54
ternyata tidak mengalami delisting. Namun demikian penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam hal periode yang digunakan untuk memprediksi hanya 2
tahun, sehingga kondisi tersebut belum mampu untuk memprediksi kondisi kesulitan keuangan pada periode selanjutnya atau periode prediksi. Penelitian ini
mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widarjo dan Setiawan 2009.
3. Kemampuan Variabel Quick Ratio dalam Memprediksi Kondisi Financial
Distress Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Rumusan hipotesis alternatif ketiga adalah “Quick ratio berpengaruh negatif
terhadap kondisi financial distress perusahaan”. Hasil uji diperoleh nilai
signifikansi 0,351 lebih besar dari 0,05 yang berarti quick ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Variabel quick ratio mengukur perbandingan aset lancar yang dikurangi persediaan terhadap hutang lancar. Hal ini disebabkan karena persediaan
merupakan unsur aset lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga sehingga menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi, jadi quick
ratio menunjukkan kemampuan aset lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar perusahaan. Hal ini berarti perusahaan yang memiliki quick ratio
yang tinggi maka perusahaan tersebut lebih likuid, yang berarti perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya dan mampu membiayai
operasional perusahaan. Variabel quick ratio dalam penelitian ini tidak
55
berpengaruh atau tidak mampu memprediksi kondisi financial distress. Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa ternyata ada beberapa
perusahaan yang memiliki quick ratio yang tinggi akan tetapi perusahaan tersebut mengalami delisting, sedang perusahaan yang dianggap memiliki quick ratio kecil
pada periode berikutnya ternyata tidak mengalami delisting. Namun demikian penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam hal periode yang digunakan
untuk memprediksi hanya 2 tahun, sehingga kondisi tersebut belum mampu untuk memprediksi kondisi kesulitan keuangan pada periode selanjutnya atau periode
prediksi. Penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi 2003.
4. Kemampuan Variabel Return on Total Asset dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Rumusan hipotesis alternatif keempat adalah “Return on total asset
berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan ”. Hasil uji
diperoleh nilai signifikansi 0,028 lebih kecil dari 0,05 yang berarti return on total asset berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Return on total asset yang tinggi menunjukkan perusahaan mampu menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan yang
dilakukan oleh perusahaan, sehingga semakin efektif dan efisien pengelolaan aktiva perusahaan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan. Return
on total asset yang rendah menandakan kemungkinan perusahaan akan