Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Landasan Teori

sehingga dalam membentuk arah dan kebijakan kerja sulit dicapai. Masalah yang muncul dari fungsi pengorganisasian berhubungan dengan tata kelola organisasi dan penerapan manajemen kepegawaian yang memadai. Pada akhirnya dari masalah- masalah yang muncul dalam penerapan fungsi manajemen ini akan berdampak pada kinerja organisasi dan efektifitas kerja pegawai akan semakin menurun. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian lebih mendalam tentang kinerja manajerial pada pemerintah daerah dalam sebuah tesis dengan judul : “Pengaruh Perencanaan dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating ”.

1.2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan adanya uraian pada latar belakang sebelumnya, maka penulis merumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah perencanaan dan partisipasi anggaran secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Langkat? 2. Apakah perencanaan dan partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Langkat dengan pengawasan anggaran sebagai variabel moderating? Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan dan partisipasi anggaran secara parsial dan simultan terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Langkat 2. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Langkat dengan pengawasan anggaran sebagai variabel moderating.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman terkait dengan kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah. 2. Bagi kepala daerah Kabupaten Langkat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan kinerja manajerial bawahannya. 3. Bagi pihak lain atau pembaca, memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi yang berhubungan Universitas Sumatera Utara dengan partisipasi, perencanaan dan pengawasan anggaran, maupun kinerja manajerial. 4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan yang berkaitan dengan objek pembahasan maupun variabel-variabel yang digunakan.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Nurlaila 2008, namun demikian ada beberapa hal yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu menyangkut dengan; 1. Variabel independen penelitian terdahulu yaitu perencanaan dan pengawasan anggaran sedangkan variabel penelitian yang peneliti lakukan adalah pengawasan dan partisipasi anggaran dengan variabel pengawasan anggaran sebagai variabel pemoderasi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila dilakukan pada tahun 2008 di kabupaten Aceh Barat, sedangkan penelitian yang Universitas Sumatera Utara peneliti lakukan dilakukam di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai perencanaan, pengawasan dan partisipasi anggaran dan hal-hal yang mempengaruhi kinerja manajerial SKPD. Menjabarkan teori- teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

2.1.1 Perencanaan

Salah satu alat manajemen dalam memprediksikan kegiatan usaha di masa mendatang adalah melalui suatu proses perencanaan yang di dalamnya memuat berbagai rumusan tentang sesuatu yang akan dilakukan sekarang dan di masa yang akan datang sesuai dengan kebijakan manajemen dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Banyak sekali pengertian dan definisi tentang perencanaan yang diberikan oleh para ahli ekonomi perusahaan maupun praktisi bisnis. Menurut Matz dan Usry 1992:4 Perencanaan merupakan proses “perabaan” atas peluang dan ancaman dari luar, penetapan atas tujuan yang diinginkan, dan pemanfaatan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan, kebijaksanaan utamanya, penentuan waktu dalam tahapan besar dan faktor-faktor lain yang kaitannya dengan rencana jangka panjang. Heckert 1994:6 memberikan pengertian perencanaan planning sebagai berikut: “Perencanaan merupakan suatu proses kontinu untuk menetapkan Universitas Sumatera Utara kejadian dan kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”. Dari kedua pengertian perencanaan yang dirumuskan di atas, bahwa perencanaan merupakan suatu proses pembuatan terlebih dahulu tentang kegiatan yang dilakukan di masa yang akan datang untuk menghadapi berbagai ketidakpastian dan alternatif yang mungkin terjadi dengan menggunakan sumber- sumber yang ada secara ekonomis dan usaha pencapaian tujuan. Ditinjau dari segi waktu, suatu perencanaan dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu : Perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Lamanya waktu perencanaan suatu perusahaan dengan perusahaan lain sangat tergantung pada jenis usaha serta aktivitas yang ada dalam perusahaan. Biasanya perencanaan jangka pendek dituangkan dalam bentuk anggaran budget. Menurut Latuheru 2007 anggaran adalah : “Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu periode tertentu di masa yang akan datang.” Biasanya pembuatan anggaran memainkan peranan yang penting dalam mengoperasikan aktivitas perusahaan supaya dapat meningkatkan efesiensi dalam pemanfaatannya. Adapun manfaat utama anggaran menurut Hunsen 2001:78 1. Memberikan tanggung jawab kepada manajer atas segala perencanaan, maka penganggaran akan memaksa manajer untuk berpikir jauh ke depan. 2. Memberikan harapan yang pasti, yang merupakan kerangka kerja terbaik untuk bisa menilai prestasi kerja. Universitas Sumatera Utara 3. Membantu para manajer untuk mengkoordinasikan segala upayanya, agar sasaran perusahaan secara keseluruhannya berjalan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh bagian-bagiannya. Kesibukan dalam pekerjaan sehari-hari sering kali memadamkan gairah para manajer untuk memikirkan hal yang sangat berat. Dengan adanya anggaran para manajer dapat mudah menilai apakah sasaran yang dituju sudah mengalami kemajuan atau belum. Penganggaran secara tidak langsung akan memaksa manajer untuk bersiap-siap menghadapi kondisi yang berubah. Di samping itu manfaat anggaran juga akan memberitahukan kepada karyawan apa yang diharapkan dari mereka, memungkinkan penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dan juga dijadikan sarana untuk menghubungkan sasaran dari semua departemen yang akan dipadukan menjadi sasaran keseluruhan. Menurut Davis 2003:46 merencanakan, merupakan persiapan suatu perusahaan untuk kondisi bisnis dimasa yang akan datang. Sebagai langkah pertama dalam proses perencanaan adalah menetapkan misi, yang menjelaskan tujuan utamanya. Setiap perencanaan baik dalam organisasi manajerial maupun organisasi bisnis menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam setiap perencanaan akan terlihat fungsi dari perencanaan itu sendiri dan juga faktor-faktor yang turut menentukan dalam menentukan perencanaan. Menurut Davis 2003:48 fungsi perencanaan ini terbagi atas: - Rencana strategis, menggambarkan fokus bisnis utama perusahaan untuk jangka panjang. Universitas Sumatera Utara - Perencanaan taktis, merupakan rencana-rencana perusahaan yang berskala lebih kecil yang konsisten dengan rencana strategis. - Perencanaan operasional, menyusun metode-metode yang akan segera digunakan. - Perencanaan darurat, merupakan rencana-rencana alternatif yang di kembangkan untuk menghadapi berbagai kondisi bisnis yang mungkin terjadi. Selanjutnya Hunsen 2001:78 mengemukakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan, yaitu : 1. Tujuan, atau posisi usaha yang diinginkan pada waktu mendatang. 2. Suatu pengakuan atau keyakinan, bahwa tujuan yang dikehendaki dapat dicapai selayaknya dipandang dari sudut kondisi-kondisi ekstern yang mungkin terjadi di masa mendatang, yaitu kondisi lingkungan ekonomi sosial politik yang diharapkan akan terjadi. 3. Suatu keyakinan bahwa tujuan dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia pada perusahaan. 4. Keyakinan bahwa perusahaan dapat mengarahkan atau mengkoordinasikan atau melaksanakan tindakan-tindakan di masa mendatang, yang direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan atau menghindari kondisi- kondisi yang merintangi kemajuan. 5. Suatu pengertian atau pengakuan, bahwa perubahan yang tidak ada putusnya, dan perkembangan kondisi yang diharapkan, akan mengharuskan adanya penilaian-penilaian yang berkesinambungan terhadap tujuan, kendala dan rencana tindakan. Universitas Sumatera Utara Dari kedua pendapat ahli di atas terlihat bahwa adanya kesinambungan antara fungsi dari perencanaan dengan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan. Dalam melaksanakan perencanaan juga harus diperhatikan ke empat fungsi perencanaan, tentunya dengan prioritas pada fungsi yang sesuai dengan kondisi organisasi.

2.1.2. Partisipasi Anggaran

Dalam membahas tentang anggaran tidak terlepas dari beberapa teori yang dikembangkan oleh Hopwood, 1976; Locke dan Schweiger, 1979; Locke dan Latham, 1990; Shield dan Shield, 1998 yang dikutip Latuheru 2007. Teori yang dikembangkan oleh para ahli di atas adalah; a Teori ekonomi, teori ini menganggap bahwa individu yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran, dimotivasi oleh dua stimulan yaitu; 1 berbagi informasi information sharing, dan 2 koordinasi tugas task coordination. b Teori psikologi, teori ini menganggap bahwa partisipasi anggaran menyediakan pertukaran informasi antara atasan pemegang kuasa anggaran dan bawahan pelaksana anggaran. Ada dua alasan kuat yang menyebabkan munculnya teori psikologi, yaitu; 1 keterlibatan atasan pemegang kuasa anggaran Universitas Sumatera Utara dan bawahan pelaksana anggaran dalam partisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi tidak simetris dan ketidakpastian tugas, 2 melalui partisipasi anggaran individu dapat mengurangi tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan anggaran. Secara lebih luas pada dasarnya partisipasi merupakan proses organisasional, dimana para individu terlibat dan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses dimana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran Brownell, 2004:121. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien Schief dan Lewin, 1970; Welsch, et.al, 1996 dalam Latuheru 2007. Sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah Universitas Sumatera Utara target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi ke dalam dimensi kuantitatif dan waktu, serta mengkomunikasikan kepada manajer-manajer di tingkat bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran. Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap prilaku manusia Siegel, 2008:48, terutama bagi orang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Untuk menghasilkan anggaran yang efektif, manajer membutuhkan kemampuan untuk memprediksi masa depan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti; faktor lingkungan, partisipasi dan gaya penyusunan. Pada saat bawahan memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, maka hal ini akan memungkinkan munculnya kesenjangan anggaran Universitas Sumatera Utara budgetary slack. Manajer dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menciptakan kesenjangan anggaran, yaitu untuk melindungi pekerjaan mereka dan untuk melindungi image mereka dalam jangka pendek Cyert and March, 1963 dalam Latuheru, 2007. Menurut Brownell 2004:84 partisipasi anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. Partisipasi banyak menguntungkan bagi suatu organisasi sebagaimana yang diungkapkan Sord dan Welsch dalam Noor 2007 yang mengemukakan bahwa partisipasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula. Partisipasi anggaran memberikan dampak positif terhadap prilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara manajer. Walaupun demikian, bentuk keterlibatan bawahan pelaksana anggaran disini dapat bervariasi, dan tidak sama perlakuan yang terjadi pada satu organisasi dengan organisasi lainnya. Belum ada keseragaman Universitas Sumatera Utara pandangan mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi Siegel dan Muchadarsyah, 2000. Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan diterapkan. Menurut Chong 2002 sebagai proses dimana bawahan pelaksana anggaran memberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan di kalangan bawahan pelaksana anggaran. Teoritisi akuntansi keperilakuan pada umumnya berpendapat bahwa partisipasi anggaran akan memotovasi para manajer untuk mengungkapkan informasi pribadi mereka ke dalam anggaran Schiff and Lewin, 1970 dalam Latuheru, 2007. Argumen di atas di dasarkan pada premis yang menyatakan bahwa partisipasi memungkinkan dilakukannya komunikasi positif antara atasan dan bawahan sehinggadapat mengurangi tekanan dalam kesenjangan anggaran. Menurut Morrow, 1983 dalam Sumarno 2005 bahwa pada saat komitmen organisasi dan Universitas Sumatera Utara keterlibatan kerja dihubungkan, menjadi tipe-tipe kerja lebih jelas. Manajer yang memiliki tingkat keterlibatan kerja yang tinggi mengidentifikasi pekerjaan dan memelihara pekerjaan mereka Kanungo, 1982 dalam Latuheru, 2007. Nurlaila 2008 mengemukakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang disahkan. Kenis 2009:716 mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan hal-hal berikut ini: 1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan. 2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran. 3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi. 4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi Universitas Sumatera Utara penyimpangan yang memungkinkan dapat segera diantisipasi lebih dini. Dalam beberapa penelitian telah ditunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh secara positif terhadap sikap pegawai, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara manajer. Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif dan masyarakat bekerjasama dalam penyusunan anggaran. Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah ini kepala daerah menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat Pedoman Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit kerja. Proses penyusunan anggaran bisa dilakukan dari atas ke bawah, bisa juga dari bawah ke atas. Penjelasan dari proses penyusunan anggaran adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Pendekatan dari atas ke bawah top-down approach. Dalam pendekatan ini proses penyusunan anggaran dimulai dari manajer puncak. Anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran. Metode ini cocok diterapkan dalam kasus bawahan tidak mampu untuk menyusun anggaran atau dianggap akan terlalu lama selesai jika diserahkan penyusunannya pada bawahan. Biasanya pendekatan ini diterapkan pada perusahaan yang memiliki struktur organisasi sentralistik. Keunggulan dari pendekatan ini adalah adanya dukungan yang kuat dari manajer puncak dalam pengembangan anggaran dan prosesnya menjadi lebih mudah dikendalikan oleh manajer puncak. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bawahan menjadi merasa tertekan oleh pekerjaannya dan berperilaku tidak semestinya. 2. Pendekatan dari bawah ke atas bottom-up approach. Dalam pendekatan ini, anggaran disusun berdasarkan keputusan bawahan. Anggaran disusun dimulai dari bawah sampai ke atas. Bawahan diserahkan sepenuhnya untuk menyusun anggaran Universitas Sumatera Utara yang akan dicapainya dimasa yang akan datang. Metode ini tepat dilaksanakan jika bawahan sudah memiliki kemampuan yang memadai untuk menyusun anggaran. Kelebihan pendekatan ini terletak pada mekanisme negosiasi yang terjadi antara penyusun anggaran dengan komite anggaran. Kelemahan dari pendekatan ini adalah dengan partisipasi yang terlalu luas sering menimbulkan konflik dan memakan waktu yang panjang dalam prosesnya. 3. Anggaran partisipasi participative budget. Pendekatan penganggaran yang melibatkan manajer level menengah dalam pembuatan estimasi anggaran disebut participative budget. Anggaran partisipasi adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan. Sejumlah keunggulan yang biasanya diungkapkan atas anggaran partisipasi adalah: a Setiap orang pada semua tingkatan diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajer puncak. Universitas Sumatera Utara b Orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan estimasi anggaran. c Orang lebih cenderung untuk mencapai anggaran yang dalam penyusunannya melibatkan orang tersebut. d Suatu anggaran partisipasi mempunyai sistem kendali sendiri yang unik sehingga jika mereka tidak mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah anggaran partisipasi. Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran merupakan suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan dimasa yang akan datang. Disini partisipasi menjadi salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik di tingkat bawahan sampai ke manajer puncak. Universitas Sumatera Utara Menurut Siegel dan Marcaroni 2008:76 penerapan dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat antara lain: 1. Partisipan orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menjadi ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka. 2. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran. 3. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran. 4. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumberdaya manusia diantara bagian-bagian organisasi. Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat, bukan berarti partisipasi anggaran tidak mempunyai kelemahan dan permasalahan. Menurut Siegel dan Marcaroni 2008:49 masalah yang berkaitan dengan partisipasi ada tiga hal; 1 adanya kemungkinan manajer membentuk budget slack. Slack merupakan perbedaan selisih sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang efisien, dengan jumlah yang lebih besar yang Universitas Sumatera Utara ditambahkan pada kegiatan tersebut. 2 partisipasi semu, yakni terlihat berpartisipasi padahal dalam kenyataannya tidak, artinya para manajer ini berpartisipasi tetapi tidak diberikan wewenang untuk menentukan anggaran. 3 status dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektifitas partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam proses penetapan sasaran.

2.1.3. Pengawasan Anggaran

Pengawasan, terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi. Dalam hal ini para manajer hendaknya mengukur kinerja dibandingkan dengan standar dan harapan yang mereka tetapkan. Pengawasan dapat dilakukan agar tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana. Dalam hal ini bila terdapat penyimpangan- penyimpangan maka perlu tindakan segera mungkin sehingga pelaksanaan kerja atau proses manajemen dapat berjalan sesuai dengan rencana semula. Dipihak lain mungkin saja penyimpangan tersebut tidak dapat dihindarkan karena secara nyata justru rencana yang tidak sesuai sehingga bukan penyimpangan yang diperbaiki tetapi rencanalah yang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Tujuan utama dari pengawasan sebenarnya adalah agar proses pelaksanaan manajemen dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan melaksanakan tindakan perbaikan apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan. Universitas Sumatera Utara Untuk dapat benar-benar merealisir tujuan utama tersebut maka pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan yang di hadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya baik waktu itu maupun waktu yang akan datang. Pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang kontinual. Dengan mengambil tindakan yang kolektif melalui pengawasan maka dapatlah dinilai pelaksanaan prinsip efisiensi dan efektivitas yang telah dicapai oleh perusahaan. Pengawasan terhadap anggaran sangatlah diperlukan oleh pimpinan agar anggaran yang telah dialokasikan untuk berbagai kegiatan dapat lebih efisien dengan hasil yang maksimal Harujitu, 2001:85. Menurut Hunsen 2001:69 pengawasan adalah proses penetapan standar, menerima umpan balik dari kinerja aktual dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja aktual bergeser secara signifikan dari kinerja yang direncanakan. Pengawasan hendaknya jangan disalahartikan untuk mencari-cari kesalahan bawahan tetapi pengawasan dilakukan dengan maksud untuk mendeteksi dan mengontrol apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil sesuai yang telah direncanakan. Pendapat Hunsen ini mendapat dukungan dari Silalahi 2002:54 yang menyebutkan pengawasan merupakan proses pemonitoran kegiatan organisasional untuk mengetahui apakah kinerja aktual sesuai dengan standar dan tujuan organisasional yang diharapkan. Sedangkan menurut Noor 2007 pengawasan adalah suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai. Wibowo Universitas Sumatera Utara dan Arif 2005:68 menambahkan bahwa pengawasan meliputi semua perencanaan dari suatu organisasi dan semua metode serta prosedur yang ditetapkan oleh manajemen. Menurut R.J. Mockler dalam Khairulfitrah, 2010:37 pengawasan merupakan usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur standar deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien. Dengan demikian pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi telah tercapai. Muchadarsyah 2000:48 mendefinisikan pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan pekerjaankegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi. Bila ternyata ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan segera diambil tindakan koreksi. Agar dapat efektif mencapai tujuannya, maka pengawasan tidak hanya dilakukan hanya pada saat akhir manajemen saja, akan tetapi berada pada setiap tingkatan proses manajemen. Lebih lanjut Silalahi 2002:73 mendefinisikan pengawasan merupakan suatu dari fungsi manajemen dasar dan petunjuk untuk menentukan keberhasilan manajemen untuk mencapai tujuan dengan dan melalui orang lain. Pengawasan dilakukan oleh setiap manajer dalam tiap tingkat manajemen dari puncak hingga yang paling bawah. Pengawasan dilakukan agar setiap kegiatan organisasional untuk Universitas Sumatera Utara mencapai tujuan yang dilakukan sesuai dengan rencana dan cara-cara yang ditetapkan sebelumnya. Dari berbagai pendapat di atas, maka pengawasan yang dihubungkan dengan pengawasan anggaran dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dalam merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi penggunaan anggaran agar efektif dan efisien pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD untuk dapat mendeteksi sedini mungkin kekurangan dan melakukan koreksi perbaikan. Pengawasan dapat digolongkan dalam beberapa jenis menurut tingkat pengawasan yang dilakukan. Beberapa ahli telah mengklasifikasi pengawasan menurut versi masing-masing. Muchadarsyah2000:28 mengatakan ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan yang dilakukan oleh atasan dalam menilai hasil kerja bawahan apakah terjadi penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan. Keempat jenis pengawasan tersebut adalah : 1. Waktu pengawasan . Tindakan dilaksanakan berdasarkan waktu, pengawasan dapat berbeda-beda kedalam ciri-ciri yaitu : Pengawasan preventif, yaitu suatu tindakan pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan, atau kesalahan. Jadi diadakan tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan-kesalahan di kemudian hari. Sedangkan pengawasan represif adalah suatu tindakan pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan itu dilakukan. Wujud nyata dari tindakan itu adalah memperbaiki setiap kesalahan hasil temuan dalam pengawasan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur hasil temuan dengan Universitas Sumatera Utara rencana yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan pengawasan preventif bersifat perbaikan. 2. Objek pengawasan Tindakan pengawasan dibedakan sesuai subjek pengawasan itu sendiri oleh karea itu subjek pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan intern dan extern. 3. Subjek pengawasan. Tindakan pengawasan dibedakan sesuai subjek pengawasan itu sendiri, oleh karena itu subjek pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan intern dan ekstern. 4. Cara mengumpulkan fakta untuk tindakan pengawasan. Cara ini dapat digolongkan ke dalam empat golongan besar yaitu: a. Personal observation yaitu suatu tindakan pengawasan yang dilakukan aparat pengawasan itu sendiri dengan cara melakukan observasi lapangan mengamati proses pelaksana tugas di lapangan oleh personil itu sendiri. b. Control by exception yaitu suatu tindakan untuk melakukan kontrol terhadap kegiatan pengawasan. c. Written report yaitu suatu tindakan pengawasan yang dilakukan pada akhir pekerjaan pengawasan dengan cara membuat laporan tertulis terhadap hasil pengawasan. d. Oral report yaitu suatu tindakan personil pengawasan baik secara formal maupun informal selalu melaporkan hasil kegiatannya secara lisan sebagai laporan awal. Universitas Sumatera Utara Menurut Yohannes 2006:42 ada tiga jenis-jenis dasa pengawasan, yaitu: - Pengawasan pendahuluan Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan dari standar atau tujuan kegiatan tertentu yang diselesaikan. Jadi pendekatan pengawasan ini lebih efektif dengan mendeteksi masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. - Pengawasan Concurrent Pengawasan ini sering disebut pengawasan yang tidak dilakukan dalam suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu yang harus dilanjuti atau menjadi semacam peralatan double check yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan. - Pengawasan umpan balik Pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai alat pengukur untuk mengetahui hasil dari suatu kegiatan yang diselesaikan, sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan dan penemuan- penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Ketiga jenis pengawasan tersebut sangat berguna diterapkan dalam berbagai aspek manajemen, baik pada perusahaan maupun pemerintah sebagai pedoman melakukan koreksi dari kesalahan-kesalahan dalam penggunaan anggaran. Masing- masing fungsi pengawasan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam mengambil langkah antisipasi masalah dalam hal penggunaan anggaran. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Kinerja Manajerial

