diestimasi  terjadi  multikolinearitas.  Dari  hasil  analisis  regresi  antara Pasar  Cepogo  Kabupaten  Boyolali  dengan  Pasar  Legi  Kota  Surakarta
diperoleh  nilai Pearson  Correlation    0,8  dan  nilai  Eigenvalue Colinearity diagnostik tidak mendekati nol. Hal ini berarti bahwa antar
variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.
5. Uji Heteroskedastisitas
Untuk  mengetahui  ada  tidaknya  heteroskedastisitas  dapat  diketahui melalui metode grafik, yaitu dengan melihat diagram pencar scatterplot
dan  dengan  menggunakan  Uji  Park.  Dari  diagram scatterplot  dapat terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola
yang teratur Dapat dilihat pada lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan
pengganggu mempunyai
varian yang
sama homoskedastisitas.  Dari  hasil  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak
terjadi  heteroskedastisitas.  Sedangkan  dari  Uji  Park  diketahui  nilai signifikansi  dari  ketiga  variabel  lebih  besar  dari  0,005,  sehingga  dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
6. Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  dilakukan  dengan  melihat  nilai  Durbin  Watson. Dari hasil analisis memberikan nilai Durbin Watson sebesar 2,338. Nilai
tersebut  kemudian  dibandingkan  dengan  nilai  d  pada  tingkat   =  5
didapatkan nilai du =1,65, sehingga diperoleh du  d  4-du 1,65  2,338  2,35 maka dapat simpulkan bahwa tidak ada autokorelasi
baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif. Dengan  tidak  terjadinya  multikolinearitas,  heteroskedastisitas,  dan
autokorelasi,  maka  persamaan  regresi  yang  dihasilkan  telah  memenuhi asumsi  klasik  sehingga  koefisien  regresi  yang  dihasilkan  merupakan
pemerkira yang terbaik, linier, dan tidak bias.
7. Analisis Keterpaduan Pasar
Dari hasil analisis, maka didapatkan persamaan sebagai berikut : P
t
= 0,330 P
t-1
+ 0,510 P
t
– P
t-1
+ 0,275 P
t-1
Hasil regresi antara Pasar Cepogo dengan Pasar Legi tersebut dapat digunakan  untuk  tingkat  keterpaduan  pasar  dengan  melihat  nilai  IMC
Indeks  Market  of  Connection.  Tingkat  keterpaduan  pasar  dapat  diukur dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:
IMC = 3
1 b
b Keterangan:
b
1
= Koefisien regresi P
t-1
b
3
= Koefisien regresi P
t-1
Dari  perbandingan  nilai  koefisien  regresi  variabel  harga  kubis di  Pasar  Cepogo  pada  bulan  t-1  dengan  nilai  koefisien  regresi  variabel
harga  kubis  di  pasar  Legi  pada  bulan  t-1  dapat  diketahui  nilai  IMC sebesar  1,2.  Menurut  Timmer  1987  dalam  Setyowati  2005,  IMC
dengan  nilai  kurang  dari  satu  menunjukkan    tingkat  keterpaduan  pasar dalam  jangka  pendek  yang  tinggi.  Nilai  IMC  yang  diperoleh  dalam
penelitian  ini  lebih  besar  dari  satu  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa tingkat  keterpaduan  pasar  jangka  pendek  komoditas  kubis  antara  Pasar
Cepogo  dengan  Pasar  Legi  rendah  atau  perubahan  harga  yang  terbentuk di Pasar Legi hanya sedikit yang ditransmisikan ke Pasar Cepogo.
C. Pembahasan
Kubis  merupakan  jenis  komoditas  sayuran  utama  yang  dihasilkan  di Kabupaten  Boyolali.  Kubis  dibudidayakan  di  dataran  tinggi,  dan  di
Kabupaten  Boyolali  terdapat  4  kecamatan  penghasil  kubis  yaitu  Selo, Cepogo, Ampel dan Musuk yang juga berada pada ketinggian 1.000-2000 m
dpl.  Kubis merupakan  tanaman  monokultur  yang cocok  ditanam  di  dataran tinggi.  Jenis  kubis  yang  umum  dijual  adalah  kubis  putih.  Kebanyakan
konsumen  memanfaatkan kubis sebagai sayur dalam  berbagai masakan dan juga sebagai lalapan. Sebagaimana sifat produk pertanian, kubis merupakan