pemeriksaan secara makroskopis maupun histopatologis Gambar 2.3.. Pada kasus yang tidak tertangani dengan baik, perforasi akan terjadi. Bila tekanan
lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau keabuan ataupun merah
kehitaman Carr, 2000.
Gambar 2.3. Makroskopis apendisitis akut gangrenosa. Panjang apendiks 75 mm dan membengkak oleh karena edema. Tampak gambaran kehitaman pada
apendiks disertai dengan eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa Carr, 2000
2.5 Diagnosis Apendisitis Akut
2.5.1 Anamnesis
Diagnosis apendisitis akut tergantung dari riwayat penyakit yang detail dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Kompleksitas diagnosis terletak pada
bervariasinya gejala yang muncul Ahmad, dkk., 2011; Chong, dkk., 2010. Kesulitan ini akan muncul terutama pada anak kecil, sedangkan pada usia lanjut
dapat berupa nyeri abdomen yang samar dan bahkan tanpa rasa nyeri. Seringkali
keterlambatan dalam mendiagnosis mencapai 72 jam apabila dihubungkan dengan penderita usia lanjut Shafi, dkk., 2011.
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada apendisitis akut. Nyeri progresif ini bermula sebagai nyeri kolik yang dirasakan pada bagian
periumbilikus disertai rasa mual dan muntah, dan kemudian bermigrasi serta menetap di fossa iliaka kanan dalam 24 jam pertama. Nyeri ditemukan pada lebih
dari 95 pasien dengan apendisitis akut. Seringkali nyeri ini tidak dirasakan di fossa iliaka kanan, akan tetapi dapat terjadi pada lokasi yang berbeda, contoh
apendiks retrosekal, kehamilan, pelvik dan lain-lain. Nyeri abdomen tersebut akan bertambah bila pasien bergerak, batuk atau bersin. Anoreksia sering merupakan
fitur yang predominan, diikuti dengan rasa mual dan bahkan muntah Petroianu, 2012; Froggatt dan Harmston, 2011; Hung, dkk., 2012; Lewis, dkk., 1975;
Prystowsky, 2005. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami gejala demam.
Demam ini dikarateristikkan sebagai demam yang tidak terlalu tinggi 38ºC. Kejadian perforasi patut diwaspadai apabila demam melampaui 38,3ºC
Prystowsky, 2005; Petroianu, 2012. Gejala klasik apendisitis akut ini terdapat pada setengah sampai dua
pertiga penderita. Kegagalan dalam mengenali gejala dan tanda apendisitis akut akan membuat penatalaksanaan tertunda dan meningkatkan angka morbiditas
Prystowsky, 2005.
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan abdomen akan ditemukan nyeri tekan pada fossa iliaka kanan. Hal ini terdapat pada 95 pasien dengan apendisitis akut. Penekanan
maksimal dilakukan pada titik McBurney, yaitu titik sepertiga lateral dari garis khayal yang menghubungkan Spina iliaka anterior superior kanan dengan
umbilikus. Nyeri tekan lepas rebound tenderness tidak dianjurkan dilakukan apabila gejala nyeri sudah jelas karena akan membuat pasien tidak nyaman
Petroianu, 2012. Adanya rigiditas otot juga merupakan tanda yang bermakna untuk
apendisitis akut. Hal ini dikarenakan rangsangan peritoneal akibat apendisitis yang berlanjut sampai ke peritoneum parietalis dan merupakan hal yang sangat
penting sebagai indikasi operasi. Nyeri ketok, rigiditas otot dan nyeri tekan lepas merupakan tanda klinis yang paling dapat diandalkan terutama dalam
mendiagnosis apendisitis akut Shelton, dkk., 2003; Humes dan Simpson, 2006. Selain pemeriksaan tersebut, dapat juga dilakukan pemeriksaan lain seperti
tanda Blumberg, Rovsing, Psoasstretch dan Obturator. Pemeriksaan ini terdapat pada kurang dari 10 pasien dengan apendisitis akut Humes dan Simpson,
2006. Nyeri pada pemeriksaan rektal dan vagina dapat ditemukan, bahkan tidak
jarang normal. Kegunaan pemeriksaan ini masih dipertanyakan. Pemeriksaan yang berulang terutama pada anak-anak sangatlah menyiksa dan menyediakan
sedikit informasi sebagai diagnostik. Pemeriksaan ini hanya dilakukan apabila kecurigaan apendisitis yang terletak di retrosekal atau pelvik Petroianu, 2012.
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang