Penilaian Kinerja Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan

Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Dimetode ini penyusunan anggaran penjualan ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran penjualan dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang dihitung secara ilmiah atau berdasarkan tahun-tahun sebelumnya. Selisih antara anggaran dengan realisasinya dapat dipecahkan kedalam selisih menguntungkan favorable variance dan selisih merugikan unfavorable variance . Selisih yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya dilaporkan kepada manajemen melalui sistem pelaporan kinerja.

D. Penilaian Kinerja

Menurut Sukarno 2002 : 207 “Penilaian kinerja adalah kegiatan untuk menilai kesuksesan atau kegagalan suatu pusat pertanggungjawaban atau unit kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya”. Sedangkan Mulyadi 2001 : 353 mengatakan “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Meskipun beberapa perusahaan menganggap kinerja divisi ekuivalen dengan kinerja manajernya, terdapat alasan yang kuat untuk membedakan keduanya. Sering kali divisi berkaitan dengan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajer. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengaitkan kompensasi manajerial dengan faktor-faktor yang berada dalam kendali manajer. Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Ukuran kinerja yang baik bersifat komprehensif dan meliputi ukuran- ukuran finansial dan non-finansial. Oleh karena itu ukuran kinerja sebaiknya samryn 2001 : 262 : 1. Relevan dengan sasaran atau target perusahaan. 2. Dapat diperngaruhi oleh tindakan para manajer. 3. Objektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. 4. Dapat dimengerti oleh manajer. 5. mencakup aspek-aspek penting dari kinerja tanpa menimbulkan konflik dengan pihak lain. 6. dapat digunakan untuk menilai dan memberikan penghargaan kepada para manajer. 7. dapar digunakan secara reguler dan berkelanjutan. 8. memperhatikan keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek. Manfat penilaian kinerja antara lain : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. mengidentifikasikan kebutuhan, pelatihan, dan pengembangan karyawan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. menyediakan suatu standar dasar bagi distribusi penghargaan. Dalam menilai kinerja terdapat beberapa ukuran yaitu : 1. Ukuran Tunggal Dimana kinerja diukur hanya dengan menggunakan satu ukuran. Penggunaan kriteria ini dapat menyebabkan manajer hanya berusaha Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 mencapai kriteria yang ditetapkan dan tidak memperhitungkan kriteria lainnya. 2. Kriteria Beragam Penilaian kinerja menggunakan beberapa ukuran antara lain profitabilitas, produktifitas, dan pangsa pasar. 3. Ukuran Gabungan Yaitu dengan menghitung bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran kinerja manajer. Telah disebutkan sebelumnya prestasi manajer pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang dicapainya, sedangkan biaya yang menjadi tanggung jawabnya hanyalah biaya yang dapat dikendalikan langsung oleh pusat pendapatan. Penilaian prestasi manajer tersebut dilakukan dengan cara membandingkan anggaran pendapatan dengan realisasinya. Selisih antara anggaran pendapatan dengan realisasinya dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut. Selisih tersebut antara lain disebabkan oleh selisih harga jual, selisih volume penjualan, selisih komposisi penjualan, selisih volume penjualan final, dan selisih pasar industri, dan selisih pangsa pasar. Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Gambar 2.3 : Skema Analisis Selisih Pendapatan Sumber : R.A. Supriono, Akuntansi Manajemen 2 : StrukturPengendalian Manajemen, Yogyakarta BPFE-Yogyakarta, 2001, Hal 47 Departemen pemasaran pada suatu divisi atau suatu perusahaan pada umumnya dipandang sebagai pusat pendapatan sehingga manajernya mempunyai tanggung jawab utama untuk mencapai anggaran pendapatan atau penjualan yang dianggarkan. Namun jika pengukuran prestasi manajer pemasaran hanya didasarkan pada pendapatan saja dapat menyebabkan manajer yang bersangkutan menjual dengan harga murah untuk menaikkan penjualan sehingga hal ini akan menyebabkan naiknya penjualan namun tidak diikuti dengan kenaikan laba secara proporsional. Selisih Volume Penjualan Final Rp. 25.000,00 Selisih Komposisi Penjualan Rp. 15.000,00 Selisih Volume Penjualan Rp. 10.000,00 Selisih Harga Jual Rp. 6.000,00 Selisih Pendapatan Penjualan Rp. 16.000,00 Pendapatan Penjualan Sesungguhnya Rp. 516.000,00 Anggaran Pendapatan Penjualan Rp. 500.000,00 Selisih Pangsa Pasar Rp. 5.000,00 Selisih Pasar Industri Rp. 20.000,00 Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Sehingga timbul pandangan yang lebih luas dalam menilai prestasi manajer pemasaran, yaitu dengan melihat kemampuan manajer pemasaran dalam menghasilkan laba bruto dan bekerja dalam batas anggaran biaya pemasaran yang telah ditentukan. Penilaian prestasi manajer pemasaran menggunakan laba bruto dipengaruhi oleh harga pokok yang digunakan, yaitu : 1. Konsep Biaya Penuh Prestasi manajer pemasaran dianalisis kemampuannya untuk menghasilkan laba bruto sehingga ditentukan besarnya selisih laba bruto. Laba bruto adalah selisih antara pendapatan penjualan dikurangi harga pokok penjualan. 2. Konsep Biaya Variabel Prestasi manajer pemasaran dianalisis kemampuannya untuk menghasilkan laba kontribusi bruto sehingga ditentukan besarnya selisih kontribusi bruto. Kontribusi bruto adalah selisih antara pendapatan penjualan dikurangi harga pokok penjualan variabel. Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Tabel 2.2 : Anggaran Laba Bruto PT. BENTARA KASIH Keterangan Produk A Produk B Jumlah Penjualan 1000 x Rp. 200 1000 x Rp. 300 HPP Standar 1000 x Rp. 130 1000 x Rp. 220 Laba Bruto 1000 x Rp. 70 1000 x Rp. 80 Rp. 200.000 Rp. 130.000 Rp. 70.000 Rp. 300.000 Rp. 220.000 Rp. 80.000 Rp. 500.000 Rp. 350.000 Rp. 150.000 Tabel 2.3 : Laba Bruto Sesungguhnya PT. BENTARA KASIH Keterangan Produk A Produk B Jumlah Penjualan 1200 x Rp. 190 900 x Rp. 320 HPP Standar 1200 x Rp. 130 900 x Rp. 220 Laba Bruto 1200 x Rp. 60 900 x Rp. 100 Rp. 228.000 Rp. 156.000 Rp. 72.000 Rp. 288.000 Rp. 198.000 Rp. 90.000 Rp. 516.000 Rp. 354.000 Rp. 162.000 Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Dari data diatas dapat dihitung laba bruto PT. BENTARA KASIH Selisih Laba Bruto = Laba Bruto yang Dianggarkan – Laba Bruto Sesungguhnya = Rp. 150.000 – Rp. 162.000 = Rp. 12.000 Laba Total selisih laba bruto suatu dalam suatu departemen pemasaran dalam suatu organsasi dapat dianalisis lebih lanjut kedalam : 1. Selisih Laba Bruto Per Unit. Selisih ini timbul karena perbedaan antara laba bruto per unit yang dianggarkan dengan laba bruto per unit yang sesungguhnya. Selisih Laba Bruto Per Unit = KS LBA – LBS KS : Kuantitas atau volume penjualan sesungguhnya LBA : Laba bruto per unit yang dianggarkan LBS : Laba bruto per unit yang sesungguhnya 2. Selisih Volume Laba Bruto. Selisih ini disebabkan karena adanya perbedaan antara volume penjualan dianggarkan dengan volume penjualan sesungguhnya. Selisi ini disebut juga selisih volume bersih. Selisih Volume Laba Bruto = KA –KS LBA KS : Kuantitas atau volume penjualan sesungguhnya KA : Kuantitas atau volume penjualan yang dianggarkan LBA : Laba bruto per unit yang dianggarkan 3. Selisih Komposisi Laba Bruto. Hade Hambrata : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Selisih ini timbul karena jenis produk tertentu menghasilkan laba bruto per unit yang lebih besar dibandingkan dengan jenis produk yang lain dan komposisi produk yang sesungguhnya pada berbagai laba bruto per unit berbeda dengan komposisi yang dianggarkan. Selisih Komposisi Laba Bruto = KAJ – KSJ LBA KSJ : Kuantitas penjualan sesungguhnya untuk setiap jenis produk yang dijual KAJ : Kuantitas penjualan yang dianggarkan untuk setiap jenis produk yang dijual LBA : Laba bruto per unit yang dianggarkanuntuk setiap jenis produk

E. Pelaporan Kinerja