Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
menggambarkan derajat keterbukaan ekonomi Indonesia. Pada saat ini total nilai ekspor dan impor bila dibandingkan dengan PDB telah mencapai sekitar 55 yang berarti memiliki
keterbukaan yang cukup tinggi. Strategi mendorong ekspor bisa diterima sebagai kebijakan jangka panjang yang baik untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi secara lebih
cepat. Dilain pihak impor juga merupakan komponen penting dalam pengeluaran agregat
terutama import barang modal dan bahan baku untuk mendukung produksi di dalam negeri. Untuk itu komposisi impor juga merupakan faktor penting untuk melihat peranan impor
untuk mendorong pertumbuhan atau malah membebankan pertumbuhan karena sifatnya yang konsumtif saja. Pengalaman selama ini terutama sejak krisis ekonomi impor kita juga
didorong oleh barang-barang untuk kebutuhan konsumsi dan kurang berkembang impor barang-barang modal. Dari gambaran tersebut juga menunjukkan corak keterbukaan untuk
pertumbuhan ekonomi domestik. Ekspor merupakan instrument penting bagi mendorong pertumbuhan jangka panjang,
karena sekaligus akan merupakan instrument memperbaiki daya saing produk-produk dalam negeri. Apabila peningkatan ekspor juga diikuti oleh pengaturan insentif pemasukan devisa
maka akan sangat penting artinya bagi pemeliharaan stabilitas nilai tukar dan neraca pembayaran. Dimensi lain yang tidak kalah pentingnya adalah ekspor jasa yang lebih terarah
akan sangat membantu perolehan devisa secara lebih baik. Usaha penempatan tenaga kerja di luar negeri kita masih terlalu rendah, karena lemahnya dukungan institusi penunjang di dalam
negeri yang belum dapat di tata secara memadai dengan tuntutan pasar internasional.
4.1.2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Indonesia
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Kondisi perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan mengalami perkembangan yang cukup menarik. Pada awal tahun 1960, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2 per
tahun dan pada peride tahun 1984-1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan di atas 6 per tahun. Dalam tahun 19881989, Neraca Pembayaran Internasional
menunjukkan perkembangan yang cukup mantap. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya ekspor non migas dan terutama pada barang-barang manufaktur.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 13,1. Hai ini terlihat pada posisi
neraca transaksi berjalan yang selalu defisit dari tahun ke tahun. Disamping itu, kondisi makroekonomi Indonesia juga semakin kacau dengan meningkatnya inflasi yang
menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia, lemahnya posisi sektor riil dan ;ain-lain. Sehingga keadaan perekonomian Indonesia semakin parah.
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi perekonomian Indonesia berangsur membaik. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia menekan laju inflasi pada
tahun 1998 sebesar 77,6 melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI. Pada saat itu diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan terserap oleh bank-bank umum akibat dari tingkat
suku bunga perbankan yang juga ikut naik. Sehingga pada tahun 1999 inflasi mulai dapat di kendalikan dan PDB Indonesia tumbuhsebesar 0,8.
Sedangkan perekonomian makro Indonesia di tahun 2002 tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi global yang masih ditandai oleh melemahnya perekonomian di
negara-negara besar seperti: Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dengan adanya permasalahan struktural, secara keseluruhan selama tahun 2002 perekonomian Indonesia
hanya mampu tumbuh sebesar 4,2 dan masih bertumpu pada konsumsi, sementara peranan investasi dan ekspor dalam mendorong pertumbuhan masih terbatas. Terbatasnya investasi
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
sebagai motor penggerak utama tersebut disebabkan masih ada berbagai masalah dasar di sektor riil, masih tinggi resiko dan ketidakpastian dalam perekonomian, serta pembiayaan
investasi akibat belum pulihnya intermediasi perbankan, meningkatnya persaingan di Asia dalam menarik minat investasi asing dan mulai menurunnya daya saing Indonesia berakibat
memperburuk kinerja ekspor. Kemudian pada tahun 2003 sampai tahun 2008, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,5.
4.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia