PENDAHALUAN FAKTOR–FAKTOR PENUTUP FAKTOR-FAKTOR MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK

I. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini akan dijabarkan dalam tiga bab penyajian data dan satu bab sebagai penutup.

BAB I : PENDAHALUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penelitian. BAB II :PROFIL KECAMATAN BANDAR PILKADA SUMETARA UTARA 2013 Pada Bab kedua merupakan deskripsi penelitian berisikan gambaran umum tentang lokasi penelitian serta profil calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 dan profil calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sumatera utara 2013.

BAB III :FAKTOR–FAKTOR

MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA PADA PILKADA 2013 Bab ini memuat tentang penyajian data dan analisis data.Data yang di peroleh dari penelitian yang di lakukan dan juga menyajikan pembahasan dan analisis dari data dan fakta yang ada.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan berisi beberapa kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara

BAB II PROFIL KECAMATAN PILKADA SUMATERA UTARA 2013

A.Sejarah Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun Berdasarkan sejarah bahwa ibu kota kerajaan Nagur atau kerajaan Simalungun dahulu pernah terletak di tepi sungai Bah Bolon yaitu sekitar Kota Perdagangan Sekarang. Ibu kota atau istana kerajaan Nagur berada di kerajaan kebun Pandan. Kebun Pandan yang luas pada saat itu ialah Perlanaan yang menjadi salah satu Nagori Kecamatan Bandar Perdagangan sebagai ibu kota Kecamatan Bandar dalam bahasa Simalungun mengandung arti adalah tempat persinggahan . Karena dahulu banyak orang datang dan singgah ke ibu kota Perdagangan Seiring dengan dinamika pembangunan, kecamatan ini mengalami beberapa kali pemekaran sehingga wilayah ini bias lebih maju. Kesempatan itu terbuka dengan dinominasikanya Kecamatan Bandar dalam lomba Kecamatan yang terbaik tingkat Propinsi Sumatera UtaraTahun 2009, Sesuai dengan visi Kecamatan Bandar. Pada zaman dahulu Kecamatan Bandar merupakan kawasan hutan belantara yang belum pernah di jamah manusia. Dikabupaten Simalungun sendiri sudah ada empat kerajaan yang di gelar dengan sebutan menurut bahasa Simalungun,keempat kerajaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kerajaan Siantar. 2. Kerajaan Tanah Jawa. 3. Kerajaan Pane. 4. Kerajaan Dolok Seribu. Universitas Sumatera Utara Setelah Raja Kerajaan Siantar meninggal dunia , maka dan selanjutnya anak beliau mendirikan Kerajaan Bandar dengan Persetujuan Drai Raja-Raja masa lalu. Demikian Kerajaan Bandar itu semakin maju dan berkembang, maka untuk mengembangkan daerah-daerah agar berjauhan di bentuk pula oleh Raja berupa pertanian, yang di dalam Bahasa Indonesia di sebut dengan perwakilan di beberapa tempat yaitu : 1. Perwakilan Bandar Tengah. 2. Perwakilan Bandar Syahkuda. 3. Perwakilan Bandar Buku Gunung. 4. Perwakilan Bandar Hubun. Pada zaman penjajahan belanda , Kerajaan distrik dengan ibu kotanya perdagangan . Kerajaan Bandar berakhir setelah terbakarnya istana raja pada waktu revolusi pada tahun 1946. Setelah Indonesia merdeka distrik belanda di ubah menjadi kecamatan bandar yang di perintah oleh asisten wedana, semula terdiri dari 66 kampung. Dan pada tahun 1946 di satukan menjadi 33 nagori atau kelurahan. Pada tahun 1984 di buat menjadi dua kecamatan yaitu: Kecamatan Bandar yang terdiri dari15 desa yang ibu kotanya adalah pedagangan, serta kecamatan Pematang Bandar yang terdiri dari 18 desa dengan ibu kotanya Pematang Bandar , sampai saat ini bandar masih tetap memiliki 15 Desa. Universitas Sumatera Utara Selama terbentuknya kecamatan bandar mulai dari zaman kerajaan hingga saat ini, telah beberapa kali mengalami pergantian kepeimpinan, berikut ini dapat dilihat daftar nama-nama pemimpin atau camat yang pernah menjabat setelah di pimpin oleh Raja. T.Distabulan Damanik di Kecamatan Bandar adalah sebagai berikut 36 Masa Bakti: : 1946 sd 1946 :Dipimpin oleh Zainal Abidin 1946 sd 1948 :Dipimpin oleh T.Rafu Damanik 1948 sd 1950 :Dipimpin oleh T.Amin Damanik 1950 sd 1953 :Dipimpin oleh Zainal Abidin. 1953 sd 1955 :Dipimpin oleh Dali DaManik 1955 sd1961 :Dipimpin oleh Abel Tampubolon. 1961 sd 1963 :Dipimpin oleh Harun Al-Rasyid 1963 sd 1966 :Dipimpin oleh Gustaf .P. Simanjuntak 1966 sd 1968 :Dipimpin oleh H.Z.Sinaga 1974 sd 1976 :Dipimpin oleh D.Kanan Purba 1974 sd 1976 :Dipimpin oleh H.Z.Sinaga 1976 sd 1981 :Dipimpin oleh Nalim Purba 1981 sd 1990 :Dipimpin oleh Drs.H.z.Siregar 1990 sd 1991 :Dipimpin oleh Drs.Cyirus Lubis 1991 sd 1995 :Dipimpin oleh Drs.Pangkat Saragih 1995 sd 2001 :Dipimpin oleh Drs.Jantariman Damanik 36 Kecamatan Bandar Dalam Angka 2011 Universitas Sumatera Utara 2001 sd 2006 :Dipimpin oleh Ruman Pasaribu 2006 sd 2010 :Dipimpin oleh Drs.M.Ismael P.sinaga.Msi. 2010 sd 2010 :Dipimpin oleh Rahmadhan Damanik,S.STP. 2010 sd 2011 :Dipimpin oleh Budiman Silalahi,S.Spt,Msi 2011 sd 2012 :Dipimpin oleh Roganda Sihombing.S.Spt.Msi. 2013 sd sekarang :Dipimpin oleh Rihat Sihotang,S.Sos. B.Visi Dan Misi Pemerintahan Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun B.1.Visi. Terwujudnya aparatur pemerintahan yang professional, Productive,survive dan memiliki semangat juang yang tinggi dalam mberikan pelayanan masyarakat , meningkatkan kinerja Kecamatan dan memajukan Kota Perdagangan B.2.Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di perlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas - tugas pemerintahan . Adapun misi yang akan di wujudkanyaitu: 1 Meningkatkan kualitas sumber daya Manusia,aparatur pemerintahan kecamatan dalam membina , mengembangkan , institusi pengelola pendidikan, pertanian perternakan, jasa dan industri 2 Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kehidupan beragama. Universitas Sumatera Utara 3 Memberdayakan masyarakatdalam mengembangkan sarana dan prasarana infrastruktur di lingkungan perkotaan dan pedesaan 4 Menegakkan hukum, keamanaan dan ketertiban. 5 Memelihara kelestarian sumber daya alam dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. 6 Mengembangkan kapasitas dan kemampuan lembaga pelayanan masyarakat 7 Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif , meningkatkan daya tahan perekonomian masyarakat menghadapi dampak krisis ekonomi dan mengembangkan daya saing yang berbasis keunggulan kompratif dan kompetitif 37

C. Keadaan Geografis

. Secara geografis Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu kecamatan di kabupaten Simalungun yang memiliki luas wilayah 109,18 km 2 . Dari luas wilayah kabupaten simalungun yaitu 4.369.06 km 2 . Kacamatan Bandar adalah salah satu kecamatan dari 31 kecamatan yang ada di Simalungun, yang merupakan pemukiman penduduk perdagangan, perkantoran, industri yang terbentang seluas Ha yang terdiri dari 15 Desa . dengan jumlah penduduk 66.054 jiwa. Berikut ini adalah Tabel luas wilayah dan jumlah penduduk di rinci menurut desa di kecamatan Bandar . 37 Kantor Camat Bandar Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1. Luas wilayah Dan jumlah penduduk di rinci menurut Desa di kecamatan Bandar No Desa Luas wilayah Ha Jumlah penduduk 1 Pematang kerasaan 30,00 3446 2 Pematang Kerasaan Rejo 42,00 4156 3 Marihat Bandar 63,00 5319 4 Timbaan 78,00 973 5 Nagori Bandar 51,00 4863 6 Bandar Rakyat 45,00 2733 7 Bandar Pulo 55,00 2277 8 Bandar Jawa 596,00 3675 9 Perdagangan I 254,00 8839 10 Perdagangan III 140,00 7500 11 Bahlias 57,00 2704 12 Sugaran Bayu 89,00 3329 13 Perdagangan II 273,00 5116 14 Perlanaan 292,00 5045 15 Sidotani 60,00 6079 Jumlah 2125 66.054 Sumber : Kantor Camat Bandar Tahun 2013 Dari luas keseluruhan Kecamatan Bandar, desa bandar jawa memiliki wilayah yang paling luas , sedangkan desa pematang kerasaan memiliki luas wilayah terkecil. Namun bila dilihat dari segi kepadatan penduduk maka desa Perdagangan I merupakan wilayah terpadat yaitu sekitar 8839 jiwakm². Sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya terdapat di desa timbaan dengan kepadatan sebesar 424 jiwakm². B.1. Batas-batas Wilayah • Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Bandar Masilam. • Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kecamatan Huta Bayu Raja. • Sebelah Barat :Berbatasan dengan Kecamatan Pematang Bandar Universitas Sumatera Utara • Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Bosar Maligas dan Kabupaten Batu Bara.

C. Keadaan Demografi

Penduduk Kecamatan Bandar berjumlah 66.054 jiwa. Dimana jumlah laki-laki 31.755 jiwa dan jumlah perempuan 34.299 jiwa. Untuk mengetahui potensi sumber daya manusia lebih lanjut, dapat dilihat data kependudukan di Kecamatan Bandar yang dibagi berdasarkan Suku, Agama, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan dan Mata Pencaharian. C.1. Data Kependudukan Berdasarkan Suku Masyarakat yang bersuku Jawa merupakan mayoritas di Kecamatan Bandar yang tersebar di 15 kelurahan yang ada. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Suku Di Kecamatan Bandar No Suku Jumlah Persentase 1 Jawa 28.875 43.71 2 Melayu 1.938 3.93 3 Karo 3.479 5.27 4 Batak Simalungun 17.314 26.21 5 Batak Toba 3.070 4.65 6 Mandailing 3.916 5.93 7 Minang 3.090 1.69 8 Aceh 550 0.83 9 Tionghoa 3.127 4.73 10 Nias 695 1.05 Jumlah 66.054 100 Sumber : Kantor Camat BandarTahun 2013 Masyarakat Jawa adalah suku yang terbesar jumlahnya di Indonesia. Hampir setengah dari sekitar 240 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan suku Jawa. Wilayah kebudayaan mereka adalah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Universitas Sumatera Utara Namun pada masa sekarang ini, orang-orang Jawa menetap di berbagai kawasan di seluruh pulau di Indonesia,bahkan sampai ke Malaysia. Begitu juga penyebarannya sampai ke Afrika Selatan, Suriname, dan Madagaskar. Di Indonesia sendiri selain di Pulau Jawa, suku Jawa ini tersebar ke berbagai kawasan, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup melalui transmigrasi yang dilakukan sejak zaman belanda sampai sekarang. Salah satu kawasan yang menjadi tempat tinggal baru suku Jawa adalah Provinsi Sumatera Utara. Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat Kecamatan Bandar didominasi oleh suku Jawa. Pada umumnya masyarakat yang bersuku Jawa di Kecamatan Bandar mayoritas memeluk agama Islam begitu pula dengan masyarakat yang bersuku Melayu, Aceh, Mandailing, Minang dan Banten. Hal ini dapat terlihat juga dari jumlah rumah ibadah yang tersedia di Kecamatan bandar , setiap jarak 1 km tersedia mesjid atau mushollah. Sedangkan masyarakat yang bersuku Karo, Batak Toba dan Batak Simalungun mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik. Selebihnya masyarakat yang etnisnya tionghoa pada umumnya memeluk agama Budha. D.2. Data Kependudukan Berdasarkan Agama Penduduk Kecamatan Bandar Mayoritas menganut agama Islam, kemudian diikuti masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut Di Kecamatan Bandar No Agama Jumlah Persentase 1 Islam 50.786 76.89 2 Kristen Khatolik 6368 9.64 3 Kristen Protestan 7200 10.90 4 Budha 1666 2.52 5 Hindu 34 0.05 Jumlah 66.054 100 Sumber :Kantor Camat Bandar Tahun 2013 Agama Islam menjadi mayoritas di Kecamatan Bandar karena berdasarkan komposisi penduduk menurut etnis, jumlah terbesar penduduknya yaitu beretnis Jawa kemudian etnis Melayu, Mandailing, Minang dan Aceh, etnis-etnis ini dalam sejarahnya memang merupakan etnis dengan sejarah perkembangan agama Islam yang kuat. Banyaknya masyarakat yang memeluk agama muslim juga dapat terlihat dari jumlah mesjid dan mushola yang tersebar di Kecamatan Bandar, setiap jarak 1 km kita dapat menemukan mesjid atau mushola.akan tetapi agama Kristen katolik memiliki urutan yang kedua karena tempat ibadahnya hampir setengah dari jumlah tempat ibadah umat islam , karena masyarakat yang memeluk agama Kristen di urutan kedua otomatis tempat ibadahnya juga banyak. Selain itu agama Hindu mayoritas dipeluk oleh orang India sedangkan agama Budha dan Konghucu banyak dipeluk oleh orang Tionghoa. D.3. Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin Klasifikasi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Bandar No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 31.755 48,07 2 Perempuan 34.299 51,93 Jumlah 66.054 100 Sumber : Kantor camat Bandar Tahun 2013 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa di Kecamatan Bandar jumlah masyarakat perempuan lebih banyak daripada laki-laki, tetapi perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan cukup berimbang dan tidak terdapat perbedaan jumlah yang mencolok. D.4. Data Kependudukan Berdasarkan Pekerjaan Dari segi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Bandar cukup beragam, namun sebagian besar masyarakat di Kecamatan bekerja sebagai Pedagang. Gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.5 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Di Kecamatan Bandar No Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Petani 15.784 23.90 2 Wiraswasta 17.902 27.10 3 Pedagang 23.195 35.11 4 PNS 3.967 6.00 5 Jasa-jasa 3.156 4.79 6 Buruh 2.050 3.10 Jumlah 66.054 100 Sumber : Kantor Camat Bandar Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa di Kecamatan Bandar mayoritas pekerjaannya adalah sebagai pedagang. Para pedagang ini banyak melakukan transaksi di pasar tradisional terbesar di Kota perdagangan yaitu Pasar Baru yang menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dimana mayoritas dari pembeli Universitas Sumatera Utara di pasar ini adalah pedagang yang berasal dari Kelurahan – Kelurahan yang ada di Kecamatan Bandar . Setelah pedagang mayoritas pekerjaan di Kecamatan Bandar adalah wiraswasta. Wiraswasta disini mencakup pekerjaan sebagai pegawai swasta. Sedangkan pekerjaan di bidang jasa paling banyak adalah tukang becak, buruh bangunan dan pekerja serabutan. Dapat dilihat dari kondisi kecamatan Bandar sendiri yang daerahnya tidak terjangkau oleh angkutan umum. Masyarakat disini dominan menggunakan becak sewa sebagai transportasi alternatif.

E. Hak Memilih

Adapun syarat untuk memilih ialah sebagai berikut: 1. Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berusia 17 tujuh belas tahun atau sudahpernah kawin mempunyai hak memilih. 2. Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih. Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga Negara Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih. 38

F. Daftar Pemilih Tetap

Jumlah masyarakat Kecamatan Bandar yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap DPT Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. 38 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Pasal 19 dan pasal 20 Universitas Sumatera Utara Tabel 1.6. Daftar Pemilih Tetap No Pemilih Yang terdaftar di DPT 1 Laki-laki 24.498 2 Perempuan 28.486 Jumlah 52.984 Sumber : Kantor Camat Bandar Tahun 2013 G. Jumlah Kehadiran Pemilih Berikut adalah jumlah kehadiran masyarakat Kecamatan Bandar yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 Tabel 1.7. Kehadiran Daftar Pemilih Tetap No Pemilih Hadir Tidak Hadir 1 Laki-laki 9.190 15.308 2 Perempuan 13.092 15.394 Jumlah 22.282 30.702 Sumber : Kantor Camat Bandar 2012 I. Profil Calon Kepala Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Untuk mencapai program-program yang telah dibuat oleh para pasangan calon Kepala dan Wakil kepala Daerah maka mereka perlu menjalankan visi dan misi yang telah mereka rencanakan. Selain itu, ideologi partai juga merupakan salah satu indikator yang penting dalam Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera tahun 2013. Pada partai politik di Indonesia, sebaran ideologi itu terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu berideologi Pancasila dan Islam, dengan beberapa varian. Partai yang mengusung ideologi Pancasila adalah Partai Demokrat, PDI-P, Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Partai yang jelas mencantumkan Universitas Sumatera Utara Islam sebagai ideologi adalah PPP dan PKS. PKB mengidentifikasikan diri dengan ideologi Pancasila, dengan varian menerapkan paham ahlussunnah wal jamaah yang selama ini dianut Nahdlatul Ulama. Meski ditegaskan bukan partai berideologi Islam, PAN berasas pluralitas dengan memperjuangkan amar makruf nahi mungkar. Tabel .1.8. Profil Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara No Urut Pasangan Calon Kepala dan Wakil Kepala Daerah Agama Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Suku Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Partai Politik dan Pendukung 1 Gus Irawan Pasaribu Dan Soekiman Islam Islam Batak Jawa Gerindra PAN Barnas Pelopor 2 Efedi Simbolon Dan Jumiran Abdi Kristen Jawa Batak Islam PDIP PDS PPRN 3 Chairuman Hrp Dan Fadli Nurzal Islam Islam Mandailing Melayu Golkar PPP 4 Amri Tambunan Dan RE Nainggolan Islam Kristen Batak Batak Demokrat 5 Gatot Pujo Nugroho Dan Tengku Erry Nuradi Islam Islam Jawa Melayu PKS, Hanura, Patriot Sumber : Kantor camat Bandar Tahun 2013

I.1. Visi Dan Misi Dan Ideologi Partai Pasangan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah I.1.1. Gus Irawan Pasaribu – Soekirman Visi : Sumut Sejahtera Misi : • Good Governance dan Clean Government Universitas Sumatera Utara • Meningkatkan kualitas human capital • Pemberdayaan potensi diri dan lingkungan agar berdaya saing dan mandiri. • Meningkatkan perekonomian, penyelesaian masalah pertanahan dan hutan serta infrastruktur yang adil dan merata. • Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. Pasangan ini diusung oleh empat partai yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya GERINDRA, Partai Amanat Nasional PAN, Partai Barisan Nasional Barnas dan Partai Pelopor. Adapun ideologi dari keempat partai ini yaitu: 1 Partai GERINDRA Partai Gerakan Indonesia Raya, atau Partai GERINDRA, adalah sebuah partai politik di Indonesia yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir Suhardi M.Sc, seorang dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Partai GERINDRA berdiri pada tanggal 6 Februari 2008. Dalam Pemilu 2009, partai GERINDRA mendapatkan 26 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Partai Gerindra mengusung Prabowo Subianto selaku Ketua Dewan Pembina sebagai calon presiden. Partai Gerindra mendukung penggunaan Pancasila sebagai asas organisasi masyarakat. 2 Partai Amanat Nasional PAN Partai Amanat Nasional PAN adalah sebuah partai nasionalis religius. Asas partai ini adalah Akhlak Politik Berlandaskan Agama yang Membawa Universitas Sumatera Utara Rahmat bagi Sekalian Alam. PAN didirikan pada tanggal 23 Agustus 1998 berdasarkan pengesahan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tgl. 27 Agustus 2003. Ketua Umum saat ini adalah Hatta Rajasa. Ketua Majelis Pertimbangan Partai dijabat oleh Amien Rais. Partai ini berideologi Pancasila. 3 Partai Barisan Nasional Barnas Partai Barisan Nasional Barnas adalah salah satu partai politik di Indonesia. Dalam Pemilu 2009, partai ini bernomor urut 6. Partai ini berazas Pancasila. Partai Barnas didirikan pada 1 Oktober 2007 oleh inisiator Vence Rumangkang yang sekaligus mendirikan partai ini. Secara resmi Partai Barisan Nasional atau Barnas dideklarasikan pada 1 Oktober 2007. Barnas pada awalnya adalah sebuah organisasi massa bernama Barisan Nasional Demokrat atau BND yang diketuai Vence Rumangkang. Sebelum menjadi Ketua Umum Partai Barnas, Vence dikenal sebagai salah satu pendiri Partai Demokrat. Partai ini berideologi Pancasila. 4 Partai Pelopor Partai pelopor didirikan pada tanggal 22 Mei 2002 dan dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 29 Agustus 2002. Latar belakang pendirian partai yang bersemangat marhaenis ini tidak bisa lepas dari ketokohan Rachmawati Soekarnoputri. Kiprah Rahmawati di dunia politik terlihat nyata sejak pertengahan tahun 2001, ketika ia mendeklarasikan Front Nasional. Rahmawati ingin menegakkan kembali cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila 1 Juni 1945, dan ajaran Bung Karno. Universitas Sumatera Utara Falsafah yang melandasi perjuangan Partai Pelopor sebagaimana tertuang dalam dokumen partai yaitu berasaskan Pancasila dan Ideologi Partai Pelopor berideologi Ketuhanan Yang Maha Esa dan Sosio-Nasionalisme, yaitu nasionalisme yang berdiri diatas perikemanusiaan yang adil dan beradab dan merupakan suatu kesatuan nasionalisme politik dan nasionalisme ekonomi. Nasionalisme yang bermaksud mencari kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomi untuk kepentingan rakyat, serta sosio-demokrasi, yaitu demokrasi masyarakat yang berkeadialan. Suatu kesatuan antara demokrasi ekonomi dan demokrasi politik yang menentang adanya praktik-praktik eksploitatif yang dilakukan oleh suatu suku bangsa atau bangsa lainnya. Partai Pelopor adalah partai politik yang bersifat terbuka, tanpa membedakan suku, agama, ras, status sosial dan gender. Partai ini berideologi Pancasila. E.5.2. Visi Dan Misi Effendi Simbolon – Jumiran Abdi Visi : Berdaulat secara politik, ekonomi dan kebudayaan yang berkepribadian Misi : • Maksimalkan daya guna seluruh sumber-sumber dan potensi Sumut, baik itu manusia ataupun kekayaan alam melalui perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menghapus kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan hasil pembangunan. • Membangun ekonomi yang berdikari melalui perubahan pendekatan pembangunan yang berorientasi pada sumber-sumber lokal sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi mikro dan ekonomi kreatif. Universitas Sumatera Utara • Kecukupan pangan dan energi guna mendukung gerak ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan rakyat. • Menciptakan dan memberikan rasa aman bagi setiap warga masyarakat melalui pemeliharaan nilai-nilai budaya dan religi yang harmonis serta pemerataan pengecapan hasil-hasil pembangunan bagi setiap orang. • Melakukan reformasi birokrasi untuk meningkatkan layanan publik, bebas dari korupsi dan menghilangkan hambatan-hambatan investasi. Pasangan ini diusung oleh tiga partai yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, Partai Damai Sejahtera PDS dan Partai Peduli Rakyat Nasional PPRN. Adapun ideologi dari ketiga partai ini yaitu: 1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P adalah sebuah partai politik di Indonesia. Lahirnya PDI-P dapat dikaitkan dengan peristiwa 27 Juli 1996. Hasil dari peristiwa ini adalah tampilnya Megawati Soekarnoputri di kancah perpolitikan nasional. Walaupun sebelum peristiwa ini Megawati tercatat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia dan anggota Komisi I DPR, namun setelah peristiwa inilah, namanya dikenal diseluruh Indonesia. Partai ini berideologi Marhaenisme. 2 Partai Damai Sejahtera PDS Partai Damai Sejahtera adalah salah satu partai politik di Indonesia yang berasaskan Pancasila, didirikan pada 1 Oktober 2001. Para pendirinya mendeklarasikan partai ini sebagai partai dengan dinamika kekristenan Universitas Sumatera Utara Didirikan pada hari Minggu, 28 Oktober 2001, para pendiri partai ini memiliki rencana untuk menjadi Organisasi Peserta Pemilu, dimana kadernya kemudian ikut dicalonkan sebagai Presiden, Wakil Presiden, dan calon-calon legislatif melalui sistem Pemilihan Umum yang diadakan secara langsung pada tahun 2004. Partai ini berideologi Pancasila. 3 Partai Peduli Rakyat Nasional PPRN Partai Peduli Rakyat Nasional, atau PPRN, adalah salah satu partai politik di Indonesia yang lolos terbaik verifikasi administratif KPU untuk Pemilu 2009 yang diumumkan pada 31 Mei 2008 dan dalam Pemilu 2009, partai ini bernomor urut 4. Partai Peduli Rakyat Nasional adalah partai politik di Indonesia dengan basis pendukung nasionalis didirikan pada Tanggal 20 Januari 2006 dengan pendiri utama adalah DR Raja Sutan D.L. Sitorus dengan 28 kepengurusan di tingkat propinsi dan 360 di tingkat kabupaten atau kota. Tokoh utama dari partai ini adalah DR Sutan Raja DL Sitorus, dengan jabatan Ketua Majelis Pertimbangan Pusat. Ketua Umum Brigjend. Tarida Sinambela dan Sekjend Anton Sihotang kemudian kerena alasan organisasi Sekjend kemudian digantikan oleh H.M. Baryadi. Partai ini berideologi Pancasila. E.5.3. Visi Dan Misi Chairuman Harahap – Fadli Nurzal Visi : Sumatera Utara menjadi provinsi terbaik berbasis kemakmuran desa Misi : • Merencanakan pembangunan yang visioner, realistis dan berangkat dari kondisi objektif kondisi real rakyat Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara • Menggerakan pembangunan dari desa, sebab sebagian besar dari penduduk Sumut tinggal di desa. • Melaksanakan pembangunan di segala sektor secara sepenuh hati, kebersamaan dan keteraturan. • Mengkoordinasikan pembangunan Sumut secara sugestif, efektif, bersahabat dan nasionalis sehingga menghilangkan ego sektoral dan ego lokal. • Melaksanakan pembangunan di atas altar pemerataan, kota dan desa, pantai barat dan pantai timur, lintas sektoral, lintas etnis dan lintas generasi Pasangan ini diusung oleh dua partai, yaitu Partai Golongan Karya Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan PPP. Adapun ideologi dari kedua partai ini yaitu : 1 Partai Golongan Karya Golkar Partai Golongan Karya Partai Golkar, sebelumnya bernama Golongan Karya Golkar dan Sekretariat Bersama Golongan Karya Sekber Golkar, adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai GOLKAR bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu. Partai ini berideologi Pancasila. Universitas Sumatera Utara 2 Partai Persatuan Pembangunan PPP Partai Persatuan Pembangunan PPP adalah sebuah partai politik di Indonesia. Pada saat pendeklarasiannya pada tanggal 5 Januari 1973 partai ini merupakan hasil gabungan dari empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama NU, Partai Serikat Islam Indonesia PSII, Perti dan Parmusi. Ketua sementara saat itu adalah H.M.S Mintaredja SH. Penggabungan keempat partai keagamaan tersebut bertujuan untuk penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam menghadapi Pemilihan Umum pertama pada masa Orde Baru tahun 1973. Partai ini berideologi Islam. E.5.4. Visi Dan Misi Amri Tambunan – RE Nainggolan Visi : Sumatera Utara Yang Maju dan Memiliki Daya Saing Regional Dengan Masyarakatnya Yang Sejahtera, Religius dan Bersatu Dalam Kebhinekaan Misi : • Mempercepat terwujudnya SDM yang berkualitas dan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. • Meningkatkan kapasitas Provinsi Sumatera Utara yang kuat dan tangguh untuk menggali semua potensi guna terjaminnya percepatan pembangunan di seluruh wilayah. • Mewujudkan struktur ekonomi regional yang berdaya saing dan pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal. • Pembenahan infrastruktur guna mendukung pengembangan wilayah. • Memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral, spiritual dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara. Universitas Sumatera Utara • Pemantapan sinergi fan harmonisasi pembangunan kewilayahan secara adil dan merata. Pasangan ini diusung oleh partai tunggal, yaitu partai demokrat. Adapun ideologi dari partai ini yaitu ideologi Pancasila. Partai Demokrat adalah sebuah partai politik Indonesia. Partai ini didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003. Pendirian partai ini erat kaitannya dengan niat untuk membawa Susilo Bambang Yudhoyono, yang kala itu menjadi Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati, menjadi presiden. Karena hal inilah, Partai Demokrat terkait kuat dengan figur Yudhoyono. E.5.5. Visi Dan Misi Gatot Pujo Nugroho – Tangku Erry Visi : Menjadi provinsi yang berdaya saing menuju Sumatera Utara Sejahtera Misi : • Membangun sumber daya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius dan berkompetensi tinggi. • Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kerjasama antar daerah, swasta, regional dan internasional. • Meningkatkan kualitas standar hidup layak, kesetaraan dan keadilan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah. • Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah melalui pengelolaan sumber daya alam lestari berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Universitas Sumatera Utara • Reformasi birokrasi berkelanjutan guna mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih good governance dan clean governance 39 Pasangan ini diusung oleh tiga partai yaitu Partai Keadilan Sejahtera PKS, Partai Hati Nurani Rakyat HANURA dan Partai Patriot. Adapun asas dan ideologi dari ketiga partai tersebut yaitu: . 1 Partai Keadilan Sejahtera PKS Partai Keadilan Sejahtera PKS, sebelumnya bernama Partai Keadilan PK, adalah sebuah partai politik berbasis Islam di Indonesia. PKS didirikan di Jakarta pada 20 April 2002 atau tanggal 9 Jumadil Ula 1423 H untuk tahun hijriah dan merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan PK yang didirikan di Jakarta pada 20 Juli 1998 atau 26 Rabiul Awwal 1419 H. Partai ini berideologi Islam. 2 Partai Hati Nurani Rakyat HANURA Partai Hati Nurani Rakyat, atau Partai Hanura, adalah sebuah partai politik di Indonesia. Dalam Pemilu 2009, partai ini bernomor urut 1. Partai ini berasaskan ideologi pancasila. 3 Partai Patriot Sebelumnya bernama Partai Patriot Pancasila, adalah sebuah partai politik di Indonesia. Dalam Pemilu 2009, partai ini bernomor urut 30. Partai ini merupakan kelanjutan dari Partai Patriot Pancasila yang tidak memiliki kursi parlemen pada Pemilu 2004 sehingga harus mengubah namanya sehingga dapat mengikuti verifikasi untuk Pemilu 2009. Partai ini berasaskan ideologi pancasila. 39 Data diperoleh dari Komisi Pemilihan Umum KPU Simalungun Universitas Sumatera Utara

BAB III FAKTOR-FAKTOR MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK

PILIHNYA PADA PILKADA SUMATERA UTARATAHUN 2013 Pada bab ini akan di analisis data yang telah diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada para responden di kecamatan bandar dengan jumlah responden sebanyak 97 orang. Bab ini akan menyajikan data yang disusun dan di kelompokkan, kemudian di analisis sehingga di peroleh gambaran tentang masalah yang di hadapi. Data utama dalam penelitian ini adalah informasi dari responden melalui kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden dan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis masalah penelitian yang dirumuskan. Data yang disajikan dan dianalisis adalah karakteristik umum responden dan partisipasi masyarakat yang dilihat melalui perilaku politiknya, meliputi keikutsertaan di dalam pemberian suara, kampanye, dan partai politik. Pada saat penelitian dilaksanakan, peneliti banyak menemukan masyarakat yang menjadi responden kurang mengetahui apa isi pertanyaan dalam kuesioner tersebut,maka dalam menangani masalah tersebut peneliti mendampingi responden untuk mengisi kuesioner tersebut untuk menjelaskan pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang ada di kecamatan bandar yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah tahun 2013. Untuk membuktikan hal tersebut, dalam kuesioner yang dibagikan terdapat pertanyaan Universitas Sumatera Utara apakah responden terdaftar dalam DPT, dan apakah responden menggunakan hak pilihnya, yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

II.1. Identitas Dan Jawaban Responden Apakah Terdaftar Sebagai Pemilih Tabel .2.1.

Jawaban Responden Apakah Terdaftar Sebagai Pemilih No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Terdaftar 97 100 2 Tidak Terdaftar - - Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden sudah terdaftar dalam DPT Daftar Pemilih Tetap. Meskipun demikian pada saat melakukan penelitian, peneliti banyak menemukan masyarakat yang tidak mendapat kartu pemilih, padahal masyarakat tersebut layak mendapatkannya. Ada salah seorang warga yang mengatakan bahwa mereka sekeluarga tidak ada satupun yang mendapatkan kartu pemilih. Bahkan di lingkungannya bukan hanya keluarga mereka yang tidak mendapat kartu pemilih, tetapi juga ada beberapa tetangga lainnya yang mengalami hal yang sama. Ketika peneliti bertanya lebih lanjut atas alasan mengapa tidak mendapat kartu pemilih responden mengatakan tidak tahu apa penyebab yang pasti mengapa kepala lingkungan setempat tidak memberikan mereka kartu pemilih. Karena menurutnya,dia tidak mendapat kartu pemilih bukanlah suatu masalah yang berarti baginya karena pada saat pemilihan kepala dan wakil kepala daerah sumatera utara tahun 2013 responden tidak mempunyai waktu luang untuk datang ke TPS karena harus bekerja. Sangat disayangkan hal ini bisa terjadi karena sesuai dengan Undang - Undang No. 10. Tahun 2008 pasal 19 tentang hak memilih, yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa setiap warga negara indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berusia 17 tahun atau sudahpernah kawin mempunyai hak yang sama untuk memilih. Adapun masyarakat yang terdaftar dalam DPT ialah sebanyak 52.984 orang. Namun yang menjadi masalah ialah banyaknya masyarakat yang tidak mendapatkan kartu pemilih sehingga tidak dapat menggunakan hak pilihnya, dan lebih ironisnya lagi, ada juga warga yang sudah lama meninggal dunia tetapi terdaftar dalam DPT. Dengan demikian pemilu ini hanya sebagai simbol bahwa kehidupan politik di jalankan melalui cara, namun pemilu itu sendiri tidak di jalankan secara demokratis.sehingga hal tersebut merupakan faktor – faktor yang menyebabkan tingginya angka golput di kecamatan Bandar . Disamping itu walaupun seluruh responden telah terdaftar dalam DPT, tetapi tetap saja mereka tidak menggunakan hak pilih nya,hal ini bisa saja di sebabkan oleh sedikitnya informasi mengenai pemilu, maupun minimnya sosialisasi politik yang di lakukan terhadap masyarakat.

II.2. Pengguna Hak Pilih Tabel .2.2.

Jawaban Responden Apakah Menggunakan Hak Pilih No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Menggunakan - - 2 Tidak Menggunakan 97 100 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden tidak menggunakan hak pilihnya ,mereka menarik diri dan menghindarkan diri dari proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sumatera utara dengan tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini membuktikan bahwa seluruh sampel Universitas Sumatera Utara dalam penelitian ini adalah masyarakat kecamatan bandar yang terdaftar dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Tetapi tidak menggunkan hak pilihnya . A.Deskriftif Karakteristik Responden Berikut ini akan di sajikan data yang berkaitan dengan identitas responden yang berdasarkan usia, suku ,agama ,jenis kelamin , pendidikan , pekerjaan dan penghasilan.

II.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel .2.3.

Data Responden Berdasarkan Usia No Umur Jumlah Persentase 1 18 – 30 Tahun 24 24.74 2 31 – 40 Tahun 28 28.87 3 41 – 50 Tahun 30 30.93 4 51 – 64 Tahun 15 15.46 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Dengan menggunakan sistem sistem stratified sampling untuk menentukan responden yang akan diwawancarai pada bab sebelumnya, diperoleh data dari jumlah masyarakat yang terdaftar di DPT kecamatan bandar sebanyak 52.984 orang maka yang akan menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 97 orang. Dilihat dari karakter usia responden pada tabel diatas menunjukkan bahwa responden telah memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu yaitu minimal berusia 17 tahun keatas. Masyarakat di kecamatan Bandar yang paling banyak tidak menggunakan hak pilihnya adalah masyarakat yang masih muda yaitu yang berusia antara 17-30 tahun,sedangkan responden yang paling tua ialah yang berusia 51- 64 tahun Serta responden yang berusia 41-50 tahun lebih signifikan jumlahnya dari seluruh Universitas Sumatera Utara responden,melihat komposisi tersebut sudah cukup mewakili pandangan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tentang faktor - faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Sumatera Utara tahun 2013 yang lalu, pada umumnya responden mayoritas yakni yang berusia 41-50 tahun, beralasan tidak menggunakan hak pilihnya di sebabkan tidak percaya dengan calon Kepala Daerah, begitu juga dengan responden yang paling muda pada umumnya mereka beralasan tidak menggunakan hak pilinya karena tidak percaya dengan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Berbeda dengan responden yang paling tua yaitu yang berusia 51-64 tahun mereka beralasan berhalangan sehingga tidak menggunakan hak pilihnya.

II.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis Suku Tabel .2.4.

Data Responden Berdasarkan EtnisSuku No Suku Jumlah Persentase 1 Jawa 41 42.26 2 Melayu 27 27.84 3 Mandailing 14 14.43 4 Batak Toba 8 8.25 5 Karo 4 4.12 6 Tionghoa 3 3.10 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Masyarakat di Kecamatan Bandar memiliki beraneka ragam etnis ataupun suku, seperti jawa, melayu, mandailing, batak toba, karo, minang, aceh, nias, india dan lain-lain. Namun Masyarakat yang bersuku Jawa merupakan mayoritas di Kecamatan Bandar. Jika dilihat alasan responden tidak menggunakan hak pilihnya berdasarkan suku , maka masyarakat suku jawa dan batak pada umumnya Universitas Sumatera Utara di pengaruhi oleh ketidakpercayaan terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Hal yang peling menarik adalah pernyataan dari salah satu responden yang bersuku jawa yang menyatakan bahwa tidak percaya terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam nomor lima yaitu Gatot Pujo Nugroho , karena jika dia yang menang dalam pemilihan kepala daerah dan wakil Kepala daerah maka tingkat korupsi di sumatera utara semakin besar, karena dapat dilihat dari contoh kepemimpinan calon-calon yang sebelumnya, bukan kesejahteraan masyarakat yang di dapat, malah kesengsaraan yang di dapat, jadi alasan responden tidak menggunakan hak pilihnya adalah ikut atau tidak ikutnya dalam berpartisipasi dalam pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah keadaan masyarakatnya masih tetap sama,tidak ada perubahan. Baik dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya, yang miskin tetap miskin yang kaya semakin kaya.

II.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Tabel .2.5.

Data Responden Berdasarkan Agama No Agama Jumlah Persentase 1 Islam 67 69.07 2 Kristen Protestan 22 22.68 3 Katolik 5 5.15 5 Budha 3 3.10 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Secara umum masyarakat Kecamatan Bandar di dominasi oleh beraneka ragam agama yang mereka anut sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan mereka masing-masing. Mayoritas penduduk masyarakat kecamatan bandar memeluk agama Islam, sehingga tidak mengherankan jika responden yang diperoleh juga didominasi oleh masyarakat yang memeluk agama Islam. Sehingga di ikuti Universitas Sumatera Utara dengan responden pemeluk agama Kristen. Adapun alasan responden tidak menggunakan hak pilihnya berdasarkan agama ialah masyarakat yang beragama islam dan Kristen lebih cendrung dikarenakan karena ketidakpercayaan terhadap calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

II.6. Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel .2.6.

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 39 40.20 2 Perempuan 58 59.80 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Dari 97 orang jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Tetapi dari segi jumlah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dikatakan cukup proporsional jika dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Bandar yang didominasi oleh perempuan sebanyak 28.486 orang dari jumlah keseluruhan 52.984 orang. Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi faktor penentu masyarakat untuk ikut atau tidak ikut mempergunakan hak pilihnya dalam pemilihan, adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di dalam politik di negara Indonesia akan menjadikan masyarakat dapat dengan bebas ikut dalam kegiatan politik. Dimana adanya persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam hal memberikan sikap terhadap politik tertulis dalam international bill of rights yang menjamin dan melindungi hak-hak individual sebagai warga negara khususnya dalam menentukan sikap politik. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya laki-laki lebih dominan aktif dalam memasuki dunia politik di bandingkan perempuan, namun pada penelitian ini ternyata laki-laki lebih banyak tidak menggunakan hak pilihnya. Walaupun demikian,dari jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki selisihnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 10. Sehingga karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dianggap cukup berimbang dan proporsional. Namun ada sedikit perbedaan antara laki-laki dan perempuan khususnya alasan mereka tidak menggunakan hak pilihnya, dimana berdasarkan kuesioner, laki-laki cenderung tidak memilih di sebabkan oleh ketidak percayaan terhadap calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah,sedangkan perempuan lebih cenderung tidak memilih disebabkan oleh ketidak percayaan terhadap pemerintah. B.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013. B.1.Status Sosial Ekonomi. Setidaknya ada tiga indikator yang biasa di gunakan mengukur variabel status sosial ekonomi, yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat pekerjaan. Dengan pertimbangan agar dapat di ukur maka peneliti membuat katagori dengan penilaian yang tetap dan bukan penilaian menurut individual terhadap faktor pendidikan , pekerjaan dan penghasilan dalam tingkatan seperti tinggi, sedang dan rendah. Universitas Sumatera Utara

II.7. Status Responden Berdasrkan Pendidikan Terakhir Tabel .2.7.

Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Jumlah Persentase 1 Tinggi 9 9.28 2 Sedang 73 75.25 3 Rendah 15 15.47 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Dari data kuesioner yang di sebarkan pada 97 orang responden maka di peroleh data responden berdasarkan pendidikan terakhir,dapat di lihat pada tabel diatas. Secara umum responden yang di peroleh adalah masyarakat yang di peroleh adalah masyarakat yang termasuk dalam katagori pendidikan sedang, yaitu masyarakat setingkat SMA dan SMP. Sedangkan yang termasuk dalam katagori pendidikan tinggi ialah yang menempuh pendidikan terakhir sampai pada perguruan tinggi seperti Diploma dan Sarjana. Begitu juga dengan katagori pendidikan rendah ialah hanya tamatan SD, bahkan tidak sekolah ataupun tidak tamat SD. Berdasarkan dari uraian diatas menjelaskan bahwa tingginya angka masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya lebih dekat dengan pendidikan kelas menengah ataupun sedang,yang cukup memperoleh informasi dengan baik,berwawasan politik,dan memungkinkan untuk lebih kritis terhadap pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah sumatera utara. Karena aspek pendidikan mampu membuat masyarakat memiliki pandangan yang luas dan menciptakan kemampuan yang lebih besar untuk mempelajari kehidupan politik serta sangat memungkinkan untuk menguasai aspek-aspek birokrasi,seperti pada saat pendaftaran maupun mempertahankan hak sebagai pemilih. Semakin tinggi Universitas Sumatera Utara tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar kepedulianya terhadap politik, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin kecil tingkat kepedulianya kepad politik. Namun yang terjadi adalah responden yang memiliki tingkat pendididkan sedang lebih mendominasi di bandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dalam hal tidak menggunakan hak pilihnya ,hal ini dapat di sebabkan oleh dua faktor . Pertama masyarakat yang ada di Kecamatan Bandar pada umumnya berpendidikan sedang yaitu setingkat SMA dan SMP sehingga mayoritas responden berpendidikan sedang. Kedua Masyarakat kecamatan bandar merupaka massa mengambang , sehingga mudah di mobilisasi khususnya mereka yang berpendidikan rendah , sedangkan responden yang berpendidikan sedang setidaknya tidak mudah di mobilisasi,karena mereka sudah memiliki pertimbangan nasional dalam menentukan pilihan politiknya, terlebih lagi bagi masyarakat berpendidikan tinggi. Berdasarkan data yang di peroleh dari lapangan dapat di simpulkan bahwa msyarakat yang berpendidikan tinggi pada umumnya tidak menggunakan hak pilinya di pengaruhi oleh ketidak percayaan terhadap pemerintah dan calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah. Demikian juga dengan masyarakat yang berpendidikan sedang lebih cenderung di pengaruhi oleh ketidak percayaan terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sedangkan masyarakat yang berpendidikan rendah lebih mementingkan urusan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara

II.8. Status Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel .2.8.

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Pegawai Negeri Sipil 8 8.25 2 Wiraswasta 33 34.02 3 Buruhkuli 13 13.40 4 Ibu Rumah Tangga 25 25.74 5 Pedagang 13 13.40 6 Mahasiswa 5 5.15 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel yang menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Bandar berada pada level menengah. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai karyawan swasta dan sebagian responden ada yang bekerja sebagai pedagang, Pegawai Negeri Sipil, Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa dan Buruh. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Bandar memiliki cukup banyak jenis pekerjaan. Dalam hal ini peneliti membagi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan kedalam tiga katagori yaitu. Pertama ,katagori tinggi yaitu: pekerjaan yang berkaitan langsung dengan pemerintah , seperti pegawai negeri sipil dan pensiunan PNS , Kedua, katagori sedang yakni: pekerjaan yang membutuhkan modal maupun skill serta mempunyai penghasilan, seperti wiraswasta dan pedagang . Ketiga, katagori rendah pekerjaan yang tidak membutuhkan modal maupun skill, tidak memiliki penghasilan serta tidak berkaitan langsung dengan pemerintah seperti , buruhkuli, ibu rumah tangga dan mahasiswa, di mana pada saat penelitian tersebut dilakukan responden tersebut pada umumnya sedang berda di rumah pada saat jam kerja. Universitas Sumatera Utara Bagi masyarakat kecamatan bandar khususnya yang bekerja di sektor informal ataupun pekerjaan yang kurang berkaitan langsung dengan kebijakn-kebijakan pemerintah, keterlibatan politik dalam pemilu justru di nilai oleh sebagian dari mereka kurang menguntungkan dan tidak ada keuntungan signifikan yang di peroleh masyarakat dalam keikutsertaan mereka dalam pemilihan . Sebab jika datang ke TPS, maka mereka kehilangan pemasukan karena tidak bekerja. Apalagi, jika keterlibatan politik kampanye, tetapi ada juga masyarakat yang mengikuti kampanye dengan harapan mendapat bantuan berupa sembako , uang dan uang transportasi. Responden beranggapan bahwa pemilihan bukan sarana penting dalam memperbaiki kondisi kesejahteraan masyarakat. Dari seluruh responden hanya empat responden saja yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, sedangkan masyarakat Kecamatan Bandar ada sekitar 3.967 orang PNS. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tidak memilih tampaknya tidak memilih tidak memilih dukungan oleh PNS. Rendahnya jumlah PNS yang tidak menggunakan hak pilihnya menunjukkan mereka masih antusias untuk mengikuti pemilu. dan menganggap bahwa kehadiran pemilih merupakan salah satu tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.Yang dimana PNS merupakan salah satu sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan kebijakan pemerintah , dan PNS juga bertanggung jawab atas kinerja pemerintah, bagaimanapun penilaian buruk terhadap pemerintah, tidak menutup kemungkinan di tujukan juga kepada aparat pemerintah atau para pegawai negeri sipil. Berdasrkan data yang di peroleh dari lapangan dapat di simpulkan bahwa masyarakat yang memiliki pekerjaan katagori tinggi tidak menggunakan hak Universitas Sumatera Utara pilihnya di peroleh karena ketidak percayaaan pada pemerintah, sedangkan pada masyarakat yang memiliki katagori sedang lebih cenderung di pengaruhi oleh ketidak percayaan oleh calon Kepala Daerah dan wakil kepala daerah , demikian juga masyarakat yang memiliki pekerjaan katagori rendah pada umumnya mereka berhalangan sehingga tidak bias menggunakan hak pilihnya.

II.9. Status Responden Berdasarkan Penghasilan Tabel .2.9.

Data Responden Berdasarkan Penghasilan No Penghasilan Jumlah Persentase 1 Tinggi 6 6.19 2 Sedang 59 60.82 3 Rendah 32 32.99 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Distribusi responden berdasarkan penghasilan di bagi kedalam tiga kategori, yaitu antara lain . Pertama, kategori tinggi yaitu responden yang memiliki penghasilan di atas Rp.4000.000. Kedua , Katagori sedang yaitu responden yang memiliki penghasilan diantara Rp1000.000 - Rp 4000.000. Ketiga , katagori rendah yaitu responden yang memiliki penghasilan di bawah Rp.1000.000. Dari tabel 2.9 dapat di lihat karakteristik responden berdasarkan penghasilan, diamana responden berdsarkan penghasilan berkisar Rp 1000.000 – 4000.000, diikuti oleh responden yang berpenghasilan lebih kecil dari Rp.1000.000,sisanya ialah masyarakat yang berpenghasilan lebih besar dari Rp.4000.000. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki peluang yang sama untuk terlibat dalam partisipasi politik,dimana masyarakat yang memilik penghasilan sedang ataupun rendah lebih dominan tidak memilih di Universitas Sumatera Utara bandingkan dengan masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Berdasarkan data yang di peroleh dari lapangan dapat di simpulkan bahwa masyarakat yang berpenghasilan tinggi dan sedang pada umumnya tidak menggunakan hak pilihnya di pengaruhi oleh ketidak percayaan pada calon kepala daerah dan wakil kepala daerah,sedangkan masyarakat yang berpenghasilan rendah cenderung di pengaruhi oleh ketidak percayaan pada pemerintah. B.2.Faktor Sosiologis Faktor sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik social dan pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih .pengelompokkan sosial maupun pengelompokkan informal seperti keluarga dianggap memiliki peranan di dalam menentukan pilihan pilihan politiknya. 40

II.10. Apakah Ada Pihak KeluargaYang Mempengaruhi Responden Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

Tabel .2.10. Jawaban Responden Apakah Ada Pihak Keluarga Yang mempengaruhi Untuk Tidak Mempergunakan Hak Pilihnya. No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Ada 3 3.10 2 Tidak Ada 94 96.90 Jumlah 97 100 Sumber: Kuesioner 2013 Keluarga merupakan tempat di mana seseorang bertumbuh dan berkembang, sehingga keluarga sangat memberikan pengaruh besar bagi seseorang untuk bertindak dan memberikan sikap pada semua gejala yang ada. Keluarga memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendidikan maupun perkembangan sosiologis seseorang. 40 Anwar.Loc.Cit.Hal.23. Universitas Sumatera Utara Pada tabel 2.10 menjelaskan bahwa sangat sedikit responden yang mendapat pengaruh oleh pihak keluarga yang mempengaruhi ialah suami terhadap istrinya.Tetapi pada umumnya responden menyatakan bahwa tidak ada pihak keluarga yang mempengaruhinya untuk tidak menggunakan hak pilihnya, hal ini menjelaskan bahwa perilaku tidak memilih di tentukan oleh referensi individual sekaligus membuktikan bahwa kehidupan keluarga di kecamatan Bandar cukup bebas dalam menentukan sikap politiknya. Pada umumnya, motivasi yang mendasari kegiatan politik seseorang sangat bervariasi termaksuk dalam menentukan untuk tidak memilih, motif ini bias di sengaja atau tidak di sengaja,rasional atau emosinal, yang di ilhami psikologis atau sosial, diarahkan dari dalam diri sendiri atau dari luar dan di pikirkan atau tidak di pikirkan 41 . Maka pihak keluarga dapat di katakana hampir tidak memberikan pengaruh dalam hal tidak menggunakan hak pilih, melainkan lebih di pengaruhi oleh faktor psikologis yakni faktor kekuatan dari dalam individu sebagai faktor yang menentukan pilihan-pilihan politiknya. 41 Indriyati.Loc.Cit.Hal.21 Universitas Sumatera Utara B.3.Sistem Politik Konsep sistem di sini tidak semata-mata dalam pengertian prosedur dan aturan main , tetapi lebih mengarah pada kebijakan pemerintah dan kinerjanya dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan tersebut. II.11. Apakah Responden Dapat Mempercayai Pemerintah Bisa Dapat Melakukan Perubahan Kearah Yang Lebih Baik ? Tabel .2.11. Jawaban Responden Apakah Percaya Pemerintah Dapat Membawa Perubahan Kearah Yang Lebih Baik No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Percaya 23 23.71 2 Kurang percaya 25 25.78 3 Tidak percaya 49 50.51 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa sebagian responden menyatakan percaya terhadap pemerintah dapat membawa perubahan yang lebih baik, artinya ialah bahwa mereka masih menaruh harapan kepada pemerintah sebagai agen pembawa perubahan tetapi yang terjadi adalah pemerintah belum bias dapat di percaya sehingga mereka tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya, dan tidak tertutup kemungkinan mereka cukup puas dengan keadaan yang ada. Pada umumnya responden merasa pesimis atau kurang percaya bahkan tidak percaya sama sekali pemerintah dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik, pemerintah di anggap tidak mempunyai pengaruh , terutama pengaruh dalam kehidupan seseorang,karena kegagalan pemerintah di dalam menjalankan tugas-tugasnya,dan janji-janji politik yang belum terpenuhi oleh pemerintah kepada masyarakat,serta kinerja pemerintah yang sagat mengecewakan masyarakat , sehingga kekecewaan inilah yang dapat meningkatkan rasionalitas Universitas Sumatera Utara masyarakat dalam melihat realitas politik sekaligus sebagai penyadaran politik bagi masyarakat yang dapat meningkatkan ketidak percayaan terhadap pemerintah dalam membawa perubahan yang lebih baik, angka ini cukup tinggi dan sangat mengkhawatirkan,karena dapat mengancam delegitimasi pemerintah kapan saja,sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa ketidak percayaan terhadap pemerintah mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya. II.2. Apakah Pemerintah Sudah Melakukan Sosialisasi Politik Kepada Masyarakat ? Tabel .2.12. Jawaban Responden Apakah Pemerintah Sudah Melakukan Sosialisasi Politik Kepada Masyarakat No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Sudah 58 59.80 2 Belum 25 25.77 3 Tidak Tahu 14 14.43 Jumlah 97 100 Sumber: kuesioner 2013 Sosialisasi politik merupakan proses mentransformasikan budaya politik,norma-norma, hak dan kewajiban dari generasi ke generasi berikutnya, dalam hal ini sosialisasi politik yang di lakikan dapat berupa informasi mengenai pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara,diantaranya mengenai tata cara mencontreng, kapan pemilu diadakan dan siapa saja yang akan menjadi kandidat. Tabel 2.12 menunjukkan bahawa sebagian responden tidak mengetahui sosialisasi politik yang di lakukan oleh pemerintah,mereka beralasan ketidak percayaan pada pasangan kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah menyebabkan mereka tidak menggunakan hak pilihnya. Selain itu responden yang mengatakan pemerintah belum melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat tidak Universitas Sumatera Utara menggunakan hak pilihnya. Sebab minimnya perolehan informasi mengenai pemilihan umum dapat mengesampingkan rasionalitas seseorang dalam menentukan pilihan politiknya. Minimnya sosialisasi politik terhadap masyarakat tidak hanya dialami masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya tetapi juga di alami oleh masyarakat yang menggunakan hak pilihnya,dimana saat penelitian di lakukan banyak di jumpai masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dalam hal ini memilih Gatot Pujo Nugroho beranggapan bahwa semua kepala daerah dan wakil kepala daerah sama saja, buktinya walaupun memilih Gatot Pujo Nugroho tidak juga membawa perubahan , tutur salah seorang masyarakat. Artinya adalah lebih dari satu tahun pemilu selesai dilaksanakan, masih ada masyarakat yang tidak mengetahui siapa yang menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang merupakan pemenang dalam pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013. Hal ini semakin membuktikan bahwa masih minimnya informasi politik yang di peroleh oleh masyarakat. Walaupun masyarakat mengetahui informasi mengenai pemilu,seperti yang dinyatakan oleh lebih dari separuh responden bahwa pemerintah sudah melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat,tetapi responden masih tetap tidak menggunakan hak pilihnya dengan alasan tidak percaya pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Daerah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sangat apatis terhadap perilaku politiknya dan menarik diri dari dunia politik serta tidak mau tahu dengan kegiatan politik. Maka di tarik kesimpulan sosialisasi Universitas Sumatera Utara politik yang dilakukan pemerintah tidak mempengaruhi masyarakat tidak menggunkan hak pilihnya. B.Sistem Pemilihan Umum Sikap tidak memilih juga berkaitan dengan persepsi dan evaluasi terhadap sistem dan penyelengaraan pemilihan umum. II.13. Apakah Responden Pernah Mengikuti Kampanye Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ? Tabel .2.13. Jawaban Responden Apakah Pernah Mengikuti Kampanye Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daearah No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Ya 20 20.62 2 Tidak 77 79.38 Jumlah 97 100 Sumber : kuesioner :2013 Tabel 2.13 menunjukkan bahwa mayoritas responden mengatakan tidak pernah mengikuti kampanye yang di lakukan oleh calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Hal ini berarti rendahnya ketertarikan masyarakat untuk mengenal lebih dekat calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebab ada anggapan dengan mengikuti kampanye maka aktifatas sehari-hari masyarakat akan terganggu,maka tidak heran jika jumlah masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya sangat besar, serta membuktikan bahwa para calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kurang berhasil melakukan kampanye. Walaupun ada masyarakat yang mengikuti kampanye, mereka tidak secara khusus tertarik untuk mengenal lebih dekat dan mengetahui visi dan misi dari calon kepala daerah Sumatera Utara, artinya mengikuti kampanye tersebut di lakukan bukan semata – mata karena ingin memperoleh informasi mengenai calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah,tetapi mereka secara tidak sadar Universitas Sumatera Utara termaksud kedalam hirarki partisipasi politik berupa partisipasi dalam rapat umum,demonstrasi dan kampanye.Tetapi pada umumnya mereka mengikuti kampanye karena mengharapkan keuntungan materi, seperti uang transportasi,kaos,sembako dan lain sebagainya. Hampir tidak ada dari mereka yang datang dengan sendirinya. Mengikuti kampanye atau tidak ternyata itu sama saja,dimana mereka tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya yang lebih di pengaruhi oleh ketidakpercayaan pada calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah. II.14. Apakah Responden Perlu Mengikuti Pemilu? Tabel .2.14. Jawaban Responden Apakah Perlu Mengikuti Pemilu No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Perlu 75 77.32 2 Tidak Perlu 22 22.68 Jumlah 97 100 Sumber :Kuesioner 2013 Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa mayoritas responden mengatakan perlu untuk mengikuti pemilihan umum,dan sisanya mengatakan tidak perlu mengikuti pemilihan umum. Melihat perbandingan tersebut masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa masih perlu untuk mengikuti pemilu. Sebab pemilihan umum merupakan syarat dalam kehidupan demokrasi khusunya dalam menentukan pemimpin serta suatu harapan dan kepercayaan terhadap pemimpin yang terpilih melalui proses pemilihan umum yang demokratis dapat memperbaiki situasi dan keadaan politik, ekonomi, sosial budaya dan lainya,jadi yang menjadi masalah bukan terletak pada pemilihan umum tetapi lebih cenderung pada ketidak percayaan terhadap calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah yang menjadi pesrta dalam pemilu. Universitas Sumatera Utara Di samping itu, bagi responden yang mengatakan tidak perlu lagi untuk mengikuti pemilihan umum, mereka teralienasi dan termajinalkan dalam proses politik sehingga menarik diri atau menghindarkan diri untuk tidak terlibat dalam proses pemilihan umum. Sebab ada anggapan bahwa siapapun calon kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak akan dapat membawa perubahan yang lebih baik yang dapat di rasakan langsung oleh masyarakat. Hal ini lebih di pengaruhi oleh ketidak percayaan terhadap pemerintah serta sejarah “track record” para calon Presiden,calon Kepala Daerah maupun calon legislatif yang di anggap hanya membawa angin segar,tetapi ketika sudah duduk dan memiliki kekuasaan , para calon tersebut hanya memperjuangkan kepentingan pribadi dan golongannya, sehingga dapat di katakan bahwa politik tidak mempunyai arti apappun bagi mereka. Anggapan ini dapat diterima sebab partisipasi politik akan lebih banyak di jalankan apabila partisipasi itu dianggap lebih perlu dan lebih memadai, dengan demikian berarti bahwa lebih sedikit partisipasi politik apabila para warga menganggap partisipasi tersebut kurang perlu ataupun kurang efektif 42 Berdasarkan Tabel 2.14 dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat masih menganggap perlu untuk mengikuti pemilihan umum khususnya dalam menentukan pimpinan yang dapat memperbaiki situasi dan keadaan politik, ekonomi,sosial budaya dan lainya, jadi yang menjadi masalah bukan terletak pada perlu tidaknya mengikuti pemilu,tetapi lebih cenderung pada ketidak percayaan terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang menjadi peserta pemilu. . 42 Indriyati.Loc.Cit.Hal.21. Universitas Sumatera Utara B.5.Indentifikasi Partai Politik II.Apakah Responden Merupakan Anggota Partai? Tabel .2.15. Jawaban Responden Apakah Anggota Partai Politik No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Ya 7 7.22 2 Tidak 90 92.78 Jumlah 97 97 Sumber : kuesioner 2013 Dari tabel 2.15 dapat di lihat bahwa responden yang merupakan anggota partai politik hanya sebagian kecil saja sedangkan reponden yang tidak anggota partai politik merupakan persentase terbesar. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kecamatan bandar kurang tertarik untuk terjun dalam dunia politik khususnya menjadi anggota partai politik. Jika dilihat dalam katagori partisipasi politik yang di kembangkan oleh Milbarth dan Geol, maka masyarakat kecamatan Bandar cenderung termaksud kedalam katagori partisipan apatis, ialah orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik,seperti tidak menggunakan hak pilih,sedangkan pada hirarki partisipasi politik mereka termaksuk dalam hirarki partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam politik. Sebab pada saat penelitian dilakukan banyak responden khususnya laki-laki di jumpai di kedai kopi, mereka menyebutnya dengan istilah lapo lapangan politik yang setidaknya topik pembicaraan mereka tidak jarang juga membahas kehidupan politik nasional bahkan maupun perpolitikan daerah, tidak bisa dipungkiri hal ini akibat semakin bebasnya memperoleh informasi dan sangat berbeda jika dibandingkan pada zaman orde baru, artinya masyarakat semakin cerdas,cermat,dan rasional dalam menentukan pilihan politik yang terbaik menurutnya. Sehingga menurut saya calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Universitas Sumatera Utara Daerah seharusnya pintar dan berkualitas khususnya dalam mencari simpati dari masyarakat,dengan memanfaatkan pertimbangan rasionalitas masyarakat tersebut. Namun tidak dipungkiri bahwa sebagian kecil masyarakat kecamatan Bandar juga terjun dalam dunia politik,hal ini terbukti bahwa ada juga responden yang merupakan anggota politik,mereka tergolong dalam katagori partisipan gladiator,mereka secara aktif terlibat dalam proses partisipasi politik, seperti komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka,aktifis partai dan pekerja kampanye,serta aktifis masyarakat. Sedangkan pada hirarki partisipasi politik mereka termaksuk dalam hirarki keanggotaan pasif suatu organisasi politik. Di samping itu, Mayoritas responden yang menyatakan bahwa mereka merupakan anggota partai politik adalah merupakan anggota dari partai PDIP yang mengusung salah satu calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, hanya dua orang responden saja yang menrupakan anggota partai buruh,sebagian besar dari mereka beralasan tidak percaya pada calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sehingga mereka tidak menggunakan hak pilihnya. II.16. Apakah Partai Politik Sudah Melakukan Rekruitmen Politik Terhadap Kandidat Yang Di Usung ? Tabel .2.16. Jawaban Responden Apakah Partai politik Sudah Melakukan Rekruitmen Politik Terhadap Kandidat Yang Di Usung No Jawaban Responden Jumlah Pertsentase 1 Sudah 18 18.56 2 Belum 43 44.33 3 Tidak Tahu 36 37.11 Jumlah 97 100 Sumber: kuesioner 2013 Universitas Sumatera Utara Rekruitmen politik yang di lakukan oleh partai politik merupakan langkah awal bagi rekruitmen pejabat publik oleh masyarakat melalui pemilihan umum. Oleh karena itu partai politik dalam menentukan siapa yang akan diusungnya dalam suatu pemilihan umum sebaiknya melakukan rekruitmen politik secara demikratis, terbuka dan professional. Dimana salah satu fungsi partai politik ialah sebagai rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender . fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi masalah kepemimpinan, baik kepemimpinan partai maupun kepemimipinan yang lebih luas. Pada tabel 2.16 dapat di lihat bahwa pada umumnya responden menjawab bahwa partai politik belum melakukan rekruitmen mengusung calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Responden beranggapan bahwa calon di tentukan berdasarkan banyaknya uang yang di miliki oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, sehingga ada kesan bahwa partai politik merupakan tempat jual beli dukungan, begitu juga dengan responden yang menyatakan tidak tahu mengenai rekruitmen politik yang dilakukan oleh partai politik terhadap calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang akan di usungnya. Hanya sebagian kecil responden yang mengatakan bahwa partai politik sudah melakukan rekruitmen politik dalam menentukan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diusungnya. Universitas Sumatera Utara II.17. Apakah Responden Sudah Mengetahui Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah? Tabel .2.17. Jawaban Responden Apakah Mengetahui Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Ya 82 84.54 2 Tidak Ada 15 15.46 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Mengetahui calonKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maksudnya ialah sejauh mana responden mengetahui tentang indentitas calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah seperti siapa namanya. Maka berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa dari seluruh respondenyang di berikan kuesioner, hanya sebagian kecil saja responden yang menyatakan bahwa tidak mengetahui siapa calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sehingga kemungkinan besar masyarakat yang tidak mengetahui siapa calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pastinya tidak akan menggunakan hak pilihnya . Adapun alasan mereka tidak menggunakan hak pilihnya lebih di sebabkan oleh minimnya informasi yang di poroleh. Mereka termaksuk dalam karakteristik pemilih skeptis, Pemilih ini tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan. Ketika banyak pemilih skeptis, meningkat pula keengganan pemilih untuk memberikan suaranya dan yang terjadi adalah tingginya angka golput 43 43 Firmanzah.Loc.Cit.Hal.149. . Walaupun sebagian besar masyarakat Kecamatan Bandar mengetahui siapa calon kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah, hal ini tidak menjamin bahwa mereka akan menggunakan hak pilihnya dan menjatuhkan pilihnya terhadap salah satu calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebab mayoritas responden Universitas Sumatera Utara mengatakan mengetahui calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, tetapi tetap saja responden tidak menggunakan hak pilihnya dengan alasan, sebagian basar dari mereka tidak percaya terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Pernyataan selanjutnya adalah apakah responden mempunyai hubungan dengan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Hanya ada lima responden saja yang mengetahui calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menyatakan bahwa mereka memiliki hubungan dengan calon Kepala Daerah maupun calon Wakil Kepala kaerah seperti satu asal perkampungan, satu daerah,perumahan serta salah satu responden ada yang menjadi tim sukses calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,ternyata faktor psikologis tidak mendapat dukungan dari mereka sebab kedekatan dengan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak menjamin mereka untuk menggunakan hak pilihnya terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan menjatuhkan pilihanya terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang memiliki hubungan dengan mereka. Dimana dari lima orang responden tersebut, empat diantaranya beralasan tidak percaya dengan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah padahal mereka memiliki hubungan yang cukup dekat. Hal ini membuktikan bahwa mereka termasuk dalam katagori pemilih rasional, yang mana dalam menentukan pilihan politiknya mereka berpikir secara rasional. Universitas Sumatera Utara II.18. Apakah Kandidat Sudah Melakukan Komunikasi Politik Kepada Masyarakat ? Tabel .2.18. Jawaban Responden Apakah Kandidat Sudah Melakukan Komunikasi Politik Kepada Masyarakat No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Sudah 27 27.84 2 Belum 45 46.39 3 Tidak Tahu 25 25.77 Jumlah 97 100 Sumber: Kuesioner 2013 Setiap calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebaiknya melakukan komunikasi politik kepada masyarakat dalam menarik simpati yang sebanyak- banyaknya dari masyarakat. Salah satu contoh komunikasi politik ialah kampanye, kampanye merupakan kontrol sosial dalam rangka mengarahkan psikologi perilaku pemilih untuk menyesuaikan dan pada saatnya menuruti apa yang di programkan oleh partai politik . Kegiatan kampanye pemilu adalah proses mempersuasi khalayak untuk bersedia menerima,mendukung dan akumulasinya adalah memilih partai atau kandidat yang di kampanyekan 44 Pada tabel 2.18 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum melakukan komunikasi politik . Setiap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang melakukan kampanye dibantu oleh partai politik yang mengusung menjadi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam memobilisasi pemilih dan meningkatkan jumlah suara. Kampanye tersebut dapat melalui kampanye secara langsung kelapangan, spanduk-spanduk, televisi, radio, Koran maupun dengan terjun langsung pintu ke pintu dan melalui diskusi. 44 Anwar.Loc.Cit.Hal.43. Universitas Sumatera Utara kepada masyarakat bahkan yang tidak mengetahui apakah calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah melakukan komunikasi politik kepada masyarakat merupakan persentase terbesar jika dibandingkan dengan persentase responden yang menyatakan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sudah sudah melakukan komunikasi politik. Disinilah terlihat bahwa para calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah kurang mendekatkan diri pada masyarakat, hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak memilih,sebab tanpa kampanye banyak masyarakat akan mengabaikan pemilu, karena ada hubungan sebab akibat antara kampanye dengan partisipasi pemilih yang rendah. Walaupun demikian, kampanye tidak juga menjamin seseorang untuk menggunakan hak pilihnya,dimana responden yang mengatakan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sudah melakukan komunikasi politik tetapi tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya, hal ini bisa saja di sebabkan oleh kegagalan berkampanye, dan pada umumnya mereka tidak percaya pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sehingga mereka tidak menggunakan hak pilihnya. II.19. Apakah Responden Sudah Mengetahui Visi Dan Misi Kandidat Tersebut ? Tabel .2.19. Jawaban Responden Apakah Mengetahui Visi Dan Misi Kandidat No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Ya 24 24.74 2 Tidak 73 75.26 Jumlah 97 100 Sumber: Kuisioner 2013 Universitas Sumatera Utara Mayoritas responden mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui visi dan misi dari calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Dengan demikian sangat sulit bagi masyarakat untuk menentukan pilihanya yang mengutamakan kemampuan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam program kerjanya jika masyarakat tersebut mayoritas tidak mengetahui visi dan misi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Sehingga wajar saja bagi masyarakat yang tidak mengetahui visi dan misi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lebih cenderung tidak menggunakan hak pilihnya di sebabkan oleh ketidak percayaan pada pemerintah. Namun ada juga responden yang mengetahui visi dan misi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Mengetahui visi dan misi pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sangat penting sebab dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan politiknya,khususnya bagi masyarakat yang mengutamakan kemampuan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah melalui program kerjanya dalam menentukan pilihan politiknya. Responden yang mengatakan mengetahui visi dan misi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pada umumnya mereka tidak menggunakan hak pilihnya di sebabkan ketidak percayaan terhadap pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Universitas Sumatera Utara II.20. Apakah Responden Percaya Terhadap Pasangan Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Dapat Membuat Perubahan Kearah Yang Lebih Baik ? Tabel .2.20. Jawaban Responden Apakah Percaya Terhadap Pasangan Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Dapat Membuat Perubahan Kearah Yang Lebih Baik No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Percaya 8 8.25 2 Kurang Percaya 4 4.12 3 Tidak Percaya 85 87.63 Jumlah 97 100 Sumber: Kuisioner 2013 Pada tabel 2.20 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja responden yang percaya pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat membawa perubahan yang lebih baik. Sisanya mereka kurang percaya bahkan tidak percaya terhadap pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut. Kepercayaan responden terhadap pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat membawa perubahan yang lebih baik, bisa saja lebih di sebabkan oleh pertimbangan oleh pertimbangan rasional terhadap visi dan misi maupun “ track record “ pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah . Sehingga wajar saja jika mayoritas responden yang tidak menggunakan hak pilihnya lebih di pengaruhi oleh ketidak percayaan pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sedangkan alasan masyarakat yang kurang percaya terhadap visi dan misi tersebut,lebih cenderung tidak menggunakan hak pilihnya disebabkan oleh ketidak percayaan terhadap pemerintah,tidak adanya pilihan dan berhalangan. Universitas Sumatera Utara II.21. Apakah Suku Dan Agama Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Mempengaruhi Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih ? Tabel .2.21. Jawaban Responden Apakah Suku Dan Agama Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Mempengaruhi Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Sangat Mempengaruhi 3 3.09 2 Mempengaruhi 3 3.09 3 Tidak Mempengaruhi 91 93.82 Jumlah 97 100 Sumber : Kuesioner 2013 Identitas budaya sangat sering sekali digunakan partai politik ataupun calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk menarik simpatisan dari para masyarakat,karena tidak dapat di pungkiri bahwa perilaku politik masyarakat Indonesia secara umum masih dipengaruhi oleh suku dan agama. Salah satu karakteristik pemilih adalah pemilih tradisional,pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya,nilai, asal-usul, faham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau calon kontestan 45 45 Firmansyah .Loc.Cit.Hal.149. . Namun, sepertinya masyarakat Kecamatan Bandar tidak termaksuk dalam karakteristik pemilih tradisional, sebab jika di lihat pada tabel 2.21 yang menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan suku dan agama calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak mempengaruhi masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini membuktikan bahwa pada umumnya identitas budaya dari para calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak mempengaruhi masyarakat Kecamatan Bandar untuk tidak menggunakan hak pilihny ,namun lebih di pengaruhi oleh ketidakpercayaan pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Universitas Sumatera Utara B.7.Faktor Pilihan Rasionalitas Faktor ini menjelaskan bagaimana masyarakat membuat pilihan politiknyadalam menentukan keputusan untuk memilih atau tidak di tentukan dengan pertimbangan untung dan rugi ataupun pertimbangan rasional. Pemilih jenis ini tidak mementingkan ideologi atau berorientasi rendah terhadap ideologi terhadap suatu partai atau kontestan,melainkan lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerja atau platformnya,hal yang terpenting bagi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan,dari pada faham dan nilai partai atau kontestan 46 II.22. Apakah Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Mempergunakan Politik Uang Agar Memilih Mereka? . Tabel .2.22. Jawaban Responden Apakah Ada Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Mempergunakan Politik Uang Agar Memilih Mereka No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Ada 15 15.46 2 Tidak Ada 82 84.54 Jumlah 97 100 Sumber: Kuesioner 2013 Politik uang yang dilakukan untuk memperoleh simpatisan dari masyarakat dapat berupa pemberian uang kepada masyarakat untuk mengikuti kampanye dan pada hari pemungutan suara,pemberian bahan pokok,serta pemberian kain sarung dan jilbab. Sebagaimana kita ketahui politik uang adalah tidak baik,maka untuk mengatasinya sebaiknya dilakukan pengawasan. 46 Firmanzah.Loc.Cit.Hal.143. Universitas Sumatera Utara Pada tabel 2.22. dapat di lihat bahwa hanya sedikit saja responden yang menyatakan bahwa ada calon yang menggunakan politik uang agar memilih mereka,tetapi ada juga masyarakat yang menolak pemberian tersebut. Hal ini menarik,bahwa masyarakat sudah mulai pintar,menerima pemberian dari calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tetapi tetap saja tidak memilih calon Kepala Kaerah dan Wakil Wepala Daerah tersebut. Sekaligus membuktikan bahwa masyarakat masih berfikir rasional,sebab politik uang yang di lakukan oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut untuk menarik simpatisan yang sebesar-besarnya adalah tidak benar,tidak hanya itu saja lebih separuh dari mereka beralasan tidak menggunakan hak pilihnya karena ketidak percayaan terhadap calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pada umumnya responden merngatakan tidak ada calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang menggunakan politik uang agar memilih mereka, keputusan untuk tidak memilih bukan disebabkan oleh tidak adanya imbalan ataupun politik uang dari pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah melainkan karena dipengaruhi oleh ketidak percayaan terhadap pemerintah maupun terhadap pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. II.23. Apakah Tingkat Perekonomian Mempengaruhi Responden Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih ? Tabel .2.23. Jawaban Responden Apakah Tingkat Perekonomian Mempengaruhi Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Sangat Mempengaruhi 10 10.31 2 Mempengaruhi 15 15.46 3 Tidak Mempengaruhi 72 74.23 Jumlah 97 100 Sumber: Kuesioner 2013 Universitas Sumatera Utara Pada umumnya responden menyatakan bahwa tingkat perekonomian mereka tidak mempengaruhi mereka untuk tidak mempergunakan hak pilihnya. Namun yang mempengaruhi mereka tidak menggunakan hak pilih adalah ketidak percayaan pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Hal ini berarti bahwa pada umumnya tingkat perekonomian masyarakat Kecamatan Bandar tidak mempengaruhi untuk tidak menggunakan hak pilihnya,hanya beberapa responden saja yang menyatakan tingkat perekonomian mereka mempengaruhi bahkan sangat mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Sehingga wajar saja pada umumnya mereka tidak memilih karena tidak mengutamakan urusan pekerjaan serta dipengaruhi oleh ketidak percayaan terhadap pemerintah. II.24. Apakah Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sudah Memperjuangkan Kepentingan Umum ? Tabel .2.24. Jawaban Reponden Apakah Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sudah Memperjuangkan Kepentingan Umum No Jawaban Responden Jumlah Persentase 1 Sudah 11 11.34 2 Belum 52 53.61 3 Tidak Tahu 34 35.05 Jumlah 97 100 Sumber: Kuesioner 2013 Tabel 2.24.menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja responden yang mengatakan kepentingan umum.Walaupun demikian mereka tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya,sebab ada anggapan bahwa calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah belum pantas menduduki jabatan tertinggi di kota medan dan minimnya informasi mengenai pemilihan umum calon Kepala Daerah dan Universitas Sumatera Utara Wakil Kepala Daerah menyebabkan mereka tidak memilih,sedangkan lebih dari separuh responden mengatakan bahwa calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum memperjuangkan kepentingan umum,dan belum berhasil menunjukkan peranya sesuai dengan harapan masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa siapapun yang menang dalam pemilu pasti akan memperjuangkan kepentingan pribadi atau kelompok dan bukan memperjuangkan kepentingan umum, hal inilah yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya . Berbeda halnya dengan masyarakat yang tidak mengetahui kinerja para calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah,umumnya mereka tidak menggunakan hak pilihnya lebih di pengaruhi oleh ketidakpercayaan pada pemerintah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum memperjuangkan kepentingan umum,sehingga kinerja calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sangat mempengaruhi masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilihnya. C. Alasan Responden Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 II.25. Mengapa Responden Tidak Menggunakan Hak Pilihnya ? Tabel .2.25 Jawaban Responden Mengapa Tidak Menggunakan Hak Pilihnya No Jawaban Responden Jumlah Peresntase 1 Tidak Percaya Dengan Kandidat 27 27.83 2 Tidak Percaya Dengan Pemerintah 20 20.62 3 Lebih Mementingkan Urusan Pekerjaan 19 19.59 4 Berhalangan 14 14.43 5 Tidak Ada Pilihan 9 9.28 6 Kurang Informasi 8 8.25 Jumlah 97 100 Sumber : kuesioner 2013 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 2.25 menunjkkan alasan responden tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,diantaranya adalah karena alasan tidak percaya dengan kandidat atau calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,sebab dalam mars pemilu juga menganjurkan untuk memilih yang dapat di percaya 47 Ketidakpercayaan terhadap pemerintah menjadi alasan sebagian responden untuk tidak menggunakan hak pilihnya,yang lebih dipengaruhi oleh “track record” pemerintah pusat bahkan sampai pemerintah daerah seperti praktik - praktik korupsi,kolusi dan nepotisme serta buruknya birokrasi yang dilakukan oleh pemerintah dan terlebih lagi pemerintah dianggap tidak mempunyai pengaruh,terutama pengaruh baik terhadap kehidupan seseorang,bahkan ada . Masyarakat sudah merasa bosan dan lelah dengan janji-janji kampanye yang tidak pernah di tepati. Ada anggapan yang berkembang di tengah masyarakat ,bahwa kandidat yang memenangkan pemilu akan mendapat pekerjaan pemerintah serta kekuasaan untuk membuat kebijakan yang lebih mementingkan kepentingan pribadi maupun kelompoknya dan tidak berorientasi pada kepentingan umum. Disamping itu ada responden yang menyatakan bahwa dia mersa dilema terhadap pilihanya, disatu sisi menurutnya calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah harus seakidah dan seiman denganya akan tetapi disisi lain dia tidak mempercayai calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik, sehingga responden memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tahun 2013 yang lalu. 47 Efendy.Loc.Cit.Hal .1. Universitas Sumatera Utara responden menyatakan bahwa dia tidak percaya dengan anggota pemerintahan , menurutnya pemerintahan akan lebih baik jika eksekutif dan legislatif saling melakukan check and balances . Namun ada juga responden yang mementingkan urusan pekerjaan, yaitu kehilingan penghasilan perharinya, dengan latar belakang sulitnya perekonomian khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah membuktikan keputusan tidak memilih menjadi pilihan yang rasional dengan mengkalkulasikan untung dan rugi, sehingga masyarakat lebih mementingkan urusan pekerjaan. Selain itu juga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada responden yang berhalangan pada hari pemilihan dilaksanakan, misalnya sakit, keluar kota, dan lain sebagainya sehingga mereka mereka tidak menggunakan hak pilihnya. Kurangnya informasi mengenai pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara,serta tidak adanya pilihan yang cocok sesui dengan yang diinginkannya menyebabkan beberapa responden untuk menggunakan hak pilihnya. Tabel 2.25 menunjukkan alasan masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya,di mana mayoritas responden tidak memilih karena ketidakpercayaan pada calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, di ikuti ketidakpercayaan pada pemerintah, lebih mementingkan pekerjaan,berhalangan,tidak ada pilihan dan kurang informasi. Hal ini bukan berarti ketidakpercayaan pada calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagai faktor ketidakpercayaan pada pemerintahlah yang paling mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap politik,sebab pemerintah merupakan pembuat Universitas Sumatera Utara kebijakan politik, sehingga akibatnya adalah apapun program kerja calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mendapat tanggapan negatif dari masyarakat. Hal inilah yang mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya, sikap tidak puas,kecewa dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan calon kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat menimbulkan penolakan terhadap pemilihan umum dengan tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat kabupaten Simalungun khususnya masyarakat kecamatan Bandar cukup cerdas, dalam pengertian mampu menilai kinerja,kepribadian dan kemampuan para pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah maupun pemerintah. Sekali lagi penelitian ini bukanlah mencari benar atau salahnya tindakan tidak memilih ,setuju atau tidak setuju pada tindakan tidak memilih tetapi hanya sebtas mencaritahu apa penyebab masyarakat tidak memilih pada pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 yang lalu. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP