2011 sebesar 16,09%. Peningkatan pada tahun 2011 terjadi dikarenakan berkurangnya biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan pada tahun ini, seperti biaya-biaya bunga yang menurun sebesar Rp. 150.712.135.264, disertai dengan peningkatan pendapatan lain-lain sebesar Rp. 162.763.218.143, dan juga terjadinya peningkatan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp. 1.219.534.841.168 yang berpengaruh pada


(60)

rasio pada tahun 2010 sebesar 14,90% dan pada tahun 2012 sebesar 13,11% mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2010 dan 2012 disebabkan oleh tingginya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2010 dan 2012, tidak disertai dengan peningkatan pendapatan lain-lain pada tahun 2010 sebesar Rp. 99.670.660.639 dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 155.854.599.873. Terjadinya penurunan laba sebelum pajak penghasilan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.105.055.165.835 dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.000.570.903.531 sehingga berdampak pada penurunan laba bersih yang diperoleh perusahaan pada kedua tahun ini, yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 804.279.495.996, dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 697.428.997.083.

Untuk return on investment, rasio tertinggi adalah pada tahun 2010 sebesar 11,86%. Peningkatan pada tahun 2010 terjadi disebabkan pada investasi yang dilakukan tepat, efisiensi dilakukan dengan baik, dan dapat ditekannya biaya produksi sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan. Sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 11,14% dan 2012 sebesar 7,58% disebabkan oleh peningkatan besarnya biaya produksi dan biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan yang berpengaruh pada berkurangnya laba bersih yang diterima perusahaan.

Untuk return on equity, rasio tertinggi adalah pada tahun 2010 sebesar 24,32%. Peningkatan pada tahun 2010 terjadi dikarenakan perusahaan mampu mengelola modal untuk menghasilkan laba yang cukup besar. Rasio yang meningkat pada tahun ini juga disebabkan oleh peningkatan kinerja manajemen dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif sehingga laba bersih meningkat. Sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun 2011


(61)

sebesar 22,63% dan 2012 sebesar 16,59% disebabkan oleh perusahaan kurang mampu dalam mengelola dan melakukan efektivitas dalam keseluruhan modal yang ditanamkan untuk operasi perusahaan sehingga berpengaruh pada berkurangnya laba bersih yang diterima oleh perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio rentabilitas yang paling tinggi terdapat pada tahun 2011. Pada tahun ini terjadi peningkatan penjualan, sehingga dapat mengendalikan dan menekan harga pokok penjualan. Serta besarnya biaya-biaya operasi yang dikeluarkan dapat ditutupi dengan peningkatan penjualan yang terjadi di tahun 2011. Peningkatan ini berpengaruh pada meningkatnya laba usaha dan laba bersih perusahaan di tahun 2011.

Sedangkan pada tahun 2010 dan 2012 rasio rentabilitas cukup rendah jika dibandingkan pada tahun 2011, maka upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas adalah dengan mengurangi beban dan meningkatkan penjualan. Melakukan pengurangan atau pengontrolan terhadap beban - beban perusahaan. Setelah beban - beban dikurangi, secara strategis dan keuntungan telah ditingkatkan maka selanjutnya melakukan peningkatan penjualan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.


(62)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan evaluasi terhadap rasio-rasio rentabilitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) pada tahun 2010, 2011, dan 2012 maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis kemampuan penjualan dalam mendapatkan laba (gross profit margin, operating profit margin, dan net profit margin) mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan ini dikarenakan perusahaan dapat menekan biaya operasi perusahaan, kenaikan biaya-biaya operasi tersebut dapat diimbangi dengan peningkatan hasil penjualan. Dengan demikian pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. 2. Analisis kemampuan total aktiva dan modal dalam mendapatkan laba (return

on investment dan return on equity) mengalami peningkatan pada tahun 2010. Pada tahun ini perusahaan mampu mengelola dan melakukan efektivitas dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam meningkatkan laba. Dengan demikian pada tahun 2010 perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva dan modal.


(63)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), penulis mengemukakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait untuk meningkatkan rasio rentabilitas perusahaan pada waktu yang akan datang, saran tersebut diantaranya:

1. Manajemen perusahaan hendaknya mampu merencanakan dan mengontrol besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan produksi dan operasi perusahaan dengan lebih bijaksana, mengatur sumber daya yang dimiliki perusahaan agar lebih produktif dan efisien. Peningkatan efisiensi biaya operasi dengan meneliti kembali semua pos-pos, pos-pos mana yang terlalu besar dan kurang berguna atau kurang mendukung peningkatan pendapatan perlu dikurangi.

2. Manajemen perusahaan hendaknya lebih cermat dalam menilai dan mengambil keputusan untuk menghadapi terjadinya kemungkinan perubahan lingkungan yang dapat memberikan dampak kerugian bagi perusahaan.

3. Manajemen perusahaan hendaknya dapat mempertahankan rasio rentabilitas yang dimiliki perusahaan, dan terus meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi bagi perusahaan.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Helfret, Erich A., 1996, Teknik Analisis Keuangan Petunjuk Praktis Untuk Mengelola Dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta.

Ps, Djarwanto, 2004, Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2013, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kesebelas, Rajawali Pers, Jakarta.

Pulungan, Andrey Hasiholan, Ahmad Basid Hasibuan, Luciana Haryono, 2013, Akuntansi Keuangan Dasar Berbasis PSAK Per 1 Juni 2012, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S., 2003, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan Mengelola Kredit Berbasis GCG, Penerbit Balairung & Co, Yogyakarta.

Fraser, Lyn M., Aileen Ormiston, 2008, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Indeks, Jakarta.

Syahrial, Dermawan, Djahotman Purba, 2013, Analisis Laporan Keuangan Cara Mudah & Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Mitra Wacana Media, Jakarta.


(1)

perusahaan yang berpengaruh pada menurunnya laba kotor perusahaan, yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 2.183.496.538.314, dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.366.743.746.039.

Untuk operating profit margin, rasio tertinggi adalah pada tahun 2011 sebesar 24,84%. Peningkatan pada tahun 2011 terjadi dikarenakan adanya peningkatan jumlah penjualan sebesar Rp. 5.536.382.794.637, walaupun pada tahun ini jumlah harga pokok penjualannya naik sebesar Rp. 3.169.639.048.598, dan jumlah biaya operasinya juga naik sebesar Rp. 991.075.532.982, kenaikan biaya-biaya tersebut dapat ditekan dan ditutupi oleh peningkatan penjualan sehingga laba usaha pada tahun ini juga ikut meningkat yaitu sebesar Rp. 1.375.668.213.057. Sedangkan rasio pada tahun 2010 sebesar 23,24% dan pada tahun 2012 sebesar 22,33% mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2010 dan 2012 disebabkan karena terjadinya peningkatan biaya operasi perusahaan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.230.130.577.004, peningkatan biaya operasi ini tidak disertai dengan peningkatan jumlah penjualan sehingga berpengaruh pada berkurangnya laba usaha perusahaan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.187.872.235.817 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.254.354.139.332.

Untuk net profit margin, rasio tertinggi adalah pada tahun 2011 sebesar 16,09%. Peningkatan pada tahun 2011 terjadi dikarenakan berkurangnya biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan pada tahun ini, seperti biaya-biaya bunga yang menurun sebesar Rp. 150.712.135.264, disertai dengan peningkatan pendapatan lain-lain sebesar Rp. 162.763.218.143, dan juga terjadinya peningkatan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp. 1.219.534.841.168 yang berpengaruh pada meningkatnya laba bersih pada tahun ini sebesar Rp. 890.866.393.008. Sedangkan


(2)

rasio pada tahun 2010 sebesar 14,90% dan pada tahun 2012 sebesar 13,11% mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2010 dan 2012 disebabkan oleh tingginya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2010 dan 2012, tidak disertai dengan peningkatan pendapatan lain-lain pada tahun 2010 sebesar Rp. 99.670.660.639 dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 155.854.599.873. Terjadinya penurunan laba sebelum pajak penghasilan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.105.055.165.835 dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.000.570.903.531 sehingga berdampak pada penurunan laba bersih yang diperoleh perusahaan pada kedua tahun ini, yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 804.279.495.996, dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 697.428.997.083.

Untuk return on investment, rasio tertinggi adalah pada tahun 2010 sebesar 11,86%. Peningkatan pada tahun 2010 terjadi disebabkan pada investasi yang dilakukan tepat, efisiensi dilakukan dengan baik, dan dapat ditekannya biaya produksi sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan. Sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 11,14% dan 2012 sebesar 7,58% disebabkan oleh peningkatan besarnya biaya produksi dan biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan yang berpengaruh pada berkurangnya laba bersih yang diterima perusahaan.

Untuk return on equity, rasio tertinggi adalah pada tahun 2010 sebesar 24,32%. Peningkatan pada tahun 2010 terjadi dikarenakan perusahaan mampu mengelola modal untuk menghasilkan laba yang cukup besar. Rasio yang meningkat pada tahun ini juga disebabkan oleh peningkatan kinerja manajemen dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif sehingga


(3)

sebesar 22,63% dan 2012 sebesar 16,59% disebabkan oleh perusahaan kurang mampu dalam mengelola dan melakukan efektivitas dalam keseluruhan modal yang ditanamkan untuk operasi perusahaan sehingga berpengaruh pada berkurangnya laba bersih yang diterima oleh perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio rentabilitas yang paling tinggi terdapat pada tahun 2011. Pada tahun ini terjadi peningkatan penjualan, sehingga dapat mengendalikan dan menekan harga pokok penjualan. Serta besarnya biaya-biaya operasi yang dikeluarkan dapat ditutupi dengan peningkatan penjualan yang terjadi di tahun 2011. Peningkatan ini berpengaruh pada meningkatnya laba usaha dan laba bersih perusahaan di tahun 2011.

Sedangkan pada tahun 2010 dan 2012 rasio rentabilitas cukup rendah jika dibandingkan pada tahun 2011, maka upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas adalah dengan mengurangi beban dan meningkatkan penjualan. Melakukan pengurangan atau pengontrolan terhadap beban - beban perusahaan. Setelah beban - beban dikurangi, secara strategis dan keuntungan telah ditingkatkan maka selanjutnya melakukan peningkatan penjualan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan evaluasi terhadap rasio-rasio rentabilitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) pada tahun 2010, 2011, dan 2012 maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis kemampuan penjualan dalam mendapatkan laba (gross profit margin, operating profit margin, dan net profit margin) mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan ini dikarenakan perusahaan dapat menekan biaya operasi perusahaan, kenaikan biaya-biaya operasi tersebut dapat diimbangi dengan peningkatan hasil penjualan. Dengan demikian pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. 2. Analisis kemampuan total aktiva dan modal dalam mendapatkan laba (return

on investment dan return on equity) mengalami peningkatan pada tahun 2010. Pada tahun ini perusahaan mampu mengelola dan melakukan efektivitas dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam meningkatkan laba. Dengan demikian pada tahun 2010 perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva dan modal.


(5)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), penulis mengemukakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait untuk meningkatkan rasio rentabilitas perusahaan pada waktu yang akan datang, saran tersebut diantaranya:

1. Manajemen perusahaan hendaknya mampu merencanakan dan mengontrol besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan produksi dan operasi perusahaan dengan lebih bijaksana, mengatur sumber daya yang dimiliki perusahaan agar lebih produktif dan efisien. Peningkatan efisiensi biaya operasi dengan meneliti kembali semua pos-pos, pos-pos mana yang terlalu besar dan kurang berguna atau kurang mendukung peningkatan pendapatan perlu dikurangi.

2. Manajemen perusahaan hendaknya lebih cermat dalam menilai dan mengambil keputusan untuk menghadapi terjadinya kemungkinan perubahan lingkungan yang dapat memberikan dampak kerugian bagi perusahaan.

3. Manajemen perusahaan hendaknya dapat mempertahankan rasio rentabilitas yang dimiliki perusahaan, dan terus meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi bagi perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Helfret, Erich A., 1996, Teknik Analisis Keuangan Petunjuk Praktis Untuk

Mengelola Dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Cetakan Pertama,

Erlangga, Jakarta.

Ps, Djarwanto, 2004, Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2013, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kesebelas, Rajawali Pers, Jakarta.

Pulungan, Andrey Hasiholan, Ahmad Basid Hasibuan, Luciana Haryono, 2013,

Akuntansi Keuangan Dasar Berbasis PSAK Per 1 Juni 2012, Edisi

Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S., 2003, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit

Perbankan Mengelola Kredit Berbasis GCG, Penerbit Balairung & Co,

Yogyakarta.

Fraser, Lyn M., Aileen Ormiston, 2008, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Indeks, Jakarta.

Syahrial, Dermawan, Djahotman Purba, 2013, Analisis Laporan Keuangan

Cara Mudah & Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Mitra