Analisis Kinerja Optical Switch Array Pada Jaringan Banyan
ANALISIS KINERJA
OPTICAL SWITCH
PADA JARINGAN BANYAN
OLEH :
M IKBAL KURNIAWAN
NIM : 080402097
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS KINERJA
OPTICAL SWITCH
PADA JARINGAN BANYAN
Oleh :
M IKBAL KURNIAWAN NIM : 080402097
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Teknik
pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Sidang pada tanggal 9 bulan Oktober tahun 2013 di depan penguji 1) Ir. Arman Sani, MT : Ketua Penguji
2) Naemah Mubarakah, ST. MT : Anggota Penguji
Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir
(Ir. M Zulfin, MT) NIP : 19640125 199103 1001
Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU
(Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si) NIP : 19540531 198601 1 002
(3)
ABSTRAK
JaringanSwitchOptik Banyan adalah sebuah jaringanswitchingbertingkat (Multistage Interconnection Network/MIN) yang biasanya terdiri dari sejumlah elemen switching yang digabungkan ke dalam beberapa tingkat yang diinterkoneksikan oleh seperangkat link dengan jalur yang unik antara sumber dengan tujuan. Jaringan switching Banyan digambarkan sebagai suatu kelas dari jaringan interkoneksi banyak tingkat dimana ada satu dan hanya satu jalur dari setiap terminal masukan ke setiap terminal keluaran.
Salah satu masalah yang paling serius dalam switching optik adalah adanya crosstalk optik. Crosstalk ini terjadi ketika dua kanal sinyal saling berinteraksi satu sama lain. Dalam Tugas Akhir ini dianalisis kinerja switching
optik dengan menggunakan jaringan Banyan dengan input/output 2, 4, 8, 16, 32, 64 dan seterusnya. Dalam hal ini tolak ukur kinerja yang digunakan adalah
crosstalk dengan parameter rancangan adalahratio perbandingan state ON-OFF padagateadalah -50 dB,crosstalk yang terdapat padagateadalah -0.1 mW-1dan faktor pentransmisian filter pada kanal optical switch -40 dB dan Probabilitas
blocking dengan probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasukiswitchingBanyan yang dianalisis adalah 0.1–1.
Setelah dilakukan analisis probabilitas blocking pada jaringan Banyan, diperoleh hasil bahwa apabila jumlah input/output jaringan Banyan semakin besar, dengan nilai probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasuki switching yang tetap, maka probabilitas blocking-nya akan semakin kecil. Namun jika nilai probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasuki switching diperbesar, Probabilitas blocking akan semakin besar. Sedangkan untuk nilai crosstalk, jika nilaiInput/Outputnya dinaikkan, maka nilai
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pendidikan sarjana strata satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:
“ANALISIS KINERJA OPTICAL SWITCH ARRAY PADA
JARINGAN BANYAN”
Penulisan Tugas Akhir ini dapat berlangsung dengan baik karena adanya dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. M. Zulfin, MT, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas nasehat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Drs.Hasdari Helmi Rangkuti MT, selaku Penasehat Akademis
penulis, atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini.
3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi dan Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Keluarga tercinta, Ibunda Syamsidar.D, AMd, Ayahanda Aryanto, Kak Yessi, Kak Lia, Kak Ami, Kak Lira, Kak Santi,Abangda Andi, yang telah memberikan banyak dukungan dengan sepenuh hati dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
(5)
5. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.
6. Sahabat–sahabat terbaik di Elektro: Rumi, Pindo, Ari, Parlin, Auliya, Ebo, Edi, Mukhlis, Uki, Ihsan, Razi, Aji, Eka, Dina, Siska, Dian, Sukur, Fahdi, Fahmi, Habibi, Rasyid,Wenly, Basten, Limbong, Jon, Jonson, Wilvyan, Sarip, Harmoko, Tamara dan seluruh rekan–rekan ‘08 lainnya yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam hari–hari kuliah, semoga kita semua sukses di masa depan.
7. Yuliana Tanjung, terima kasih atas perhatian, doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.
8. Keluarga besar Laboratorium Telematika FT USU, Bang Ryan,Bang Komeng,Bang Demon,Bang Ibeng, semoga lab kita semakin baik.
9. Abangda Senior 06 dan 07 Bang Taufiq, Bang Martua, Bang Faisal, Bang Agung, Bang Irji, Kak Rinda, Bang Ichsan serta adik-adik junior Roby, Dhuha, Bembeng, Diky yang berperan banyak atas kerjasama, masukan dan bantuan selama proses penulisan Tugas Akhir maupun selama perkuliahan.
10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu. '
(6)
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak sekali kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan mendekati kesempurnaan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan wacana bagi rekan–rekan mahasiswa.
Medan, Juli 2013 Penulis,
M Ikbal Kurniawan NIM. 080402097
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL ... viii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penulisan... 3
1.4 Batasan Masalah... 3
1.5 Metode Penulisan ... 4
1.6 Sistematika Penulisan... 4
II. TEORI DASAR JARINGAN SWITCHING BANYAN ... 6
2.1 Umum... 6
2.2 Klasifikasi Jaringan Interkoneksi Banyan Tingkat ... 8
2.3 Struktur Banyan... 10
2.4 Jaringan Switching Banyan ... 11
2.5 Karakteristik Jaringan Switching Banyan Tanpa Buffer... 12
III. JARINGANSWITCHING OPTIC... 15
3.1 Umum... 15
3.2 JaringanSwitching Opticpembagian ruang ... 16
(8)
3.4 Masalah pada jaringan optik interkoneksi banyan tingkat ... 18
3.4.1Switch Element Loss... 18
3.4.2Crosstalkdan KarakteristikCrosstalk... 19
3.5 Directional Coupler... 22
3.6 Splitter/Combiner... 23
3.7 Karakteristik Kinerja Arsitektur Jaringan Switching ... 23
3.8 Probabilitasblockingpada jaringan banyan... 28
3.9 Perhitungancrosstalkpadaswitchoptik ... 29
3.10 Persamaan dasaroptical switch... 31
IV. ANALISIS KINERJA OPTICAL SWITCH PADA JARINGAN SWITCHINGBANYAN ... 37
4.1 Umum... 37
4.2 Perhitungan Probabilitas Blocking Optical Switch pada jaringan Banyan... 37
4.3 Hasil Analisis ... 43
4.4 Perhitungan nilaiCrosstalk Optical Switchpada jaringan Banyan ... 44
4.5 Hasil Analisis ... 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran... 47
DAFTAR PUSTAKA ... x DAFTAR GAMBAR
(9)
Gambar 2.1Tipe ElemenSwitching ... 7
Gambar 2.2Klasifikasi Jaringan Interkoneksi Banyan Tingkat ... 9
Gambar 2.3Contoh Struktur Banyan ... 11
Gambar 2.4Kondisistateelemenswitching ... 12
Gambar 2.5Perutean dari 001 ke 110 ... 13
Gambar 2.6Konflik pada elemenswitching ... 14
Gambar 3.1SistemSwitchingOptik Pembagian Ruang ... 16
Gambar 3.2Crosstalkpada elemenswitching ... 19
Gambar 3.3Interband Crosstalk... 20
Gambar 3.4Intraband Crosstalk ... 21
Gambar 3.5Directional Coupler... 22
Gambar 3.6Splitter1 x 8 ... 23
Gambar 3.7TopologiOptical Switch... 31
DAFTAR TABEL Tabel 4.1ProbabilitasBlockingpada Jaringan Banyan ... 39
Tabel 4.2Nilai Parameter RancanganOptical Switch ... 40
Tabel 4.3NilaiTFdanPReferenceOut... 42
(10)
ABSTRAK
JaringanSwitchOptik Banyan adalah sebuah jaringanswitchingbertingkat (Multistage Interconnection Network/MIN) yang biasanya terdiri dari sejumlah elemen switching yang digabungkan ke dalam beberapa tingkat yang diinterkoneksikan oleh seperangkat link dengan jalur yang unik antara sumber dengan tujuan. Jaringan switching Banyan digambarkan sebagai suatu kelas dari jaringan interkoneksi banyak tingkat dimana ada satu dan hanya satu jalur dari setiap terminal masukan ke setiap terminal keluaran.
Salah satu masalah yang paling serius dalam switching optik adalah adanya crosstalk optik. Crosstalk ini terjadi ketika dua kanal sinyal saling berinteraksi satu sama lain. Dalam Tugas Akhir ini dianalisis kinerja switching
optik dengan menggunakan jaringan Banyan dengan input/output 2, 4, 8, 16, 32, 64 dan seterusnya. Dalam hal ini tolak ukur kinerja yang digunakan adalah
crosstalk dengan parameter rancangan adalahratio perbandingan state ON-OFF padagateadalah -50 dB,crosstalk yang terdapat padagateadalah -0.1 mW-1dan faktor pentransmisian filter pada kanal optical switch -40 dB dan Probabilitas
blocking dengan probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasukiswitchingBanyan yang dianalisis adalah 0.1–1.
Setelah dilakukan analisis probabilitas blocking pada jaringan Banyan, diperoleh hasil bahwa apabila jumlah input/output jaringan Banyan semakin besar, dengan nilai probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasuki switching yang tetap, maka probabilitas blocking-nya akan semakin kecil. Namun jika nilai probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasuki switching diperbesar, Probabilitas blocking akan semakin besar. Sedangkan untuk nilai crosstalk, jika nilaiInput/Outputnya dinaikkan, maka nilai
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari sebuah jaringan telekomunikasi adalah jaringan switching. Salah satu teknologi dari sebuah jaringan switching adalahoptical Switch. Jaringan ini menggunakan Large Scale Optical Switch yang mengatur input dan output dari sebuah port. Largest scale optical switch memiliki 16 x 16 switch. Sebuah jaringan switching optik banyak tingkat tersusun dari banyak elemen switching yang saling berhubungan yang menghubungkan N masukan menuju ke M keluaran. Elemen switching dan jaringan interkoneksi dalam sebuah switching optik akan melakukan sebuah fungsi dimana aliran optik pada input akan dikirim ke output pada jaringan switching. Elemen switching dasar ukuran 2 x 2 dalam sistem switching optik biasanya adalah sebuah Directional-Coupler (DC) dimana dua sinyal saling berdekatan hal ini membuat DC akan selalu mengalami masalah crosstalk, dimana panjang gelombang yang bersifat optik yang melewati sebuah DC akan bertemu dengan panjang gelombang yang lain tanpa disengaja pada waktu yang bersamaan, baik dalam bentuk bar switch maupun cross switch. Ketika crosstalk terjadi, pecahan kecil dari sinyal input dideteksi oleh keluaran lain meskipun sinyal utama telah diarahkan pada keluaran yang benar, karena sinyal melintasi banyak elemen switching, maka sinyal masukan yang dikirimkan ke keluaran akan memiliki
(12)
Jaringan Banyan merupakan sebuah jaringan switching bertingkat (multistage interconnection network/MIN), yang biasanya terdiri dari sejumlah elemen switching yang digabungkan ke dalam beberapa tingkat yang diinterkoneksikan oleh seperangkat linkdengan jalur yang unik antara sumber dengan tujuan. Sebuah modul crossbar 2 x 2 dapat mengimplementasikan masing-masing menjadi sebuah elemen switching. Elemen switching crossbarbiasa memiliki dua kondisi, yaitu “cross state” dan “bar state”
Topologi dari jaringan Banyan adalah sebuah struktur yang sangat popular dalam jaringan switching. Jaringan ini memiliki karakteristik yang baik seperti pola koneksi yang seragam ( uniform) dan perutean sendiri (self-routing). Topologi jaringan Banyan memiliki satu jalur yang unik yang dapat ditemukan diantara inputdanoutput, dimana jaringan hanya terdegradasi oleh adanya blocking. Jaringan Banyan memiliki beberapa karakteristik yang sangat baik, seperti jalur yang pendek dan panjang jalur yang seragam (uniform). Panjang dari jalur adalah log2N (N = jumlah input/output), dan masing-masing jalur memiliki panjang yang sama. Selain itu juga memiliki elemenswitchingsebanyak 0,5 N log2N yang membuat jaringan Banyan lebih menarik adalah dimilikinya karakteristik self-routing, sehingga keputusan ruting lokal menjadi mungkin. Akan tetapi, jaringan Banyan memiliki kelemahan yang sangat serius, yaitu memiliki sifatinternal blocking.
Dalam Tugas Akhir ini akan dianalisis nilai crosstalkdan probabilitasblocking pada jaringan Banyan.
(13)
1.2 Rumusan Masalah
Dalam latar belakang telah dikemukakan, dirumuskan beberapa permasalahan antara lain :
1. Bagaimana prinsip kerjaoptical Switchpada Jaringan Banyan. 2. Apa pengaruhcrosstalkpada sebuah jaringan switching.
3. Bagaimana menganalisis probabilitas blocking dan crosstalk pada optical switchdengan menggunakan Jaringan Banyan.
1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Adapun Tujuan Penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Untuk menganalisa Probabilitas blocking pada Optical Switch pada Jaringan Banyan dan mengukur nilaicrostalkpada masing masing elemenswitching.
1.4 Batasan Masalah
Agar masalah yang dibahas pada Tugas Akhir ini tidak terlalu meluas dan
menyimpang dari topik yang ada, maka penulis perlu membatasi masalah sebagai berikut: 1. Jaringan yang dibahas hanya jaringan Banyan.
2. Hanya membahas jaringanswitchingtanpabuffer.
3. Kinerja yang dianalisis adalah probabilitas blocking dengan adanya crosstalk
pada elemenswitching
4. Tidak membahas komponen atau rangkaian elektronika yang mendukung operasiswitching.
(14)
1.5 Metodologi Penulisan
Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya :
1. Studi literature, yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir ini, dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain. 2. Perhitungan dan analisa, yaitu melakukan perhitungan secara analitik dengan
menggunakan rumus.
1.6 Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II. JARINGAN SWITCHING BANYAN
Bab ini menguraikan teori mengenai Jaringan switching yaitu defenisi Jaringan Switching, Defenisi Jaringan Switching Banyan, Karakteristik Jaringan Banyan, Topologi Jaringan Banyan.
BAB III. JARINGAN SWITCHING OPTIK
Bab ini membahas tentang jenis-jenis Jaringan switching photonic, Perangkat switching photonic,Karakteristik dan Arsitektur Optical Switch .
(15)
BAB IV. ANALISA KINERJA OPTICAL SWITCH PADA JARINGAN BANYAN
Bab ini menjelaskan tentang analisis dari kinerja Optical Switch pada Jaringan Banyan yaitucrosstalkdan probabilitasblocking.
BAB V. PENUTUP
(16)
BAB II
TEORI DASAR JARINGAN SWITCHING
2.1
Umum
Komponen utama dari sistem
switching
atau sentral adalah seperangkat sirkit masukan
dan keluaran yang disebut dengan
inlet
dan
outlet
. Fungsi utama dari sistem
switching
adalah
membangun jalur listrik diantara sepasang
inlet
dan
outlet
tertentu, dimana perangkat yang
digunakan untuk membangun koneksi seperti itu disebut
switching
matriks atau
switching
network.
Jaringan
switching
tidak membedakan antara
inlet/outlet
yang tersambung ke pelanggan
maupun ke
trunk
. Sebuah sistem
switching
tersusun dari elemen-elemen yang melakukan
fungsi-fungsi
switching
, kontrol dan
signaling
.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi pada sistem transmisi dimana dengan
ditemukannya sistem transmisi serat optik, menyebabkan peningkatan kecepatan transmisi dan
menyebabkan adanya tuntutan akan suatu desain sistem
switching
yang sesuai dengan kebutuhan
transmisi tersebut. Desain elemen
switching
yang dibutuhkan adalah desain yang dapat
meneruskan paket data secara cepat, dapat dikembangkan dengan skala yang lebih besar dan
dapat secara mudah untuk diimplementasikan. Suatu elemen
switching
dapat digambarkan
sebagai suatu elemen jaringan yang menyalurkan paket data dari terminal masukan menuju
terminal keluaran. Kata terminal dapat berarti sebagai suatu titik yang terdapat pada elemen
switching
. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
switching
adalah proses transfer data
dari terminal masukan menuju terminal keluaran. Gambar 2.1 menggambarkan suatu tipe dari
(17)
elemen
switching
dimana terlihat bahwa suatu
switch
yang terdiri dari tiga komponen dasar
yaitu: modul
masukan
,
switching fabric
dan modul keluaran[1].
Gambar 2.1
Tipe Elemen
Switching
Ketiga komponen
switch
tersebut dijelaskan sebagai berikut[1]:
1. Modul masukan
Modul masukan akan menerima paket yang datang pada terminal masukan. Modul masukan
akan menyaring paket yang datang tersebut berdasarkan alamat yang terdapat pada
header
dari paket tersebut. Alamat tersebut akan disesuaikan dengan daftar yang terdapat pada
virtual
circuit
yang terdapat pada modul masukan. Fungsi ini juga dilakukan pada modul keluaran.
Fungsi lain dilaksanakan pada modul masukan adalah sinkronisasi, pengklasifikasian paket
menjadi beberapa kategori, pengecekan
error
dan beberapa fungsi lainnya sesuai dengan
teknologi yang ada pada
switching
tersebut.
2.
Switching fabric
Switching fabric
melakukan fungsi
switching
dalam arti sebenarnya yaitu merutekan paket
dari terminal masukan menuju terminal keluaran.
Switching fabric
terdiri atas jaringan
transmisi dan elemen
switching
. Jaringan transmisi ini bersifat pasif dalam arti bahwa hanya
Modul Masukan
Switching
Fabric
Modul Masukan Modul Keluaran
(18)
sebagai saluran saja. Pada sisi lain elemen
switching
melaksanakan fungsi seperti
internal
routing
.
3. Modul keluaran
Modul keluaran berfungsi untuk menghubungkan paket ke media transmisi dan ke berbagai
jenis teknologi seperti kontrol
error
dan
data filterring
tergantung pada kemampuan yang
terdapat pada modul keluaran tersebut.
2.2
Klasifikasi Jaringan Interkoneksi Banyak Tingkat
Jaringan merupakan suatu gambaran berarah dimana node-nodenya terdiri dari tiga
bagian berikut:
1. Terimnal sumber, yang memiliki
indegree
0
2. Terminal tujuan yang memiliki
outdegree
1
3. Elemen
switching
yang memiliki
indegree
dan
outdegree
positif.
Jaringan banyak tingkat adalah jaringan dimana terminal-terminalnya dapat diubah
pada tingkat i dihubungkan ke masukan pada tingkat i+1. Jika semua terminal tujuan dari
jaringan banyak tingkat dihubungkan ke tingkat n+1, maka disebut jaringan n tingkat. Jaringan
uniform
adalah jaringan banyak tingkat dimana semua elemen
switching
pada suatu tingkat yang
sama memiliki jumlah terminal masukan dan terminal keluaran yang sama. Jaringan
square
dengan derajat k adalah jaringan banyak tingkat yang dibangun dari elemen
switching
k x k.
Jaringan interkoneksi banyak tingkat adalah jaringan interkoneksi yang digunakan
untuk menghubungkan sekelompok N masukan ke sekelompok N keluaran melalui jumlah
sejumlah tingkat perantara menggunakan elemen
switching
yang berukuran kecil diikuti oleh
(19)
Secara formal, jaringan interkoneksi banyak tingkat merupakan rangkaian
tingkat-tingkat elemen
switching
dan jalur interkoneksi. Arsitektur elemen switching yang paling umum
adalah jaringan interkoneksi antara elemen-elemen
switching
itu sendiri yang berukuran lebih
kecil. Elemen
switching
yang paling sering digunakan adalah
hyperbar
dan lebih khusus lagi
adalah
crossbar.
Dalam lingkungan multiprosesor,
link
tingkat pertama dihubungkan ke sumber
(biasanya prosesor) dan
link
tingkat terakhir dihubungkan ke tujuan (
modul memory)
. Jumlah
tingkat minimum jaringan interkoneksi banyak tingkat harus menyediakan koneksi penuh (
full
connection)
dari terminal masukan ke terminal keluaran.
Elemen
switching
pada jaringan interkoneksi banyak tingkat boleh memiliki
buffer
masukan ataupun
buffer
keluaran.
Buffer
berfungsi sebagai penyimpanan sementara untuk
pesan-pesan yang diblok ketika konfilk terjadi. Penggolongan jaringan interkoneksi banyak tingkat
berdasarkan defenisi-defenisi yang telah diberikan ditunjukkan pada Gambar 2.2.
`
Gambar 2.2
Klasifikasi Jaringan Interkoneksi Banyak Tingkat
Multistage Interconnection Network
Blocking Network
Non Blocking Network Network
Non Network
Uniform
Non Uniform (Non Square)
Uniform
Non Uniform Square
Non Square
Square
Non Square Delta
Delta
Delta Non Delta
Non Delta
(20)
Jaringan interkoneksi banyak tingkat telah digolongkan ke dalam dua kelas menurut
ketersediaan jalur-jalur untuk membangun koneksi baru, yaitu [2]:
1. Blocking
Suatu koneksi antara pasangan masukan/keluaran yang bebas tidak selalu mungkin
dikarenakan konflik dengan koneksi yang sudah ada. Pada umumnya, ada suatu jalur
yang unik antara setiap pasangan masukan/keluaran, dengan memperkecil jumlah elemen
switching
dan tingkat. Jaringan
switching
digambarkan sebagai suatu kelas dari jaringan
interkoneksi banyak tingkat dimana ada satu dan hanya satu jalur dari setiap terminal
masukan ke setiap terminal keluaran. Dengan menyediakan jalur yang banyak
(
multiplepath
) dalam jaringan
blocking,
konflik dapat dikurangi dan toleransi kesalahan
dapat ditingkatkan. Jaringan jaringan
blocking
ini juga dikenal sebagai jaringan banyak
jalur. (
multipath network
).
2. Non blocking
Setiap masukan dapat dihubungkan ke terminal keluaran yang bebas tanpa
mempengaruhi koneksi-koneksi yang ada. Mereka membutuhkan tingkat-tingkat
tambahan dan memiliki jalur yang banyak antara setiap masukan dan keluaran. Contoh
yang popular dari jaringan
non-blocking
adalah jaringan Clos.
Berdasarkan jenis saluran (
channel
) dan elemen
switching
, jaringan interkoneksi banyak
tingkat dapat dibagi menjadi:
1. Jaringan interkoneksi banyak tingkat satu arah (
unidirectional
), yaitu kanal-kanal dan
(21)
2. Jaringan interkoneksi banyak tingkat dua arah (bidirectional), yaitu kanal-kanal dan
elemen-elemen
switching
nya dua arah. Ini menunjukkan bahwa informasi dapat
dikirimkan secara simultan (bersamaan) dalam arah yang berlawanan antara elemen
switching
yang bersebelahan.
2.3
Struktur Banyan
Kata Banyan diambil dari nama pohon ara di Indian Timur yang strukturnya hampir
sama dengan representasi grafis struktur jaringan Banyan. Grafik dari Banyan adalah suatu
diagram Hasse dari suatu derajat parsial dimana ada satu dan hanya satu jalur dari setiap sumber
ke setiap tujuan. Suatu sumber masukan didefenisikan sebagai ujung yang mengarah masuk ke
dalamnya. Tujuan keluaran adalah ujung yang keluar dari ujung masukan, dan semua ujung yang
lain disebut perantara (
intermediate
). Ketika digunakan sebagai jaringan pembagi (
partitioning
network
), sumber dihubungkan ke modul sumber.
a) Irregular
b) L-Level
Gambar 2.3
Contoh Struktur Banyan
Beberapa contoh dari struktur Banyan ditunjukkan pada Gambar 2.3 dimana digunakan
representasi grafis langsung karena akan sangat berguna untuk menunjukkan struktur dan
algoritma kontrolnya masing-masing, tetapi
switch-switch
yang ditunjukkan oleh pembatas
(22)
2.4
Jaringan
Switching
Banyan
Jaringan Banyan adalah sebuah jaringan
switching
bertingkat (
Multistage Interconnection
network
/MIN), yang biasanya terdiri dari sejumlah elemen
switching
yang digabungkan ke
dalam beberapa tingkat yang diinterkoneksikan oleh seperangkat link dengan jalur yang unik
antara sumber dengan tujuan. Sebuah modul
crossbar
2 x 2 dapat mengimplementasikan
masing-masing elemen
switching
. Elemen
switching crossbar
biasa memiliki dua kondisi, yaitu “
cross
state
” dan “
bar state
” seperti y
ang terlihat pada Gambar 2.4[3]
Bar State
Cross State
Bar State
Gambar 2.4
Kondisi (state) elemen
switching
Defenisi formal dari jaringan
switching
Banyan adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki N masukan, N keluaran, log
2N tingkat, dan N/2 elemen
switching
pada tiap
tingkat.
2. Terdapat sebuah jalur yang unik antara masing-masing masukan dan tiap keluaran.
2.5
Karakteristik Jaringan
Switching
Tanpa Buffer
Jaringan Banyan secara luas digunakan sebagai jaringan
switching
atau jaringan
interkoneksi karena karakteristiknya yang baik seperti pola koneksi yang seragam (
uniform
),
perutean sendiri (
self-routing
), diameter jaringan yang kecil, dan tidak memiliki buffer. Ada
beberapa jaringan Banyan yang cukup dikenal seperti jaringan omega, jaringan
shuffle-exchange
,
jaringan
butterfly
dan jaringan
baseline
.
Salah satu karakteristik dari jaringan Banyan adalah bahwa jaringan ini mampu
(23)
header
paket dapat menentukan
oleh tujuan, maksudnya yaitu
susunan yang menurun merupaka
jaringan Banyan, elemen
switching
jika bit pertama pada alamat tuj
bawah jika bernilai 1. Elemen
masuk dengan cara perutean yan
tujuan. Dengan cara perutean s
terminal keluaran yang dituju tanpa
Gam
Jaringan Banyan memiliki
pendek dan panjang jalur yang se
masing jalur memiliki panjang ya
log
2N. Yang membuat jaringan
ukan sendiri kemana peruteran akan dilakukan. Rut
u label pada keluaran ditandai dengan bilanga
upakan alamat keluaran. Apabila sebuah paket tiba
hing
pertama merutekan paket ke keluaran sebelah
tujuan adalah 0 dan merutekan ke keluaran sebe
en
switching
berikutnya juga memperlakukan pa
ang sama yaitu dengan menggunakan bit berikut
n seperti ini sebuah paket akan menemukan j
anpa memperdulikan dari masukan yang mana ia da
ambar 2.5
Perutean dari 001 ke 110
iliki beberapa karakteristik yang sangat baik, se
seragam(
uniform
). Panjang dari jalur adalah log
2yang sama. Terlebih lagi, jumlah elemen
switchi
gan Banyan lebih menarik adalah karakteristik
Ruting diputuskan
ngan biner dengan
tiba pada masukan
lah atas (
bar state)
belah (
cross state)
n paket-paket yang
kutnya pada alamat
n jalannya menuju
ia datang.
k, seperti jalur yang
og
2N, dan
masing-ching
adalah 0,5 N
ik
self-routing
nya,
(24)
sehingga keputusan ruting loka
kelemahan yang sangat serius, ya
2.6, dan koneksi (001-111) dan (
pada tingkat kedua, menyebabkan
Ga
okal menjadi mungkin. Akan tetapi, jaringan B
, yaitu merupakan jaringan bloking. Sebagai contoh
n (011-110) keduanya membutuhkan link keluara
bkan terjadi konflik[3].
Gambar 2.6
Konflik pada elemen switching
Banyan memiliki
ontoh dalam Gambar
uaran bagian bawah
(25)
BAB III
JARINGANSWITCHING OPTIC
3.1. Umum
Switching optik digunakan pada jaringan optik untuk berbagai aplikasi, dimana aplikasi yang berbeda memerlukan waktu switching dan jumlah ports switch yang berbeda. Dalam kaitannya dengan rangkaian fungsi switching,
switching terdiri dari dua yaitu bloking dan non-bloking. Sebuah switching
dikatakan non-blocking jika port masukan yang tidak digunakan dapat terhububung dengan setiap bagian port keluaran yang tidak digunakan. Dimana jaringan non-blocking ini mampu untuk merealisasikan setiap pola interkoneksi diantara masukan dan keluaran. Jika beberapa interkoneksi.tidak dapat direalisasi,
switching tersebut dapat dikatakan blocking. Salah satu switching blocking yang sangat populer yaitu jaringanswitchingBanyan.
Jaringan switching Optic dapat direalisasikan menjadi beberapa jenis tipe jaringanswitching, yaitu :
1. SwitchingOptik Pembagian Ruang (Space-Division Optic Switching)
Switching dibangun dengan menyediakan ruang untuk switch yang menghubungkan satu sumber (source) ke satu tujuan (destination). Switch
digunakan terus sampai hubungan selesai dilaksanakan.
2. Switching Optik Pembagian Panjang Gelombang (Wavelength-Division Optic Switching)
Switching dibangun dengan mengkonversi frekuensi sinyal-sinyal elektrik yang dihubungkan ke detektor foto ke frekuensi sinyal-sinyal optikal dengan
(26)
Transmisi
Serat Optik Switch Matrik Fotonik
Sinyal Optik Masukan
Sinyal Optik Keluaran
menggunakan panjang gelombang. Kemudian hasil frekuensi sinyal-sinyal optikal dibelokkan ke detektor-detektor optikal.
3. SwitchingOptik Pembagian Waktu (Time-Division Optic Switching)
Switching dibangun melalui time slot yang mempunyai panjang interval tertentu. Satu saluran diwakilkan oleh satu time slot, dimana kumpulan time slottergabung dalam satu periodeframe.
3.2. JaringanSwitching OpticPembagian Ruang
Jaringanswitchingpembagian ruang dibangun dengan menyediakan ruang masukan internal untuk switch yang menghubungkan satu saluran masukan ke satu saluran keluaran. Switch ini akan digunakan terus sampai hubungan saluran masukan ke saluran keluaran telah selesai dilaksanakan. Jaringan switching
pembagian ruang dapat direalisasikan dengan switch matriks Optic dan tidak memerlukan perangkat optik yang lain sehingga sangat mudah dalam pembuatan. Dalam switch pembagian ruang, setiap saluran yang masuk dan keluar switch
menyatakan saluran tunggal.
(27)
Gambar 3.1. memperlihatkan sistem switching optic pembagian ruang. Setiap sinyal optik masukan dihubungkan keoutputmelalui sebuahswitchmatriks
optic. Switch matrik optic adalah elemen penting dalam jaringan switching optic
pembagian ruang. Switch matriks dapat dibangun dari bentuk yang paling dasar yaitu crosspoint 2 × 2 sampai bentuk yang paling kompleks tergantung dari arsitektur jaringan yang dipakai[4].
Keuntungan yang dimiliki jaringan switching optic pembagian ruang adalah kemudahannya dalam merealisasikan sistem switching broadband pada tahap awal. Walaupun demikian, jaringan switching optic pembagian ruang akan menghadapi masalah serius dalam penambahan/perluasan kapasitas saluran karena meminta peningkatan jumlah switch matriks yang cepat dan hubungan masukan/keluaran dalam jumlah yang besar. Namun aplikasi utama dariswitching Opticpembagian ruang adalah sistem switchingberskala kecil yang menyediakan kecepatan informasi sangat tinggi.
Beberapa arsitektur jaringan switching yang digunakan pada jaringan
switching optic pembagian ruang telah dikenal pada jaringan switching elektrik misalnya Crossbar, Clos, Benes, Double-Layer,Banyan dan sebagainya. Semua arsitektur jaringan switching optic pembagian ruang menghadapi masalah yang sama jika diperluas dalam dimensi yang lebih besar.
Perluasan dimensi dibatasi oleh attenuasi sistem,signal to noise ratiodan keadaan yang riil. Jika pada switching elektrik, arsitektur jaringan switching
pembagian ruang yang optimal adalah jaringan switchingyang memiliki elemen-elemen switching yang sedikit tetapi pada switching optic arsitektur jaringan
(28)
meminimalkan attenuasi sehingga dapat meningkatkansignal to noise ratio. Jaringan switching pembagian ruang dapat dikombinasikan dengan
switching pembagian waktu dan switching pembagian panjang gelombang. Dengan demikian nantinya jaringan switchingpembagian ruang menjadi jaringan yang lebih fleksibel dan memiliki kapasitasswitchinglebih besar.
3.3 Jaringan Optik Interkoneksi Banyak Tingkat
Jaringan Optik Interkoneksi Banyak Tingkat berbeda dari jaringan Elektrik Interkoneksi Banyak Tingkat dimana sinyal elektrik dikonversikan menjadi sinyal optik pada masukan/keluaran. Keuntungan ini membuat transmisi dalam jaringan akan semakin cepat dan permintaan peningkatanbandwitdthakan dapat terpenuhi. Jaringan optik ini memiliki kapasitas yang tinggi dan dapat mengurangi biaya untuk beberapa aplikasi seperti Internet, Video, interaksi multimedia dan layanan digital lainnya[2].
3.4 Masalah Pada Jaringan Optik Interkoneksi Banyak Tingkat
Komunikasi fiber optik menjanjikan dalam permintaan peningkatan sistem telekomunikasi dan sangat mendapat perhatian. Walaupun jaringan optik interkoneksi banyak tingkat ini memiliki beberapa keuntungan yang menjanjikan daripada interkoneksi elektris banyak tingkat, tetapi jaringan optik ini juga memiliki masalah sepertipath loss,konversi sinyal padaswitchingdancrosstalk.
3.4.1Switch Element Loss
Sebuahswitchingoptikcross-connectboleh dikatakan sebagai kotak hitam dengan beberapa masukan dan keluaran yang membawa traffik jaringan. Sinyal
(29)
optik yang tiba pada masukanswitchingdikonversikan ke dalam sinyal elektronik oleh photo detector kecepatan tinggi (penerima). Sirkit elektronik dalam inti
switching yang mendapat sinyal tersebut diarahkan kepada bagian keluaran yang diinginkan. Kemudian dilakukan pengkonversian sinyal elektrik ke sinyal optik oleh dioda laser dan selanjutnya mentransformasikan kembali sinyal dalam bentuk cahaya dengan transmisi jaringan fiber.
Masalah fundamental dengan inti elektronik ini adalah tidak tersedianya skala yang baik pada besarnya port (jumlah kanal input dan output) dan sangat mahal untuk menggantikan menjadi jaringan yang lebih baik untuk data kecepatan tinggi yang memerlukan pertumbuhan permintaan dalam bandwidth. Untuk menghindari masalah ini, diperlukan pembangunan semua teknologi jaringan
switching optik dengan mengurangi rugi rugi pada switching optik dan tahan terhadap tingginya resiko yang tidak diinginkan[3].
3.4.2Crosstalk
Salah satu masalah yang paling serius dalam switching optik adalah adanya crosstalk optik. Crosstalk ini terjadi ketika dua kanal sinyal saling berinteraksi satu sama lain seperti terlihat pada Gambar 3.2[3].
(30)
Ketika crosstalk terjadi, pecahan kecil dari sinyal input dideteksi oleh keluaran lain meskipun sinyal utama telah diarahkan pada keluaran yang benar. Untuk hal ini, ketika sinyal melalui banyak elemen switching, sinyal masukan yang akan dikirimkan pada keluaran akan memiliki crosstalkdanlosspada setiap bagian elemenswitchingyang dilalui.
3.4.2.1 KarakteristikCrosstalk
Ada beberapa jenis crosstalk yang terjadi pada optical switch berdasarkan sumbernya. Pertama kita akan mendefenisikan perbedaan antara interband crosstalk
danintraband crosstalk
Interband crosstalkditunjukkan pada (Gambar 3.3) adalah crosstalk yang terjadi pada panjang gelombang di luar slot kanal (panjang gelombang di luar
bandwith optik).. Crosstalk ini terjadi antara beberapa panjang gelombang yang berbeda saling berinterferensi yang satu dengan yang lainnya.Interband crosstalk
dapat ditekan bahkan dihilangkan dengan menggunakannarrow-band filter.Filter
ini tidak akan mempengaruhi pendeteksian sinyal pada panjang gelombang yang ada pada gates (gerbang) dalam matrix switching sehingga crosstalk tidak akan terjadi [5].
(31)
Intraband crosstalkditunjukkan pada (Gambar 3.4) adalahcrosstalk yang terjadi pada slot kanal panjang gelombang dalamslot kanal yang sama. Crosstalk
ini terjadi karena adanya interferensi antara sinyal pada slot kanal dengan sinyal
crosstalk pada detector yang menghasilkan selang waktu. Intraband crosstalk
tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan filtersehinggacrosstalkakan terus terjadi di dalam jaringan dan tidak dapat dicegah.
Gambar 3.4Intraband Crosstalk
Intraband crosstalk dapat dibedakan berdasarkan selang waktu yang terjadi selama interferensi pada slot kanal dengan sinyal crosstalk yang berlangsung. Berdasarkan hal ini intraband crosstalk dibagi menjadi coherent crosstalkdanincoherent crosstalk[5].
Coherent crosstalkadalahcrosstalkyang terjadi dalam selang waktu yang panjang (terjadi apabilacrosstalkdipengaruhi oleh adanya selang waktu pada saat interferensi sinyal berlangsung). Sedangkanincoherent crosstalkadalahcrosstalk
yang terjadi dalam selang waktu yang pendek ( terjadi jika crosstalk tidak dipengaruhi oleh selang waktu) [5].
(32)
3.5Directional Coupler
Directional Coupler digunakan untuk mengkombinasikan dan memisahkan sinyal dalam jaringan optik. Elemen switching dasar 2 x 2 dalam sistem switchingoptik biasanya adalah sebuahDirectional-Coupler (DC) dimana dua atau lebih panjang gelombang saling berdekatan seperti pada Gambar 3.5. Ketika jarak antara kedua panjang gelombang cukup kecil, penyebaran sinyal optik salah satu dari panjang gelombang tersebut akan bergabung dengan sinyal yang lain. Hal ini akan mengakibatkan adanya crosstalkpada jaringanswitching. Untuk mengatasi hal ini, pada Directional Coupler hanya dapat dilalui satu sinyal saja setiap saat[3].
Gambar 3.5Directional Coupler
Hal terpenting pada directional coupler adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mengubah posisi dari switch, efisiensi switch dan kecepatan switch. Bila diberikan tegangan maka switch beralih pada kondisi bar state (input dan output portpadalineyang sama ).
3.6.Splitter/Combiner
Splitteratau disebut juga demultiplexer adalah komponenswitching optik dimana komponen ini menghasilkan beberapa sinyal optik dari sebuah sinyal optik masukan, sedangkan combiner atau multiplexer adalah kebalikan dari
(33)
splitterdimana beberapa sinyal optik masukan dirubah menjadi satu sinyal optik.
Splitterini dapat dibangun dari elemen switching 2 x 2 dimana satu masukan dari tiap elemen switching tidak digunakan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.6 yang merupakan sebuahsplittertipe 1 x 8. Komponencombinerdalam hal ini merupakan kebalikan darisplitterbaik dari segi konstruksi dan elemen switching
yang digunakan. Kedua komponen ini digunakan untuk mengelompokkan sinyal optik atau panjang gelombang[3].
Gambar 3.6Splitter 1x 8
3.7. Karakteristik Kinerja Arsitektur JaringanSwitching
Semua arsitektur jaringan penyambungan mengalami kesulitan jika diperbesar dimensi kontaknya karena dibatasi oleh redaman sistem dansignal to noise ratio system. Pada domain elektronik untuk mengoptimalkan arsitektur penyambungan adalah dengan meminimisasikan crosspoint. Hal tersebut tidak cukup apabila arsitektur penyambungan berada dalam domain optik. Untuk itu perlu minimasi redaman dan memaksimalkan nilaisignal to noise ratio.
Ada beberapa syarat yang menjadi pertimbangan dalam memilih suatu bentuk arsitekturswitching Opticyang baik, yaitu[6]:
(34)
1. Jaringan tersebut harus bersifatnonblocking.
2. Jaringan tersebut memiliki performansi signal to noise ratio yang baik yaitu lebih besar dari 11 dB dan memiliki rugi-rugi (insertion loss) yang rendah yaitu kurang dari 30 dB.
3. Jaringan tersebut harus memiliki dimensi yang tepat untuk dapat diintegrasikan ke dalam jaringan switching yang besar dan memiliki kemampuanbroadcast.
Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan kinerja jaringan switching Opticakan dibahas pada sub bab ini, yaitu :
1. Nonblocking
Suatu jaringan penyambungan dikatakan nonblocking jika beberapa masukan yang diinginkan dapat dihubungkan ke beberapa keluaran yang bebas. Ada tiga jenis karakteristiknonblocking, yaitu :
a) Strictly Nonblocking
Suatu jaringan penyambungan dikatakan strictly nonblocking jika beberapa masukan selalu dapat dihubungkan ke beberapa keluaran yang bebas tanpa memperhatikan algoritma penyambungannya kembali.
b) Rearrangeable Nonblocking
Suatu jaringan penyambungan dikatakan rearrangeable nonblocking jika hubungan antara dua sisi yang tidak digunakan diblok untuk sementara waktu oleh hubungan yang ada. Hubungan yang diblok tadi akan dilanjutkan setelah beberapa hubungan tertentu diatur kembali.
(35)
c) Wide Sense Nonblocking
Suatu jaringan penyambungan dikatakan wide sense nonblocking jika hubungan yang terjadi antara beberapa masukan dengan keluaran yang tak terpakai membutuhkan algoritma penyambungan yang khusus.
2. Redaman Sinyal( Path Loss )
Sinyal optik saat melewati jaringan penyambungan akan mengalami redaman. Redaman yang terjadi terdiri dari beberapa komponen, yaitu rugi propagasi yang melewati waveguide pada directional coupler, rugi pada belokan
waveguide, rugi pada persilangan waveguide, rugi propagasi dalam substrat, rugi kopling antara serat dengan waveguide dan antara waveguide dengan serat. Redaman ini ditentukan oleh jumlah coupler, persilangan, belokan, substrat dan serat yang dilalui oleh lintasan sinyal optik. Besarnya redaman mempengaruhi penerimaan sinyal optik dan mengurangisignal to noise ratiosistem.
Rugi propagasi yang melewati waveguide pada directional coupler
merupakan suatu ukuran yang sangat penting dan menjadi ukuran bagi perancangan jaringan penyambungan Optik dan berbanding lurus dengan jumlah
coupleryang dilalui oleh lintasan sinyal optik. Pada umumnya nilai rugi-rugi ini adalah 0,2 dB untuk masing-masing kontak[7]. Jumlah ini berbeda-beda tergantung teknologi semikonduktornya.
Rugi-rugi sisipan (insertion loss) untuk suatu arsitektur jaringan penyambungan tergantung kepada jumlah elemen penyambungan yang akan dilewati oleh sinyal optik. Jika directional coupler dengan substrat LiNbO3 digunakan sebagai elemen penyambungan dan masing-masingdirectional coupler
(36)
dan sejumlah kecil rugi-rugi yang diakibatkan oleh penjalaran sinyal optik melalui panjang waveguide yang diberikan. Selain itu, L termasuk rugi-rugi sinyal optik yang memasuki dan meninggalkan belokan waveguide setiap directional coupler
serta rugi-rugi akibat kopling yang tidak lengkap dengan directional coupler.
Harga L berkisar antara 0,5 dB sampai dengan 1 dB[6]. Pada bagian selanjutnya, L dB direpresentasikan sebagai rugi pada setiap kontak.
Redaman tambahan terjadi saat sinyal memasuki dan meninggalkan substrat LiNbO3. Rugi kopling antara waveguide dan serat direpresentasikan dengan W dan termasuk rugi refleksifresnelserta rugi ragam tak sebanding. Rugi refleksi fresnel terjadi akibat perbedaan indeks bias antara serat dan waveguide.
Sedangkan rugi ragam tak sebanding terjadi karena serat memiliki inti dan ragam medan yang bulat sedangkanwaveguidememiliki ragam medan yang agak ellips. Harga W berkisar antara 1 dB sampai 2 dB[6].
3. Signal to Noise Ratio( SNR )
Setiap elemen switching yang dilalui serat optik memasukkan sejumlah kecil cakap silang dari kanal sinyal yang diinginkan. Rasio pemadaman (extinction ratio) terbaik yang diberikan elemen penyambungan akan memberikan cakap silang yang rendah. Rasio pemadaman suatu elemen penyambungan dalam dB, diwakili dengan X. Nilai untuk X berbeda-beda mulai -40 dB sampai -10 dB, tergantung tipe elemen penyambungan dan karakteristik pembuatannya[6]
Nilai signal to noise ratio untuk suatu arsitektur jaringan penyambungan Optik dapat diperkirakan dengan menentukan jumlah elemen penyambungan yang dilalui sinyal optik dan berapa besar daya yang bocor ke dalam kanal sinyal lain. Jumlah daya sinyal yang bocor tergantung pada apakah kanal sinyal membawa
(37)
daya sinyal secara penuh ataukah sinyal sudah diredam oleh satu atau lebih rasio pemadaman.
Nilai signal to noise ratio pada keadaan terburuk merupakan parameter yang penting dan dapat dikalkulasikan untuk setiap arsitektur jaringan penyambungan. Signal to noise ratio yang dikehendaki diasumsikan lebih besar dari 11 dB untuk mencapaibit error rate(BER) sebesar 10-9.
4. Jumlah ElemenSwitching
Elemen switching digunakan untuk membentuk arsitektur jaringan
switchingpembagian ruang yang diinginkan. Jumlah elemenswitchingmerupakan ukuran harga suatu jaringan penyambungan. Jumlah elemen switching yang diperlukan untuk setiap arsitektur jaringan pembagian ruang berbeda-beda. Elemen switching yang digunakan pada jaringan switching Optic pembagian ruang ini adalah directional coupler. Banyaknya elemen switching yang digunakan berarti banyaknya directional coupler yang digunakan pula, hal ini berarti mempengaruhi juga biaya yang digunakan.
5. Jumlah Pengarah (Electronic Driver)
Pengarah (driver) terdiri dari elektroda-elektroda yang berfungsi untuk mengarahkan sinyal yang masuk ke elemen switching untuk diteruskan ke kanal keluaran yang diinginkan. Hampir semua arsitektur jaringan switching
membutuhkan pengarah elektronik untuk setiap directional coupler. Pada beberapa arsitektur jaringan switching, elemen switching yang digunakan memerlukan pengarah elektronik yang terpisah sehingga jumlah pengarah elektroniknya sama dengan jumlah elemen switchingnya. Tetapi pada sebagian
(38)
arsitektur yang lain, beberapa directional coupler dapat dikelompokkan dengan menggunakan pengarah yang sama.
6. JumlahCrossover/ PersilanganWaveguide
Lintasan sinyal pada jaringan penyambungan akan berinteraksi satu sama lainnya. Cara lintasan sinyal berinteraksi pada jaringan penyambungan adalah dengan persilangan kontak (switch crossover) dan persilangan waveguide
(waveguide crossover). Persilangan kontak adalah kopling yang tak diinginkan antara satu lintasan sinyal dengan lintasan sinyal lainnya yang dialami oleh kedua lintasan sinyal suatu elemen penyambungan. Persilangan waveguide adalah bersilangnyawaveguideyang ditanam pada suatu jaringan penyambungan tertentu dimanawaveguidetersebut membawa sinyal optik.
3.8 ProbabilitasBlockingpada Jaringan Optik Banyan
Patel dalam papernya merumuskan penghitungan probabilitas blocking berdasarkan asumsi :
1. Setiap prosesor membangkitkan permintaan acak dan independen permintaan yang seragam didistribusikan ke semua modul memori.
2. Pada awal setiap siklus masing-masing prosesor menghasilkan permintaan baru dengan m probabilitas. Dengan demikian, m juga adalah jumlah rata-rata permintaan yang dihasilkan persiklus masing-masing prosesor.
3. Permintaan yang diblokir diabaikan, yaitu permintaan dikeluarkan pada siklus berikutnya tidak dipengaruhi oleh permintaan yang diblokir.
Asumsi terakhir ada untuk menyederhanakan analisis. Dalam prakteknya, tentu saja permintaan ditolak harus dikirimkan kembali pada siklus berikutnya,
(39)
sehingga asumsi permintaan independen tidak akan tertahan. Namun, untuk mengasumsikannya kalau tidak dengan membuat analisis, jika tidak mustahil tentu akan sangat sulit. Selain itu, simulasi studi yang telah dilakukan oleh Patel, untuk masalah yang sama telah menunjukkan bahwa probabilitas penerimaan hanya sedikit berbeda jika asumsi ketiga di atas dihilangkan. Dengan demikian, hasil analisis akan cukup baik dengan rumusan itu untuk membandingkan jaringan yang berbeda [8].
Daniel M. Dias dan J. Robert Jump mengaplikasikan perhitungan probabilitas paket yang dilewatkan melalui tiap tingkatan switch pada jaringan delta tanpabuffer. Dimisalkan sebuah jaringan delta (2n× 2n) tanpabufferdengan mengasumsikan pk adalah probabilitas paket dilewatkan melalui link masukan
pada sebuahswitchdi tingkatSk,dimana 0≤k < n,danpk(0≤ k < n)mempunyai
nilai yang sama untuk semua link masukan switch pada tingkat yang sama.
Dimana, pk adalah probabilitas paket dilewatkan melalui link masukan pada
sebuahswitchdi tingkatSk.
Maka persamaan dasar untuk menhitung probabilitasblockingadalah [8]:
(3.1) ditetapkan (p0=0,1sampai dengan1),danb=jumlahinput/output switch crossbar
pada tiap tingkat.
3.9 PerhitunganCrosstalkpadaSwitchOptik
Pada tugas akhir ini akan dievaluasi pengaruh crosstalk pada switching matrix didalam perangkat Optical Switch. Pengaruh crosstalk terjadi pada saat
(40)
proses switching dan selecting terhadap kanal sinyal panjang gelombang berlangsung.
Topologi Optical Switch terdiri dari switching matrix yang berfungsi dalam melakukan fungsi routing terhadap kanal sinyal panjang gelombang yang berbeda.Switching matrix pada topologi ini menggunakan sistem array of gates.
Splitter dan combiner diletakkan di depan dan di belakang komponen switching matrix dan filter digunakan untuk menyeleksi kanal sinyal panjang gelombang pilihan yang diinginkan. TopologiOptical Switchditunjukkan pada (Gambar 3.7).
Pada topologi tersebut, kanal sinyal panjang gelombang pertama kali ditransmisikan pada serat output yang diinginkan sebelum dilakukan proses seleksi oleh filter. Nserat input ditransmisikan menuju N serat output dimana masing-masing serat membawa M kanal sinyal panjang gelombang. Suatu (N M x N M) Space switch digunakan untuk melakukan proses routing pada sinyal menuju seratoutputyang diinginkan.Space switchini terdiri darisplitterpasif (N x M),gates
N2xM
dancombiner(N x M).Gatesmenggunakan sistem GC-SOA ( gain-clamped semiconductor optical amplifier). Setelah proses switching pada bagian ini selesai, sinyal panjang gelombang yang bagus akan diseleksi olehfilterpada level frekuensi tertentu. Dan pada akhirnya M kanal sinyal panjang gelombangoutputdikombinasikan atau digabungkan ke dalamNseratoutput[5].
(41)
Gambar 3.7 TopologiOptical Switch
3.9 Persamaan DasarOptical Switch
Persamaan dasar yang digunakan untuk menentukan nilai Poutallchannel dan
reference out
P pada jaringanswitching
3.2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 ) 1 )( 1 ( 1 2 1 2 1 2 2
N M t F gate M t F N t gate j io F gate F gate F gate j io F gate F gate j io jo io gate F j i gate F j i gate gate j io jo io jo i gate jo io jo io out io t T R t T t R P T R M N T R M N T R M N P T R M N T M R N P P R T N M MP X T M MP X R N P P P M X P P PSplitter Gate Combiner
N M N M 2 N M
Splitter Switch Filter Combiner
N Input N Output : : : : : : :
(42)
Dimana:
- Pioout adalahpower outputpada kanal sinyal yang dijadikan sebagai acuan. - Piojo adalahpower inputpada kanal sinyal acuan yang ditransmisikan pada
serat optik acuan.
- Pijo adalah power input seluruh kanal sinyal yang ditransmisikan pada serat optik acuan.
- Pioj adalahpower inputpada kanal sinyal acuan yang ditransmisikan pada seluruh serat optik.
- TF adalah faktor pentransmisianfilterpada kanaloptical switch. - Rgate adalahratioperbandinganstateON-OFFpadagate. - M adalah jumlah kanal sinyal panjang gelombang.
- N adalah jumlah serat optik.
- t adalah fungsi waktu terhadapcrosstalk(coherentdanincoherent).
Persamaan ini digunakan dalam analisis crosstalk pada yang terdiri dari enam terms: tiga terms pertama merupakan kontribusi dari beberapa kanal yang tidak saling berinterferensi, sedangkan tiga terms terakhir merupakan kontribusi dari beberapa kanal yang saling berinterferensi [5].
TermsI merupakanpower input.Power outputakan bernilai sama dengan
power input, jika tidak terjadi interferensi antara kanal sinyal panjang gelombang.
Terms II merupakan kontribusi dari adanya crosstalk yang terjadi pada gates
akibat pengaruh dari gain clamped-semiconductor opticalamplifier (GC-SOA) yang tidak sempurna. Terms III merupakan kontribusi yang berkaitan dengan
(43)
kanal sinyal panjang gelombang input yang memiliki panjang gelombang yang sama dan ditransmisikan pada serat optik input yang berbeda. Ini merupakan kontribusi crosstalk secara langsung yang menghasilkan peningkatan terhadap
power input.
Interferensi antara kanal sinyal panjang gelombang terjadi pada tigaterms
terakhir yang diberi tanda negatif. Terms I merupakan interferensi antara kanal sinyal dengan kanalcrosstalk. Kontribusi ini ditandai dengan adanya Rgate dan
F
T yang menghasilkan degradasi terhadap sinyal. Terms II merupakan beat terms yaitu interferensi antara kanal crosstalk yang berbeda. Karena masing-masing kanal crosstalk terdiri dari kontribusi yang berbeda, maka beat terms
antara kontribusi ini harus dihitung. Terms III perhitungan beat terms antara kontribusi yang berbeda pada kanalcrosstalk[5].
Untuk menentukan nilai crosstalk, nilai dari Poutputallchannel dan reference out
P
digunakan kedalam Persamaan (3.3) sehingga menjadi:
reference output
reference output allchannel
output
P P P
X (3.3)
allchannel output
P adalah power output yang dihitung dari seluruh kanal pada input dan
reference out
P
adalahpower output yang dihitung pada kanal yang diteliti dari optical switchdengan parameter TFsebagai acuan.
(44)
BAB IV
ANALISIS KINERJA
OPTICAL SWITCH
PADA
JARINGAN
SWITCHING
BANYAN
4.1 Umum
Tugas akhir ini menganalisis Kinerja
Optical Switch
pada Jaringan Switching Banyan
dengan adanya
crosstalk
pada jaringan tersebut. Pada jaringan yang dianalisis adalah probabilitas
blocking
dan
crosstalk.
Karena merupakan jaringan tanpa
buffer
, maka ketika ada beberapa paket pada sebuah
elemen
switching
yang sama dimana paket-paket tersebut membutuhkan keluaran yang sama,
akan dipilih salah satu paket secara acak yang akan diteruskan atau dilewatkan. Sedangkan sisa
paket lainnya akan diblok atau dibuang.
4.2
Perhitungan
Probabilitas
Blocking
Optical Switch
pada Jaringan
Banyan
Jika dikatakan jaringan
switching
N x N, hal ini berarti bahwa pada jaringan tersebut
terdiri dari N masukan dan N keluaran yang terdiri dari beberapa
switching
Banyan yang disusun
secara paralel dan hal ini dilambangkan dengan m.
Pada perhitungan jaringan ini hanya difokuskan untuk menganalisis probabilitas
blocking
dari jaringan tersebut, maka kecepatan dari jaringan ini tidak diperhitungkan. Parameter yang
digunakan untuk menganalisis Probabilitas
blocking
pada jaringan ini adalah :
1. Jumlah tingkat
switching
Banyan =
log2N =k
(45)
4.
Probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasuki switching Banyan (P0)5.
Probabilitas ada beberapa paket pada setiap masukan tertentu pada tingkat ke-m dari jaringan (Ps)P
k +1= 1
–
(
1
)
Berikut ini akan dihitung Kinerja Optical Switch pada Jaringan Banyan dengan N=16, N=32,
N=64, dan N=128 dengan P
0= 0.1 sampai dengan 1
Untuk P
0= 0,1
1. Jaringan 16 x 16 Banyan
N=16, Jumlah tingkat = log
2N = 4
a. Untuk nilai
k
= 0
P
k +1= 1
–
(
1
)
P
0 +1= 1
–
(
1
)
Maka besar probabilitas
blocking
pada tingkat ke-1 adalah
P
1= 1
–
(
1
,)
= 1
–
(
1
0,05 )
P
1= 0,0975
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 16 x 16 pada setiap switch ditingkat
pertama adalah 0,0975
b. Untuk nilai
k
= 1, maka
(46)
P
1 +1= 1
–
(
1
)
Maka besar probabilitas
blocking
pada tingkat ke-2 adalah
P
2= 1
–
(
1
,)
= 1
–
(
1
0,04875 )
P
2= 0.0951
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 16 x 16 pada setiap switch ditingkat
kedua adalah 0.0951
c. Untuk nilai
k
= 2, maka
P
k +1= 1
–
(
1
)
P
2 +1= 1
–
(
1
)
Maka besar probabilitas
blocking
pada tingkat ke-3 adalah
P
3= 1
–
(
1
.)
= 1
–
(
1
0,0475 )
P
3= 0.0928
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 16 x 16 pada setiap switch ditingkat
ketiga adalah 0.0928
d. Untuk nilai
k
= 3, maka
P
k+1= 1
–
(
1
)
(47)
P
4= 1
–
(
1
.)
= 1
–
(
1
0,0464 )
P
4= 0.0907
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 16 x 16 pada setiap switch ditingkat
keempat adalah 0.0907
2. Jaringan 32 x 32 Banyan
N=32, Jumlah tingkat = log
2N = 5
e. Untuk nilai
k
= 4, maka
P
k +1= 1
–
(
1
)
P
4 +1= 1
–
(
1
)
Maka besar probabilitas
blocking
pada tingkat ke-5 adalah
P
5= 1
–
(
1
.)
= 1
–
(
1
0,4535 )
P
5= 0.0886
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 32 x 32 pada setiap switch ditingkat
kelima adalah 0.0886
3. Jaringan 64 x 64 Banyan
N=64 Jumlah tingkat = log
2N = 6
f.
Untuk nilai
k
= 5, maka
(48)
P
5 +1= 1
–
(
1
)
Maka besar probabilitas
blocking
pada tingkat ke-6 adalah
P
6= 1
–
(
1
,)
= 1
–
(
1
0,0443 )
P
6= 0.0866
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 64 x 64 pada setiap switch ditingkat
keenam adalah 0.0866
4. Jaringan 128 x 128 Banyan
N=64 Jumlah tingkat = log
2N = 7
g. Untuk nilai
k
= 6, maka
P
k +1= 1
–
(
1
)
P
6 +1= 1
–
(
1
)
Maka besar probabilitas
blocking
pada tingkat ke-7 adalah
P
7= 1
–
(
1
,)
= 1
–
(
1
0,0433 )
P
7= 0,0848
Didapat probabilitas
blocking P
bjaringan Banyan 128 x 128 pada setiap switch
(49)
Tabel 4.1
Probabilitas
Blocking
pada Jaringan Banyan
Jumlah
Tingkat
Log
2N
Jumlah
Input/Output
N
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,1
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,2
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,3
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,4
1
2
0.0975
0.1900
0.2775
0.3600
2
4
0.0951
0.1800
0.2582
0.3276
3
8
0.0928
0.1727
0.2415
0.3007
4
16
0.0907
0.1653
0.2269
0.2781
5
32
0.0886
0.1584
0.2141
0.2588
6
64
0.0866
0.1522
0.2026
0.2420
7
128
0.0848
0.1464
0.1923
0.2274
Jumlah
Tingkat
Log
2N
Jumlah
Input/Output
N
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,5
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,7
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 0,9
Probabilitas
Blocking
(Ps) dengan
P0 = 1
1
2
0.4375
0.5775
0.6975
0.7500
2
4
0.3896
0.4941
0.5758
0.6093
3
8
0.3516
0.4330
0.4929
0.5165
4
16
0.3207
0.3489
0.4322
0.4498
5
32
0.2950
0.3184
0.3855
0.3992
6
64
0.2732
0.2931
0.3483
0.3593
(50)
1.3
Hasil Analisis
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (3.1) didapat bahwa jika
jumlah input ditambah dengan nilai P
0yang tetap, maka probabilitas
blocking
akan
semakin kecil. Sebaliknya jika nilai P
0bertambah besar dengan input yang tetap, maka
probabilitas
blocking
akan semakin besar.
Untuk Nilai Input 2 dengan P
0= 0.1 Probabilitas blocking jaringan Banyan adalah
0,0975, probabilitas blocking akan semakin kecil jika jumlah input ditambah, yaitu untuk
nilai input 128 dengan P
0= 0,1 , Probabilitas blocking jaringan Banyan adalah 0,0848.
Sebaliknya untuk nilai input 2 dengan nilai P
0= 0.2, 0.3, 0.4, dan 1 probabilitas blocking
pada jaringan Banyan berturut-turut adalah 0.1900, 0.2775, 0.3600, 0.4375.
.
4.4 Perhitungan nilai
Crosstalk Optical Switch
pada Jaringan Banyan
Dalam Tugas Akhir ini, perangkat
Optical Switch
yang akan dianalisis menggunakan
daya masukan atau
Pinputsebesar -50 dB, sedangkan parameter-parameter yang digunakan pada
perangkat
Optical Switch
ditunjukkan pada Ttabel ( 4.2 )
Tabel 4.2
Nilai Parameter Rancangan
Parameter Rancangan
Nilai
R
gate-50 dB
X
gate-0.1 mW
-1(51)
Dengan menggunakan nilai parameter rancangan pada Tabel 4.2, dapat ditentukan nilai
dari
P
outputallchanneldan
P
outputreferenceyang digunakan untuk menghitung besarnya nilai
crosstalk
yang
terdapat pada perangkat
Optical Switch.
allchannel output
P
merupakan daya keluaran yang dihitung dengan menggunakan parameter
standar pada perangkat
Optical Switch
, sedangkan
P
outputreferenceadalah daya keluaran yang dihitung
dengan mengubah nilai dari salah satu parameter
optical Switch
yang diteliti dengan parameter
T
Fsebagai acuan.
4.4.1 Analisis Perhitungan Nilai
Crosstalk
Pada analisis ini nilai
crosstalk
disimbolkan dengan lambang X dan dirumuskan dengan
Persamaan (3.3)
Untuk menentukan nilai
referenceout
P
dan
allchannelout
P
, diperoleh dengan menggunakan
parameter rancangan pada persamaan (3.2) sebagai berikut :
Dengan menggunakan nilai dari parameter rancangan maka didapatkan hasil
allchannelout P
(52)
1. Untuk N=M=2 pada Jaringan Banyan 2 x 2
1 1 2 1 2 1 4 5 2 2 1 4 2 2 1 5 5 4 5 2 4 5 2 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 1 4 5 1 5 5 5 5 1 5 5 10 10 10 10 10 2 10 10 1 2 1 2 10 10 1 2 1 2 10 10 1 2 1 2 10 2 10 10 1 2 1 2 10 1 2 10 1 2 10 10 2 10 10 1 2 1 2 10 2 10 1 10 1 2 10 2 10 1 10 1 2 10 10 10 1 2 ) 10 ( 10 10 t t t allchannel out t t t P 5 10 1,00005489 xPoutallchannel
Watt
Dan untuk menentukan nilai
referenceout
P
parameter yang dijadikan acuan adalah parameter
F
T
. Nilai parameter
TFyang diteliti adalah -40 dB, -50 dB, -60 dB, -70 dB dan -80 dB.
Dengan menggunakan persamaan (3.1), maka nilai
P
outreferencedapat ditentukan seperti pada
tabel ( 4.2 ) di bawah ini ;
Tabel 4.3
Nilai
TFdan
reference out P fT
reference outP
-50 dB
1,0000088 x 10
-5Watt
-60 dB
1,000013 x 10
-5Watt
-70 dB
1,000017 x 10
-5Watt
-80 dB
1,000018 x 10
-5Watt
Dengan menggunakan persamaan (3.2), maka nilai
referenceout
P
dapat ditentukan seperti pada
(53)
Untuk menentukan nilai
crosstalk
, nilai dari
P
outputallchanneldan
reference outP
dengan menggunakan
Persamaan (3.3) sehingga menjadi:
reference output reference output allchannel output P P P
X
(3.3)
Pada nilai acuan
Tf= -50 dB, nilai
crosstalk
untuk Jaringan 2 x 2 adalah ;
5 5 5 10 8 1,00000886 10 8 1,00000886 10 ,00005489 1 x x x X
X
= 4,3785 x 10
-5Watt = -43.58 dB
Tabel 4.4
Nilai
Crosstalk
pada Jaringan Banyan
Jumlah
Input/
Output
P
allchannel
Output
T
FP
reference Output
Crosstalk
( X )
2
1.000054 x 10
-5Watt
-50
-60
-70
-80
1.0000088 x 10
-5Watt
1,000013 x 10
-5Watt
1,000017 x 10
-5Watt
1,000018 x 10
-5Watt
-43.37 dB
-43.78 dB
-44.32 dB
-44.44 dB
4
9.990 x 10
-6Watt
-50
-60
-70
-80
9.9970 x 10
-6Watt
9.9990 x 10
-6Watt
9.9994 x 10
-6Watt
9.9996 x 10
-6Watt
-31.72 dB
-30.45 dB
-30.26 dB
-30.17 dB
(1)
Untuk menentukan nilaicrosstalk, nilai dari Poutputallchannel dan reference out
P dengan menggunakan Persamaan (3.3) sehingga menjadi:
reference output reference output allchannel output P P P
X (3.3)
Pada nilai acuan Tf = -50 dB, nilaicrosstalkuntuk Jaringan 2 x 2 adalah ;
5 5 5 10 8 1,00000886 10 8 1,00000886 10 ,00005489 1 x x x X
X= 4,3785 x 10-5Watt = -43.58 dB
Tabel 4.4NilaiCrosstalkpada Jaringan Banyan Jumlah
Input/ Output
Pallchannel Output
T
F Preference OutputCrosstalk ( X )
2 1.000054 x 10-5Watt -50
-60 -70 -80
1.0000088 x 10-5Watt 1,000013 x 10-5Watt 1,000017 x 10-5Watt 1,000018 x 10-5Watt
-43.37 dB -43.78 dB -44.32 dB -44.44 dB
4 9.990 x 10-6Watt -50
-60 -70 -80
9.9970 x 10-6Watt 9.9990 x 10-6Watt 9.9994 x 10-6Watt 9.9996 x 10-6Watt
-31.72 dB -30.45 dB -30.26 dB -30.17 dB
(2)
Jumlah Input/ Output
Pallchannel Output
T
FPreference Output
Crosstalk ( X )
8 9.927 x 10-6Watt -50
-60 -70 -80
9.9830 x 10-6Watt 9.9928 x 10-6Watt 9.9953 x 10-6Watt 9.9961 x 10-6Watt
-22.58 dB -21.81 dB -21.65 dB -21.60 dB
16 9.613 x 10-6Watt -50
-60 -70 -80
9.911 x 10-6Watt 9.963 x 10-6Watt 9.975 x 10-6Watt 9.978 x 10-6Watt
-15.22 dB -14.54 dB -14.41 dB -14.37 dB
32 8.127 x 10-6Watt -50
-60 -70 -80
9.587 x 10-6Watt 9.831 x 10-6Watt 9.887 x 10-6Watt 9.902 x 10-6Watt
-8.17 dB -7.61 dB -7.49 dB -7.46 dB
64 7.078 x 10-7Watt -50
-60 -70 -80
8.073 x 10-6Watt 9.255 x 10-6Watt 9.513 x 10-6Watt 9.584 x 10-6Watt
-0.45 dB -0.34 dB -0.33 dB -0.33 dB
(3)
1.5 Hasil Analisis
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (3.2) dan (3.3) Nilai crosstalk pada jaringan optik Banyan akan semakin besar dengan bertambahnya nilai input. Untuk jaringan dengan input/output 2, 4 dan 8, besarnya nilai crosstalk masih berada pada batas yang diperbolahkan yaitu kecil dari –20dB [10], sedangkan untuk jaringan optical switch Banyan dengan jumlah input/output 16, 32 dan 64 nilai crosstalk lebih besar dari –20dB sehingga jaringan optical switch Banyan dengan input/output 16, 32 dan 64 dan seterusnya tidak direkomendasikan karena nilaicrosstalkmelewati batas yang diizinkan.
(4)
6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perubahan jumlah input/output pada jaringan switching Banyan berbanding terbalik dengan nilai probabilitas blocking. Didapat bahwa probabilitas blocking pada jaringan switchingBanyan akan terus berkurang jika jumlah input semakin besar. Untuk jaringan Banyan yang dibangun dengan jumlah input 2 dan input 128 maka probabilitas blockingnya adalah 0.0975 dan 0.0848. Namun jika nilai P0 semakin besar dengan input/outputyang tetap, maka nilai probabilitas blocking akan semakin besar.
2. Perubahan jumlah input/output pada jaringan switching optik Banyan berbanding lurus dengan nilaicrosstalk. Untuk jaringanswitchingoptik Banyan dengan nilai input 2, 4, 8, 16, 32 dan 64 nilai crosstalk pada jaringan switching optik Banyan berturut-turut adalah -43.58 dB, -31.72 dB, -22.58 dB, -15.22 dB, -8.17 dB dan -0.45 dB . Namun untuk nilai input 128 Nilai crosstalk tidak dapat dihitung karena daya input yang dihasilkan dari parameter rancangannya tidak mencukupi (minus), maka untuk nilai input 128 dan seterusnya parameter rancangan harus diubah.
3. Jumlahinput/output yang diperbolehkan untuk jaringan optical switch Banyan adalah 2, 4 dan 8, karena besarnya nilai crosstalk masih berada pada batas yang diizinkan yaitu kecil dari –20dB[10], sedangkan untuk jaringan optical switch Banyan dengan jumlah input/output 16, 32 dan 64 dan seterusnya, nilai crosstalk lebih besar dari –20dB sehingga jaringan optical switch Banyan dengan input/output 16, 32 dan 64 dan seterusnya tidak direkomendasikan karena nilaicrosstalkmelewati batas yang diizinkan.
(5)
5.2 Saran
1. Analisis kinerja jaringan switching optic Banyan dapat dibahas lebih mendalam dengan simulasi menggunakan algoritma berbeda.
2. Untuk dapat menghitung nilai crosstalk dengan input 128, 256 dan seterusnya, parameter perancangan harus diubah agar daya input mencukupi.
3. Berdasarkan standar ITU-T Recommendation E.541 besarnya probabilitas blocking yang direkomendasikan adalah 0.01 (1%) [11], agar nilai probabilitas blocking sesuai dengan rekomendasi ITU-T pada masing-masing element switching sebaiknya ditambahkan buffer. Buffer berfungsi sebagai penyimpanan sementara untuk pesan-pesan yang diblok ketika konflik terjadi.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zulfin, M. 2008. Dasar Switching. Buku Ajar Teknik Penyambungan. Medan. Hlm.1-14.
[2] Quadri, Imran Rafiq, dkk. Mei 2007. Modeling of Topologies of Interconnection Networks based on Multidimensional Multiplicity.
Raport de Recherche, Institut National De Recherche En Informatique Et En Automatique. Hlm. 5-16.
[3] Zhong, Jiling. 2005,Upper Bound Analysis And Routing In Optical Bener Network,Phd.D Dissertation. Hlm.22-38.
[4] Masahiko Fujiwara and Mitsuhito Sakaguchi, Mei 1990. Line Capacity Expansion Schemes in Optic Switching. IEEE LCS Magazine. Hlm. 47-53
[5] Gyselings, Tim. August 1999. Crosstalk Analysis of Multiwavelength Optical Cross Connect”. IEEE Transaction on Lightwave Technology, Vol. 17, No. 8. Hlm.1277-1278.
[6] R. A Spanke, Mei 1987. Architectures for Guided-Wave Optical Space Switching System. IEEE Communications Magazine, Vol 25, No. 5. Hlm. 10-34.
[7] Patel, Janak H., 1981. Performance of Processor-Memory Interconnections for Multiprocessors. IEEE Transactions on Computers, vol. C-30, no. 10. Hlm. 168-177.
[8] Dias, Daniel M., 1981. Analysis and Simulation of Buffered Delta Networks. IEEE Transactions on Computers, vol. C-30, no.4. Hlm. 278
[9] Hadi, Hakiki. 2007. Analisis Kinerja Optical Cross Connect (OXC) sebagai Aplikasi Wavelength Division Multiplexing (WDM). Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara, Medan. Hlm. 37-40
[10] Agrawal, G.P. 2002. Fiber-Optic Communication Systems. New York, USA. Hlm. 347.
[11] ITU-T E.541. 1993. Overall Grade Of Service for International Connections.Hlm. 3.