47
Pemimpin Redaksi : Farid Wadjdi
Redaktur Pelaksana : Arief B. Iskandar
Redaktur : Dwi Hendri, Yahya Abdurrahman
Redaktur Bahasa : M. Arif Billah
Lay Out : Reeun Pixture
Pemasaran : Tedi Teja S.
B. Sekilas Rubrik Liputan Khusus Majalah al-Wa’ie No.85 Tahun VII, 1-30
September 2007 dengan Judul 100 Ribu Orang Padati GBK, Serukan Penegakan Khilafah
Liputan Khusus ini menceritakan acara Konferensi Khilafah Internasional 2007 yang diadakan pada tanggal 12 Agustus 2007, yaitu di
Stadion Gelora Bung Karno. Pada hari itulah momentum penting bersatunya umat muslim.
Dalam Liputan Khusus ini menceritakan antusias masyarakat yang menginginkan adanya penegakan khilafah di Indonesia. Namun ironisnya,
acara ini tidak mendapat respon positif dari aparat dan pemerintah. Acara ini juga penuh dengan tantangan diantaranya pencekalan dan pendeportasian para
pembicara. hal itu tidak menyurutkan semangat kaum muslim untuk datang dalam konferensi Khilafah Internasional 2007 ini.
Namun, di sisi lain juga masih ada tokoh-tokoh Islam yang masih punya kesadaran untuk mensukseskan acara tersebut. Di antaranya adalah KH
Abdullah Gymnastiar Aa Gym, Prof. Din Syamsuddin Ketua Umum PP
48
Muhammadiyah, KH Amrullah Ahmad, Ketua Umum Syarikat Islam, KH Thahlon Abdul Rauf Ketua MUI Sumatera Selatan, dan Tuan Guru
Turmudzi Badruddin Tokoh Nahdliyin dari Lombok Nusa Tenggara Barat yang bersedia menyampaikan orasi dalam Konferensi Khilafah Internasional
tersebut. Acara Konferensi yang mengusung tema “Saatnya Khilafah
Memimpin Dunia” menurut Ismail Yusanto adalah Konferensi ini adalah milik umat Islam. Karenanya, Jubir HTI mengajak kaum Muslim untuk
bersatu dan berjuang bersama-sama menegakkan kembali Khilafah. Sementara itu, Presiden Asosiasi Muslim Jepang, Prof. Hassan Ko
Nakata, menguraikan tentang peran perjuangan HT dalam membangun peradaban ke depan. Menurutnya, Hizbut Tahrir adalah salah satu gerakan
politik yang memiliki karakter Islahi-Salafi-Sunni. Dan menurutnya, dalam konteks keindonesiaan, Nakata berpendapat HT Memiliki posisi terbaik
mewujudkan misinya karena adanya kebebasan berekspresi dan beraktivitas politik di negeri ini.
6
C. Sekilas Tentang Penulis Artikel Rubrik Liputan Khusus Yang Berjudul
100 Ribu Orang Padati GBK, Serukan Penegakan Khilafah
Saat ditemui di kantor pusat Hizbut Tahrir Indonesia, di bilangan Jakarta Selatan ini, mengatakan bahwa Konsep Khilafah yang sudah sangat
dikenal oleh masyarakat ini harus ditegakkan kembali. Pria berkaca minus
6
Al-Wa’ie, 100 Ribu Orang Padati GBK, Serukan Penegakan Khilafah,hal.56
49
yang memulai perjalanan karirnya sebagai wartawan di Harian Republika ini menjelaskan mengapa Khilafah harus ditegakkan kembali adalah karena umat
Islam sangat merindukan berdirinya khilafah yang sesuai dengan syariat Islam. Pria kelahiran Kediri, 24 Ferbruari 1970 ini pernah menjadi wartawan
di beberapa media diantaranya, Republika 1995-2003, Majalah Modal 2004, Majalah al-Wa’ie dan Media Umat 2005-Sekarang.
7
Pria yang akrab dipanggil ustadz ini sudah mengenal dunia dakwah Islam sejak aktif di BKIM Badan Kerohanian Islam Mahasiswa kampus IPB
Bogor. Sejak itulah ia mulai aktif menulis untuk media dakwah. Diantara banyaknya tulisan beliau, yang berhasil saya peroleh diantaranya adalah
Tujuan tidak boleh menghalalkan segala caraAl-Ghayyah La Tubarriru al- Wasithah Mei 2009; Gereja AS Serukan 11 September Sebagai “Hari
Internasional Untuk Membakar Al-Qur’anjuli 2010; Negara Drakula juli 2010; Bisa Tegak Tanpa PajakJuli 2010.
8
Selain menulis di beberapa media Islam lain, Ustadz mujiyanto juga masih aktif menulis di majalah al-Wa’ie sampai sekarang. Pada awal
penerbitan majalah al-Wa’ie tahun 2000, ia lebih sering menulis di rubrik Fokus. Sebagai seorang wartawan harus punya kepekaan terhadap peristiwa
yang terjadi di sekitar kita. Begitu pula ketika ia meliput acara Konferensi Khilafah Internasional 2007.
7
Wawancara Pribadi
8
www.mediaumat.com.28 juli 2010
50
D. Latar Belakang dan Perjalanan Penulisan