Perumusan Masalah Hipotesis Penelitian Sebelumnya

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini lebih meyakinkan kita akan bertambah pentingnya peranan perdagangan internasional dalam masa mendatangdemi kepentingan ekonomi nasional. Dalam hal ini, hubungan ekonomi internasional dalam suatu negara ditunjukkan oleh kegiatan perdagangan perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor impor sebagai salah satu komponen penting dalam hubungan ekonomi luar negeri. Ekspor akan memperluas pasar barang buatan dalam negeri dan ini memungkinkan perusahaan- perusahaan dalam negeri mengembangkan kegiatannya. Impor juga dapet memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi karena industri-industrinya dapat mengimpor mesin-mesin dan bahan mentah yang diperlukannya. Di Indonesia jenis barang yang sering diperdagangkan ke luar negeri adalah barang migas dan non migas. Barang migas meliputi minyak dan gas, sedangkan barang non migas meliputi komoditi tradisional termasuk produk industri dan pariwisata. Indonesia dapat dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan ekspor, jika laju pertumbuhan ekspornya rata-rata pertahun tinggi dan komposisi ekspornya tidak lagi hanya didominasi oleh komoditas-komoditas pertanian dan pertambangan termasuk migas, serta produk-produk ekspor Indonesia sudah memasuki pasar dunia. Berdasarkan uraian di atas, peranan ekspor bagi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi bagi pertumbuhan ekspor di Indonesia menarik untuk di teliti. Untuk itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berapa besar keterbukaan ekonomi Indonesia saat ini ? 2. Bagaimana pola atau arah hubungan kausalitas timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia ? 3. Bagaimana hubungan kointegrasi keseimbangan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 2. Terdapat hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan ekspor di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 3. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 4. Untuk mengetahui apakah keterbukaan ekonomi Indonesia sudah cukup mengglobal.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswamahasiswi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait. 4. Sebagai pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik yang sama yang sudah ada sebelumnya. BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output dari tahun ke tahun yang merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat Sukirno, 2003: 10. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut terdistribusi secara merata maka daerah-daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif dan akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto PDB. PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu domestik atau agregat. Perubahan nilai PDB akan menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. jasa yang dihasilkan selama peride tertentu. Selain PDB, dalam suatu negara juga dikenal ukuran PNB Produk Nasional Bruto serta Pendapatan Nasional National Income. Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode Rahardja, 2004: 118, yaitu : x 100 Dimana: G t = Pertumbuhan ekonomi periode t. PDBR t = Produk Domestik Bruto Riil periode t. PDBR t-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu perode sebelumnya. Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial : PDBR t = PDBR 1 + r t Di mana: PDBR t = PDBR periode t PDBR = PDBR periode awal r = tingkat pertumbuhan t = jarak periode Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional atau regional, maka ada tiga metode pendekatan yang dipakai : a Pendekatan Produksi Production Approach Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis Rahardja, 2004: 16 : NI = P 1 Q 1 + P 2 Q 2 + . . . + PnQn Dimana : NI = PDB Produk Domestik Bruto. P 1 , P 2 , . . . ,Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi. Q 1 , Q 2 , . . , Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi. Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda. b Pendekatan Pendapatan Income Approach Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan atau balas jasa setiap fakto-faktor produksi. Secara matematis Rahardja, 2004: 19 : Y = Yw + Yr + Yi + Yp Dimana : Y = Pendapatan nasional atau PDB. Yw = Pendapatan upahgaji. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Yr = Pendapatan sewa. Yi = Pendapatan bunga. Yp = Pendapatan laba atau profit. c Pendapatan Pengeluaran Consumption Approach Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis Rihardja, 2004: 20 : Y = C + I + G + X - M Dimana : Y = PDB Produk Domestik Bruto. C = Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi. I = Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi. G = Pengeluaran rumah tangga pemerintah. X – M = Ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri. Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya perhitungan ganda.