Sangat sulit dalam membuat suatu pengertian yang baku tentang kinerja performance, karena kinerja ini tidak dapat diukur secara pasti. Kinerja hanya dapat diberi batasan secara abstrak dan penjabarannya diperlukan kejelian dan ketelitian yang tinggi. Kesulitan dalam menilai kinerja seseorang terletak pada sudut pandang yang berbeda antara seseorang dengan orang lainnya. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang di dalam melaksanakan pekerjaan Frucot dan Shearon, 1991:35. Pada organisasi yang menggunakan desentralisasi ke unit-unit yang dibentuknya, pencapaian kinerja unit diharapkan dapat mempengaruhi kinerja secara keseluruhan. Dengan asumsi strategi yang diterapkan pada sub unit, sesuai dengan situasi dan kondisi eksternal dan internal dilingkungan organisasi tersebut Mia dan Clarke, 2008:469. Supomo 1999:79 mendefinisikan kinerja adalah sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Berdasarkan pengertian ini jelaslah bahwa kinerja dapat Universitas Sumatera Utara dilihat dan diukur dari berbagai sudut jika dihubungkan dengan pengertian prestasi yang diperlihatkan. Prestasi kantor dinas pemerintahan dapat dilihat dari tingkat penyelesaian tugas-tugas penganyoman masyarakat. Jika pekerjaan dan tugas-tugas penting sudah digambarkan, kriteria kinerja dapat dikembangkan. Kriteria adalah dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja seseorang pemegang jabatan, suatu tim, suatu unit kerja. Secara bersama-sama, dimensi-dimensi itu merupakan harapan kinerja yang berusaha dipenuhi individu dan tim guna mencapai strategi organisasi. Supomo 1999:11 mengemukakan diperlukan tiga jenis dasar kriteria kinerja yang lazim diketahui untuk dapat menilai kinerja sesorang. Pertama, kriteria berdasarkan sifat. Kriteria ini memusatkan diri pada karakteristik pribadi seorang karyawan loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada bagaimana seseorang, bukan pada apa yang dicapai atau tidak dicapai seseorang dalam pekerjaan. Meskipun instrumen-instrumen penilaian berdasarkan sifat dapat diciptakan dengan mudah, instrumen-instrumen itu mungkin bukan indikator kinerja pekerjaan yang valid. Menurut penulis yang dinilai sebagai kinerja harus dikaitkan langsung dengan pekerjaan. Hal ini didukung oleh pendapat para ahli yang menyatakan bahwa hubungan antara sifat dan kinerja terlalu lemah, atau paling tidak sulit ditetapkan secara jelas karena sifat sulit didefinisikan. Bagi satu orang, keandalan berarti datang dan pulang dari kantor tepat waktu setiap hari, bagi orang lain bisa berarti bekerja Universitas Sumatera Utara sampai larut bila pimpinan memintanya, bagi orang ketiga, bisa berarti tidak memamfaatkan waktu istirahat. Karena soal itu, ukuran kinerja berdasarkan sifat umumnya tidak dapat diandalkan. Kedua, kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan antar personal. Karena organisasi berjuang menciptakan suatu budaya dimana keragaman dihargai dan dihormati, kriteria keperilakuan terbukti bermanfaat untuk memantau apakah para pekerja mencurahkan cukup banyak usaha untuk mengembangkan diri. Ketiga, dengan makin ditekankan produktivitas, kriteria berdasarkan hasil semakin populer. Kriteria ini berfokus pada apa saja yang telah berhasil dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan. Kriteria ini sering dikritik karena meninggalkan aspek-aspek kritis pekerjaan yang penting seperti kualitas, yang mungkin sulit dikuantifikasi. Tanpa memandang tipe kriteria mana yang diukur dalam proses penilaian, sistem manajemen kinerja menjadi strategis sejauh kriteria-kriteria ini dihubungkan secara jelas dengan sasaran organisasi. Hubungan ini hampir selalu membutuhkan lompatan inferensial bersifat keputusan. Aspek penting dalam organisasi pemerintah dalam pengukuran kinerja, yang perlu diperhatikan adalah efisiensi, efektif, dan ekonomis. Menurut Mardiasmo 2002:25, Efisiensi adalah rasio output terhadap input. Efektif merupakan hubungan Universitas Sumatera Utara antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang ditetapkan. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan oleh sub unit pada objek unit, maka sub unit tersebut dikatakan efektif. Ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Menurut Nurlaila 2008 yang dikutip dari Miah dan Mia 2006:185, menyatakan bahwa penilaian kinerja dengan menggunakan persepsi atas kinerja dari individu yang terlibat pada aktifitas organisasi dapat berfungsi sebagai substitusi dari pengukuran kinerja atas data sebenarnya. Hal ini yang mendasari penggunaan item kuesioner pada penelitian Miah dan Mia 2006:181. Tim studi pengembangan sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah AKIP, yang dibentuk Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP dalam rangka membuat panduan tentang penerapan good governance pada organisasi sektor publik di Indonesia, mendefinisikan kinerja sebagai kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi, dihubungkan Universitas Sumatera Utara dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil LAN dan BPKP, 2000. Gul 1991:58, yang dikutip dari buku petunjuk pengukuran kinerja instansi pemerintah, menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi mission accomplisment, melalui hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan kinerja, yaitu: sebagian organisasi menghubungkan pembayaran dengan kinerja, sebagian lainnya menggunakan informasi kinerja terutama sebagai perangkat manajemen yang digunakan secara kontinyu untuk meningkatkan operasi mereka, dan sebagian lain mengkaitkan pembelanjaan mereka dengan hasilnya. Organisasi yang paling entrepreneurial berusaha untuk melakukan ketiga-tiganya Dunk dan Gaebler, 2007:322.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perencanaan Dan Pengawasan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Aceh Utara Dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Moderating

14 98 101

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survei Pada Rumah Sakit Di Kabupaten Klaten).

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar).

0 2 10

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 0 15

Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating.

0 0 25

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

0 0 14

Skripsi Pengaruh Kinerja Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran

0 0 15

Pengaruh Kinerja Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran - Unika Repository

0 0 9