Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pria dalam Ber-KB

1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap Pemerintah; 2. Kurangnya dana; 3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan 4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Depkes RI 2006, partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah. Dalam hal keikusertaan ber-KB, partisipasi pria adalah suatu proses dimana individu, keluarga dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program KB. Peningkatan partisipasi masyarakat menumbuhkan berbagai peluang yang menungkinkan seluruh anggota masyarakat untuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan sehingga dapat menghasilkan manfaat yang merata bagi seluruh warganya Depkes RI, 2003.

2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pria dalam Ber-KB

Mikkelsen 2003 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: 1. Faktor sosial yaitu dilihat dari adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk berpartisipasi; Universitas Sumatera Utara 2. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap perubahan; 3. Faktor politik, yaitu apabila proses pembangunan yang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpartisipasi dan pengambilan keputusan. Hikmat 2001 mengatakan bahwa perbedaan latar belakang kultur budaya dapat menimbulkan perbedaan terhadap suatu objek. Partisipasi masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan berpusat pada rakyat setempat dengan menumbuhkan dan mengembangkan nilai sosial budaya. Menurut Suparlan dalam Budimanta 2003, kebudayaan adalah seperangkat ide-ide, norma, nilai dan pengetahuan yang dipakai oleh manusia untuk memahami lingkungan dan dipakai untuk mendorong terwujudnya perilaku. Taylor dalam Poerwanto 2000 mengatakan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum dan adat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Soekanto dalam Purwatiningsih, dkk 2005 mengatakan bahwa pengetahuan, adat-istiadat erat hubungannya dalam peningkatan partisipasi masyarakat, dan anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan menerima sanksi yang berlaku dalam masyarakat. Faktor nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan. Sedangkan menurut Djatmiko 2003, partisipasi masyarakat Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam program pemerintah. Menurut Margono dalam Mardikanto 2003, tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh 3 tiga faktor yaitu: a. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan serta memanfaatkan setiap kesempatan. Mardikanto 2003, menyatakan banyak program pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan kurangnya informasi yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Pemberian kesempatan berpartisipasi pada masyarakat, bukanlah sekedar pemberian kesempatan untuk terlibat dalam pelaksanaan kegiatan agar mereka tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan menghambat atau menggangu tercapainya tujuan pembangunan. Tetapi pemberian kesempatan berpartisipasi harus dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat setempat layak diberi kesempatan karena memiliki kemampuan yang diperlukan dan memiliki suatu hal untuk berpartisipasi dan memanfaatkan setiap kesempatan membangun bagi perbaikan mutu hidupnya Mardikanto, 2003. Universitas Sumatera Utara b. Adanya kemauan untuk berpartisipasi Mardikanto 2003 menyatakan kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun. Kemauan untuk membangun ditentukan oleh sikap dan mental yang dimiliki masyarakat yang menyangkut: 1 Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai penghambat pembangunan; 2 Sikap terhadap penguasa atau pelaksanan pembangunan pada umumnya; 3 Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri; 4 Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan; dan 5 Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya. c. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi Menurut Mardikanto 2003, kemampuan untuk berpartisipasi adalah: 1. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun memperbaiki mutu hidupnya; 2. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dan ketrampilan yang dimiliki; dan Universitas Sumatera Utara 3. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan peluang lain yang tersedia secara optimal. Berdasarkan konsep di atas, maka tumbuh dan berkembanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat diupayakan melalui: 1. Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak saja berupa penyampaian informasi tentang adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, melainkan juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi, dan 2. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu adanya penjelasan kepada pria tentang besarnya manfaat ekonomi maupun non ekonomi yang dapat secara langsung atau tidak langsung dinikmati sendiri maupun yang dinikmati oleh generasi mendatang.

2.2.2 Faktor-faktor Pembentuk Partisipasi Masyarakat