Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

7. Analisis Keterpaduan Pasar

Dari hasil analisis, maka didapatkan persamaan sebagai berikut : P t = 0,330 P t-1 + 0,510 P t – P t-1 + 0,275 P t-1 Hasil regresi antara Pasar Cepogo dengan Pasar Legi tersebut dapat digunakan untuk tingkat keterpaduan pasar dengan melihat nilai IMC Indeks Market of Connection. Tingkat keterpaduan pasar dapat diukur dengan menggunakan perumusan sebagai berikut: IMC = 3 1 b b Keterangan: b 1 = Koefisien regresi P t-1 b 3 = Koefisien regresi P t-1 Dari perbandingan nilai koefisien regresi variabel harga kubis di Pasar Cepogo pada bulan t-1 dengan nilai koefisien regresi variabel harga kubis di pasar Legi pada bulan t-1 dapat diketahui nilai IMC sebesar 1,2. Menurut Timmer 1987 dalam Setyowati 2005, IMC dengan nilai kurang dari satu menunjukkan tingkat keterpaduan pasar dalam jangka pendek yang tinggi. Nilai IMC yang diperoleh dalam penelitian ini lebih besar dari satu sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keterpaduan pasar jangka pendek komoditas kubis antara Pasar Cepogo dengan Pasar Legi rendah atau perubahan harga yang terbentuk di Pasar Legi hanya sedikit yang ditransmisikan ke Pasar Cepogo.

C. Pembahasan

Kubis merupakan jenis komoditas sayuran utama yang dihasilkan di Kabupaten Boyolali. Kubis dibudidayakan di dataran tinggi, dan di Kabupaten Boyolali terdapat 4 kecamatan penghasil kubis yaitu Selo, Cepogo, Ampel dan Musuk yang juga berada pada ketinggian 1.000-2000 m dpl. Kubis merupakan tanaman monokultur yang cocok ditanam di dataran tinggi. Jenis kubis yang umum dijual adalah kubis putih. Kebanyakan konsumen memanfaatkan kubis sebagai sayur dalam berbagai masakan dan juga sebagai lalapan. Sebagaimana sifat produk pertanian, kubis merupakan jenis sayuran yang kurang tahan lama. Dan jika terlalu lama disimpan maka kubis akan membusuk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa harga komoditas kubis mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan jumlah permintaan dan penawaran setiap bulannya. Antara permintaan dan penawaran saling terkait satu sama lain karena harga yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran sehingga dapat terjadi keseimbangan pasar. Harga yang terjadi diantara Pasar Cepogo dan Pasar Legi cukup berfluktuasi, kadangkala terjadi peningkatan harga dan kadangkala terjadi penurunn harga. Menurut Sudiyono 2002, pada umumnya kenaikan harga komoditas pertanian akan meningkatkan jumlah penawaran dan mengurangi jumlah permintaan. Kenaikan harga produk pertanian dan penurunan harga produk pertanian kompetitor memberikan insentif bagi petani produsen untuk meningkatkan produksinya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa harga kubis turun ketika terjadi panen. Akan tetapi harga akan melambung tinggi ketika ketersediaan kubis relatif sedikit. Penyebab ketersediaan kubis yang relatif sedikit tersebut dikarenakan adanya pola tanam kubis secara monokultur. Sehingga pada saat panen serentak produksi kubis tinggi tetapi pada saat tidak musim panen produksi kubis akan menurun. Petani kubis di Kabupaten Boyolali biasanya menanam kubis antara akhir musim penghujan dan awal musim kemarau sekitar bulan Januari-Mei. Karena jika kubis ditanam pada musim hujan produksinya akan menurun dan banyak kubis yang busuk terkena penyakit maupun karena tanah jenuh air. Pada Tabel 26 dapat terlihat bahwa pada bulan Januari 2007 luas tanam kubis di Boyolali mencapai 873 Hektar, pada bulan Mei 2007 luas panen kubis masih mencapai 282 Hektar. Sedangkan pada bulan Oktober dan November 2007 yang merupakan musim penghujan, luas tanam kubis hanya mencapai 32 hektar pada bulan Oktober dan tidak ada tanam pada bulan November. Akibatnya dapat dilihat pada Tabel 25. yaitu pada bulan Oktober