2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu: a Teori Jumlah Penduduk Optimal Optimal Population Theory Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini, berlakunya The Law of Diminishing Return TLDR menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian Rahardja, 2004: 127. Total Produksi Output Tenaga kerja Gambar 2.1 : Jumlah Penduduk Optimal Pada gambar 2.1, kurva TP 1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output fungsi produksi. Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk tenaga kerja yang terlihat dalam proses produksi adalah L 1 , dengan jumlah output PDB adalah Q 1 . Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L 2 PDB justru berkurang menjadi Q 2 . TP 1 TP 2 Q 3 Q 1 Q 2 L 1 L 2 Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Hal ini karena cepat terjadinya TLDR. Agar penambahan tenaga kerja ke L 2 dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q 2 , yang harus dilakukan adalah investasi fisik barang modal dan SDM yang menunda terjadinya TLDR. Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinerji. Jika hal tersebut yang terjadi, maka fungsi produksi membaik. Hal itu digambarkan dengan bergesernya kurva produksi ke TP 2 . Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output PDB. b Teori Pertumbuhan Neo Klasik Neo Classic Growth Theory Teori ini dikembangkan oleh Solow 1956 dan merupakan penyempurnaan teori-teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori ini adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Asumsi penting dari model Solow adalah Rahardja, 2004: 128 : 1. Tingkat teknologi dianggap konstan tidak ada kemajuan teknologi. 2. Tingkat depresiasi dianggap konstan. 3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal. 4. Tidak ada sektor pemerintah. 5. Tingkat pertambahan penduduk tenaga kerja juga dianggap konstan. 6. Seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah pendapatan = jumlah tenaga kerja. Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan olehstok barang modal per tenaga kerja. Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka: y = f k. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Dimana: y = PDB per kapita atau QL k = barang modal per kapita atau KL. c Teori Schumpeter Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan entrepreneur. Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik-tahap produksi serta masalah organisasi-manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar. Menurut Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur inovator. Sayangnya, keleluasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang memunculkan masalah- masalah nonekonomi, terutama sosial-politik, yang pada akhirnya dapat menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri. d Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Teori ini berkembang pada waktu yang bersamaan dengan teori klasik, yang dikemukakan oleh Roy F.Harrod 1948 dan Evsey D.Domar 1975 di Amerika Serikat. Teori Harrod-Domar didasari pada asumsi : Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 1. Perekonomian bersifat tertutup. 2. Hasrat menabung MPS=s adalah konstan. 3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap constant return to scale. 4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g = K = n, dimana : • g = Growth tingkat pertumbuhan output • K = Capital tingkat pertumbuhan modal • n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang. e Teori Pertumbuhan Rostow Menurut teori ini pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya “The Stage of Economic” 1960, Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam lima tahap, yaitu : a. Tahap masyarakat tradisional The traditional society b. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas The preconditional society c. Tahap tinggal landas The take off d. Tahap bergerak menuju kematangan The drive to martirty e. Tahap era konsumsi tinggi massa The age of high mass consumption

2.2 Perdagangan Internasional

2.2.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional

Perdagangan antarnegara atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional, sebanarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, di mana pemenuhan kebutuhan setempat dalam negeri yang tidak dapat di produksi, dipenuhi dengan cara barter pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri. Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara rekan dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut maka atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional Halmawi, 2002: 17. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Karena itu timbul negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini di mungkinkan karena adanya barang yang hanya di produksi didaerah dan iklim tertentu atau karena negara tersebut memiliki kombinasi faktor-faktor produksinya yang lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara tersebut dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing. Setiap negara memiliki tingkat kapasitas produksi yang berbeda baik secara kualitas maupun jenis produksinya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya Perdagangan Internasional, antara lain: 1. Sumber daya alam natural resources. 2. Sumber daya modal capital resources. 3. Tenaga kerja human resources. 4. Teknologi. Pada dasarnya, perdagangan timbul karena adanya dorongan atau motif untuk berdagang. Motif ini adalah kemungkinan diperolehnya manfaat dari perdagangan atau gains of trade. Dalam kasus pertukaran antara dua orang, manfaat ini ditunjukkan oleh kemungkinan untuk mencapai tingkat kepuasan atau indiferensi yang lebih tinggi. Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional selain motif gains of trade, yaitu: 1. Harga Ditentukan oleh biaya produksi, yaitu perbedaan biaya produksi akan menyebabkan perbedaan harga barang. Seseorang dapat membeli barang yang harganya lebih murah dan mungkin dapat menjual barang keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 2. Pendapatan. Meningkatnya pendapatan nasional menyebabkan meningkatnya pembelian barang dari luar negeri impor dan meningkatnya ekspor akan meningkatkan pendapatan nasional. 3. Selera. Misalnya seseorang lebih berselera produk luar negeri, maka ia cenderung membeli produk- produk luar negeri, begitu pula sebaliknya.

2.2.2 Teori Perdagangan Internasional

a. Merkantilisme Dalam perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran, dimulai dari aliran pemikiran yang dikenal sebagai aliran merkantilisme. Aliran merkantilisme ini merupakan suatu kelompok aturan yang merupakan pencerminan cita-cita atau ideologi kapitalisme komersil. Kebijakan ekonomi ini pernah dianjurakan dan dilaksanakan oleh sekelompok negarawan Eropa pada abad keenambelas dan tujuhbelas. Salah satu penganjur teori ini adalah Thomas Mun Hady, 2004: 24. Merkantilisme mempunyai pokok-pokok ajarannya didalam menjalankan perekonomiannya. Pokok-pokok ajaran Merkantilisme adalah sebagai berikut : 1. Kemakmuran akan di peroleh dengan pemilikan emas dan perak sebanyak mungkin. 2. Surplus neraca perdagangan dengan ekspor lebih besar dari impor. 3. Penurunan bea masuk untuk bahan mentah agar harganya murah. 4. Melarang emigrasi ke luar negeri agar jumlah buruh melimpah dan upah buruh murah. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 5. Memperluas ekspansi daerah pemasaran. Banyak negara Eropa yang mencari negeri jajahan, Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, dll. 6. Menurut ajaran merkantilisme, kemajuan ekonomi suatu negara tergantung pada bagaimana pengelolahan hubungan ekonomi dengan negara lain, terutama dalam hal perdagangan. b. Teori Keunggulan Mutlak Absolute Advantage Theory Teori keunggulan mutlak dari Adam Smith ini sering disebut teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan memperoleh perdagangan internasional gains of trade karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak absolute advantage, serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak absolute disadvantage. Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain sebagai berikut Hady, 2004: 29 : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transport diabaikan. Kelemahan teori Adam Smith : Perdagangan internasional terjadi dan menguntungkan kedua negara bila masing- masing negara memiliki keunggulan mutlak yang berbeda. Dengan demikian, bila hanya satu negara yang memiliki keunggulan mutlak untuk kedua jenis produk, maka tidak akan terjadi Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. perdagangan internasional yang menguntungkan. Hal ini merupakan kelemahan dari teori absolute advantage Adam Smith. c. Teori Keunggulan Komparatif comparative advantage David Ricardo mengemukakan teori comparative advantage keunggulan komparatif sebagai berikut : 1. Cost Comparative Advantage Labor Efficiency Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Menurut teori cost comparative advantage, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatiftidak efisien. Dengan adanya spesialisasi pada masing-masing negara berdasarkan cost comparative advantage labor efficiency, maka akan terjadi penghematan hari kerja. Penghematan hari kerja ini tentunya akan meningkatkan jumlah produksi kedua negara tersebut. 2. Production Comparative Advantage Labor Productivity Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor productivity dapat dikatakan sebagai berikut : Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurangtidak produktif. Akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Menurut teori comparative advantage dari David Ricardo, perdagangan internasional dari dua negara tetap terjadi walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan mutlak, dengan masing-masing negara tersebut memiliki perbedaan dalam labor efficiency cost comparative advantage dan atau labor productivity production comparative advantage. Kelemahan dari Teori comparative advantage : 1. Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi tenaga kerja. Perbedaan fungsi ini menimbulkan terjadinya perbedaan produktifitas production comparative advantage ataupun perbedaan efisiensi cost comparative advantage. Akibatnya, terjadilah perbedaan harga barang yang sejenis diantara dua negara. 2. Jika fungsi faktor produksi tenaga kerja sama atau produktifitas dan efisiensi di kedua negara sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama di kedua negara tersebut. 3. Pada kenyataannya, walaupun fungsi faktor produksi produktifitas dan efisiensi sama diantara kedua negara, ternyata harga barang yang sejenis dapat berbeda, sehingga dapat terjadi perdagangan internasional. Dalam hal ini teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barangproduk sejenis walaupun fungsi faktor produksi produktifitas dan efisiensi sama di kedua negara.

2.2.3 Ekspor

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. a. Pengertian Ekspor Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing Amir, 2004: 1. Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industi-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien Todaro, 2000: 167. Ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dan perekonomian. b. Peran Sektor Ekspor Berdasarkan definisi-definisi ekspor diatas maka dapat disimpulkan bahwa peranan sektor ekspor antara lain, yaitu: 1. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu. Seperti yang telah ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya dipasar dalam negeri yang sempit. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang dipasr dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktifitas. 3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang tersebut akan dijual di dalam negeri, misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai. Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar internasional. c. Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut : 1. Ekspor Biasa Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. 2. Barter Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini pengiriman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat di jualdi dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang rupiah. 3. Konsinyasi Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa, di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri. Cara penjualan di luar negeri ini dapat dilaksanakan dengan penjualan di pasar bebas, atau juga mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut di dalam pelelangan atau yang biasa disebut juga pada “commodities exchange”. 4. Pacaege-Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negara-negara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan trade agreement denga salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari berbagai aneka komoditi. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 5. Penyeludupan Smuggling Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyeludupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyeludupan terletak adanya pelarian kekayaan ke luar negeri assets flight tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat. d. Kebijakan Ekspor Kebijakan ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara. Kebijakan ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu: 1. Kebijakan Ekspor Dalam Negeri • Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-barang ekspor tertentu. Cth: Pajak ekspor atas CPO. • Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang-barang tertentu. • Penerapan prosedur ekspor yang relatif murah. • Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor. • Pembentukan asosiasi eksportir. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. • Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse Kawasan Berikat Nusantara, bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain. • Laranganpembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO Crude Palm Oil oleh Menperindag. 2. Kebijakan Ekspor di Luar Negeri • Pembentukan International Trade Promotion Centre ITPC di berbagai negara, seperti di Jepang Tokyo, Eropa, AS, dan lain-lain. • Pemanfaatan General System of Preferency atau GSP, yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang di berikan negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah satu hasil UNCTAD United Nation Conference on Trade and Development. • Menjadi anggota Commodity Association of Producer, seperti OPEC dan lain- lain. • Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer abd Comsumer, seperti ICO International Coffe Organization, MFA Multifibre Agreement, dan lain-lain.

2.2.4 Impor

a. Pengertian Impor Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. maupun bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang olahan tersebut akan kembali ke luar negeri. Pengertian impor secara yuridis menurut UU No.10 Tahun 1995 Pasal 2 Ayat 1, yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan. b. Kebijakan Impor Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungimendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Kebijakan impor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu: a. Kebijakan Tariff Barrier TB dalam bentuk bea masuk terdiri atas sebagai berikut: 1. Pembebasan bae masuktarif rendah adalah antara 0 sampai dengan 5 : Dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, alat-alat militerpertahanankeamanan, dan lain-lain. 2. Tarif sedang antara 5 sampai dengan 20 : Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Dikenakan untuk barnag setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri. 3. Tarif tinggi diatas 20 : Dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. b. Kebijakan Non Tariff Barrier Kebijakan non tariff barrier adalah berbagai kebijakan perdaganagn selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.

2.3 Perekonomian Terbuka

2.3.1 Arus Barang dan Modal dalam Pasar Internasional

Perekonomian terbuka atau perekonomian empat sektor adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan negara-negara lain di dunia ini. Dalam perekonomian terbuka sektor-sektor ekonominya dibedakan kepada empat golongan, yaitu: rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri Sukirno, 2004: 202. Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan perekonomian lain melalui cara: membeli serta menjual barang dan jasa pada pasar produk dunia, dan membeli serta menjual aset, atau modal, seperti obligasi dan pasar saham pada pasar keuangan dunia Mankiw, 2006: 230. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

2.3.2 Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto

Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang di jual secara luas di luar negeri, dan impor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri yang di jual di dalam negeri. Dengan demikian, sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional tergantung kepada ekspor neto. Ekspor neto suatu negara merupakan nilai ekspor negara tersebut dikurangi nilai impornya. Ekspor neto memperlihatkan apaka sebuah negara, secar keseluruhan, merupakan penjual atau pembeli dalam pasar dunia, ekspor neto disebut juga neraca perdagangan trade balance. Jika ekspor neto bernilai positif, maka ekspor lebih besar dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasanya secara luas melebihi pembeliannya dari negara lain. Pada kasus ini, negara tersebut mempunyai surplus perdagangan trade surplus. Jika ekspor neto bernilai negatif, maka ekspor lebih kecil dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasa lebih sedikit daripada jumlah pembelian barang dan jasanya dari negara lain. Jika demikian, negara tersebut dikatakan mempunyai defisit perdagangan trade deficit. Jika ekspor neto bernilai nol, berarti ekspor dan impor negara tersebut sama besarnya, dan negara tersebut mengalami kondisi perdagangan seimbang balanced trade. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto dari sebuah negara meliputi : • Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri • Harga barang-barang di dalam dan luar negeri • Nilai tukar kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli sejumlah mata uang asing Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. • Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri • Biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain • Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional

2.3.3 Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Modal Neto

Arus keluar modal neto net capital outflow mengacu pada pembelian aset luar negeri oleh masyrakat dalam negeri dikurangi pembelian aset dalam negeri oleh masyarakat luar negeri biasanya juga disebut investasi luar negeri neto. Beberapa variabel penting yang mempengaruhi investasi luar negeri neto, yaitu: • Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri • Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset dalam negeri • Risiko ekonomis dan politis dari aset di luar negeri • Berbagai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kepemilikan aset dalam negeri oleh investor asing.

2.3.4 Persamaan Ekspor Neto dan Investasi Luar Negeri Neto

Ekspor neto dan investasi luar negeri neto masing-masing mengukur ketidakseimbangan dari pasar dunia barang dan jasa dan pasar keuangan dunia.Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan ekspor dan impor suatu negara. Investasi luar negeri neto mengukur keseimbangan antara jumlah aset luar negeri yang dibeli oleh investor dalam negeri dan jumlah aset dalam negeri yang dibeli oleh investor asing. Persamaan ekspor neto NX dan investasi luar negeri neto NCO : Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. NCO = NX Persamaan ini berlaku karena setiap transaksi yang mempengaruhi satu sisi dari persamaan in juga harus mempengaruhi sisi lainnya dengan jumlah yang persis sama.

2.3.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional

Tabungan dan investasi suatu negar penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka terbagi menjadi empat komponen: konsumsi C, investasi I, pembelanjaan pemerintah G, dan ekspor neto NX. Dengan persamaan sebagai berikut: Y = C + I + G + NX Total pengeluaran pada output perekonomian barang dan jasa adalah penjumlahan dari pengeluaran terhadap konsumsi, investasi, pembelanjaan pemerintah, dan ekspor neto. Tabungan nasional merupakan pendapatan nasional yang tersisa setelah konsumsi dan pembelanjaan pemerintah. Tabungan nasional S sama dengan Y – C – G. Jika susun kembali persamaan diatas, maka persamaannya menjadi: Y – C – G = I + NX S = I + NX Karena ekspor neto NX juga sama dengan investasi luar negeri neto NCO, juga dapat dituliskan rumus tersebut menjadi: S = I + NCO Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Tabungan = Investasi dalam negeri + Investasi luar negeri neto Persamaan diatas menunjukkan bahwa tabungan nasional harus sama dengan investasi dalam negeri ditambah investasi luar negeri neto. Dalam perekonomian tertutup, investasi luar negeri neto adalah nol NCO = 0, jadi tabungan sama dengan investasi S = I. Sebaliknya, perekonomian terbuka dapat memanfaatkan tabungannya untuk dua kegunaan: investasi dalam negeri dan investasi luar negeri neto.

2.3.6 Kebijakan Pemerintah dalam Perekonomian Terbuka

Dalam perekonomian terbuka masalah ekonomi yang dihadapi adalah berbentuk seperti berikut Sukirno, 2004: 405 : • Perekonomian menghadapi masalah pengangguran, tetapi terdapat surplus dalam neraca pembayaran. • Perekonomian menghadapi masalah inflasi tetapi terdapat surplus dalam neraca pembayaran. • Perekonomian menghadapi masalah pengangguran dan disamping itu menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran. • Perekonomian menghadapi masalah inflasi dan disamping itu menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Kebijakan Memindahkan Perbelanjaan Kebijakan memindahkan perbelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran yang akan mengakibatkan pertambahan ekspor dan pengurangan impor. Kebijakan memindahkan perbelanjaan dijalankan apabila defisit neraca pembayaran muncul ketika perekonomian juga menghadapi masalah pengangguran. Langkah-langkah untuk mengurangi impor dan mendorong konsumsi barang dalam negeri adalah, sebagai berikut: • Melakukan pembatasan impor. • Menekan mengurangi penggunaan valuta asing. • Menurunkan nilai mata uang devaluasi. Langkah-langkah untuk menambah ekspor sehingga menambah penerimaan valuta asing adalah, sebagai berikut: • Memberikan insentif fiskal dan moneter untuk menambah kegiatan dalam produksi barang ekspor. • Mewujudkan kestabilan upah dan harga. • Menurunkan nilai valuta. Kebijakan Pengurangan Perbelanjaan Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Kebijakan pengurangan perbelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan dalam neraca pembayaran dengan mengurangi perbelanjaan agregat dan tingkat kegiatan ekonomi negara. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah dalam neraca pembayaran dengan cara mengurangkan perbelanjaan akan dilakukan apabila: • Perekonomian telah mencapai kesempatan kerja penuh dan disamping itu juga inflasi juga wujud. • Dalam perekonomian terdapat defisit yang berkepanjangan dalam neraca pembayaran. Kebijakan mengurangi perbelanjaan dapat dilaksanakan dengan mengambil langkah-langkah berikut: a. Menaikkan pajak pendapatan. b. Menaikkan suku bunga dan menurunkan penawaran uang. c. Mengurangi pengeluaran penerintah.

2.4 Penelitian Sebelumnya

Hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor selalu menarik untuk diteliti. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor tidak selamanya ditemukan hubungan yang timbal balik diantara kedua variabel. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan studi kasus yang berbeda. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Salah satu penelitian yang dilakukan Ekanayake 1999 dengan judul Exports and Economic Growth in Asian Developing Countries : Cointegration and Error Correction Models. Penelitian ini mencoba menganalisa dengan menggunakan pendekatan kointegrasi dan model koreksi kesalahan error correction models = ECM untuk menganalisis hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia yang sedang berkembang. Dari hasil empiris menunjukkan bahwa variabel ekspor dan pertumbuhan ekonomi GDP memiliki hubungan yang kointegrasi untuk semua negara. Penelitian lainnya dilakukan oleh Siddique dan Selvanathan 1998, dengan penelitian yang berjudul Export Performance and Economic Growth : Cointegration and Causality Analiysis for Malaysia, 1966 – 1996. Dengan menggunakan uji Granger-Causality test memperlihatkan tidak adanya hasil atau fakta yang mendukung dari the export-led economic growth hypothesis di Malaysia untuk kedua variabel tersebut baik total ekspor maupun ekspor manufaktur. Dari uji Granger-Causality dalam penelitian ini menemukan adanya bukti terdapatnya hubungan searah searah dari hasil uji Granger-Causality test yakni dari pertumbuhan ekonomi ke ekspor manufaktur. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian