getah bening hanya ada pada satu lokasi saja Ferrer, 2002. Limfadenopati mewakili respon keadaan patologis baik generalisata maupun lokalisata sebagai
hasil dari rangsangan antigen atau infiltrasi Moore et al, 2003.
2.2.2. Etiologi
Banyak faktor penyebab dari limfadenopati, antara lain: a. Virus: Epstein-Barr Virus, toxoplasmosis, cytomegalovirus, HIV.
b. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Sarcoidosis, Streptococcus, gonococcus Ferrer, 2002.
c. Tumor: Limfoma Hodgkin, Limfoma non Hodgkin, Leukemia, metastasis tumor dari tempat lain Kumar et al, 2007.
2.2.3. Klasifikasi
Limfadenopati dibagi atas:
2.2.3.1. Limfoma
Limfoma merupakan suatu keganasan atau tumor, yang mengenai sel- sel darah putih yang berada di kelenjar getah bening. Limfoma dapat
melibatkan jaringan limfoid dan non limfoid seperti paru-paru, hati, kulit, atau bagian tubuh lainnya Foss, 2010.
Limfoma ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening limfadenopati disertai rasa nyeri, dan kebanyakan lokasimya berada di leher.
Paparan virus seperti HIV, dapat meningkatkan resiko limfoma. Ketika limfosit berubah menjadi ganas akibat paparan virus, sel-sel yang sehat akan
berubah menjadi tumor atau keganasan,. Tumor ini akan menyebabkan limfadenopati danatau tumbuh dan berkembang di tempat lain dan merusak
sistem kekebalan tubuh Hicks, 2012.
Tan, 2004
Gambar 2.1. Gambaran sitologi aspirasi biopsi Limfoma Hodgkin di atas
terdiri dari populasi limfosit yang banyak aspek serta pleomorfik dan adanya sel Reed-Sternberg.
Armitage., Wyndham., 2008
Gambar 2.2. Gambaran sitologi aspirasi Limfoma non Hodgkin diatas terdiri
dari folikel limfoid tumor limfosit monomorfik
2.2.3.2. Limfadenitis Tuberkulosis TB
Limfadenitis TB merupakan peradangan pada kelenjar getah bening yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Bayazit, 2004. Basil
TB pertama kali menyebar secara secara limfogen menuju kelenjar getah bening regional di hilus, kemudian penyebaran basil TB tersebut akan
menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe limfangitis dan
kelenjar limfe regional limfadenitis. Basil TB dapat menginfeksi kelenjar getah bening tanpa terlebih dahulu menginfeksi paru. Basil TB akan
berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan
dibawa ke tonsil, selanjutnya akan dibawa ke kelenjar limfe di leher Datta, 2004.
Eliady, 2010
Gambar 2.3. Limfadenitis granulomatosa TB. Kelompokan seperti granuloma
dari histiosit-histiosit epiteloid pada latar belakang dari nekrosis kaseosa granular pewarnaan MGG
Eliady, 2010
Gambar 2.4. Material granular dari nekrosis kaseosa dengan inti mengalami
degenerasi dan fragmentasi. Adanya polimorfisme, gambaran yang tidak biasa dijumpai, tertama pada pasien AIDS pewarnaan Pap
Eliady, 2010
Gambar 2.5. Gambaran aspirasi biopsi pada limfadenitis TB, tampak histiosit
epiteloid dan sel-sel radang limfosit.
Lubis et al, 2008.
Gambar 2.6. Aspirat menunjukkan adanya bercak-bercak gelap pada latar
belakang material nekrotik granular eosinofilik. Sel-sel epiteloid merupakan tanda yang khas dari sediaan aspirasi biopsi.
Sel epiteloid dengan inti berbentuk elongated, yang dideskripsikan sebagai bentuk seperti tapak sepatu. Kromatin inti bergranul halus dan sitoplasma pucat dengan
pinggir sel yang tidak jelas Eliady, 2010. Sel-sel epiteloid pada limfadenitis TB membentuk gumpalan kohesif, berukuran kecil maupun berukuran besar yang
dapat mirip granuloma yang terdapat pada sediaan histopatologi. Dijumpai nekrosis sentral pada kelompokan yang berukuran besar, adanya fibrinoid atau
kaseosa. Materi keseosa bergranul dan eosinofilik dapat dijumpai pada sediaan aspirat Orell et al, 2005.
Pada penelitian Lubis et al 2008 menemukan adanya gambaran lain dari aspirasi limfadenopati dan non limfoid servikal, axillary, inguinal, breast,
skinsoft tisssue, intraabdominal dan testis yaitu berupa bercak-bercak gelap dark specks pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik.
Limfadenitis TB dapat ditegakkan apabila kriteria histiosit dari tipe epiteloid yang membentuk kelompokkan-kelompokkan kohesif ditemukan, juga
adanya multinucleated giant cell tipe Langhans Cousar et al, 2005.
2.2.4. Patogenesis