Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertengahan Juni 2010, kita digegerkan dengan merebaknya kasus video asusila artis ternama Indonesia. Kontan saja, kasus ini mengundang reaksi keras dari semua kalangan,tak terkecuali Hizbut Tahrir Indonesia. Aksi moral ini bertujuan untuk segera diusut pelaku serta pengunggah video tersebut. Tidak hanya itu, Hizbut Tahrir juga mengusung supaya dihapuskannya pornografi dari bumi Indonesia. Jika kita telisik lebih lanjut, masalah krisis moral yang tidak sehat terkait erat dengan sistem demokrasi yang disalah artikan oleh masyarakat. Dalam realitas saat ini, menunjukkan bahwa umatlah yang memiliki kekuasaan penuh. Mereka dapat memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki oleh mereka. Akan tetapi, dari segi pelaksanaannya, kekuasaan atau otoritas ini tidak dapat diberikan kecuali kepada seseorang. Artinya, secara mutlak dan sesuai dengan realitas, otoritas ini tidak bisa diberikan kepada dua orang atau lebih. Walaupun demikian, seseorang ini akan membatasi dirinya dengan sebuah metode tertentu yang dia yakini benar dan tidak akan mengambil langkah yang melebihinya. Yang mengontrol dan mengawasi pemimpin yang satu ini, selain motif keyakinannya dalam sistem yang membatasinya, yaitu takwa dan nuraninya, adalah rakyat yang dipimpinnya. Mereka akan meminta pertanggungjawaban kepadanya melalui perkataan jika dia menyalah gunakan sistem, atau dengan kekuatan jika dia 1 2 mengkhianati sistem. Ini berlaku dalam kondisi ketika umat mematuhi perintahnya dalam perkara yang fardhu, sunnat, dan mubah, tidak dalam perkara yang dilarang dan berdosa. Inilah realitas khilafah. Oleh karena itu, manakah dari dua sistem pemerintahan yang sesuai dengan realitas dan benar dalam penerapannya: Sistem Islam ataukah sistem demokrasi yang telah mengklaim bahwa rakyatlah yang melaksanakan pemerintahan? Klaim ini mustahil untuk diimplementasikan. Sistem demokrasi adalah sebuah kebohongan. Sebab, pada dasarnya, hanya seoranglah yang memegang kekuasaan dalam sebuah sistem demokrasi, yaitu perdana menteri dengan pembantunya, yakni menteri-menteri. 1 Doktrin tentang khilafah yang disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim ialah bahwa segala sesuatu di atas bumi ini, berupa daya dan kemampuan yang diperoleh seorang manusia, hanyalah karunia dari Allah SWT. Dan Allah telah menjadikan manusia dalam kedudukan sedemikian sehingga ia dapat menggunakan pemberian-pemberian dan karunia-karunia yang dilimpahkan kepadanya di dunia ini sesuai dengan keridhaan-Nya. Lebih dari sembilan acara Konferensi Khilafah Internasional KKI 2007 ini dipersiapkan dengan matang. Dimulai dari niat ikhlas yang sama, dengan tujuan agar opini tentang khilafah bisa lebih meluas lagi. Acara KKI ini dirancang oleh DPP Hizbut Tahrir Indonesia dengan masukan berbagai pihak. Semuanya berfikir keras, bagaimana membuat acara konferensi internasional ini sukses, bisa melibatkan semua elemen umat, sehingga menjadi sebuah konferensi internasional yang menjadi milik umat. 1 Hizbut Tahrir, Seruan Hizbut Tahrir Kepada Kaum Muslim, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003.Cet.1, h.13-14 3 Pada tanggal 12 Agustus 2007, tepat 28 Rajab 1428 H, lebih dari 100 ribu pasang mata memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno GBK. Tak ada bangku yang kosong. Sebagian massa harus rela berdiri. Mereka datang dari seluruh Nusantara, mulai dari Aceh hingga Papua. Tak ada lagi perbedaan suku dan golongan. Semua golongan pun terwakili. Ada yang dari NU, Muhammadiyah, dan ormas lain. Bahkan wakil dari organisasipartai sekular pun hadir. Ada pula kaum Muslim dari mancanegara seperti Inggris, Denmark, Malaysia, Australia, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Palestina, dan Turki. Anak-anak, tua-muda, berkumpul bersama dalam sebuah Konferensi Khilafah Internasional bertemakan, ”Saatnya Khilafah Memimpin Dunia”. Hari itu mata dunia tertuju ke Jakarta. Seluruh kamera televisi dari stasiun televisi internasional hadir di sini. Ratusan wartawan tumplek di Stadion Utama GBK untuk meliput konferensi umat Islam terbesar di dunia ini. Namun, acara ini tak luput dari berbagai tantangan dan hambatan. Berbagai opini negatif dan black campaign pun secara sistematis dibuat. Beberapa pembicara dari dalam dan luar negeri pun dicekal. Acara Konferensi Khilafah Internasional 2010 tak luput dari pembeeritaan majalah al-Wa’ie. Bahkan,di majalah al-wa’ie no 85, tahun VII, 1-30 september 2007 ini disediakan yang khusus membahas tentang acara konferensi ini. Majalah al-Wa’ie merupakan salah satu majalah media dakwah dan politik. Sebuah produk dari Hizbut Tahrir Indonesia. Selain menerbitkan 4 majalah, Hizbut Tahrir Indonesia juga mencetak buletin al-Islam, Tabloid Suara Islam. Sisi menarik penulis mengambil majalah al-Wa’ie sebagai bahan penelitian karena keberadaan majalah tersebut mewakili pembahasan tentang dakwah dan politik yang sesuai dengan kebutuhan penulis dalam penelitian ini. Selain itu, rubrik yang ditawarkan beragam. Diantaranya adalah Pengantar, Dari Redaksi, Opini, Muhasabah, Fokus, Analisis, Siyasah Dakwah, Kritik, Iqtishadiyah, Ibrah, Akhbar, Soal-Jawab, Tafsir, Afkar, Hiwar, Nisa’, Hadis pilihan, Ta’rifat, Telaah Kitab, dan Liputan Khusus. Dalam majalah al-Wa’ie ini penulis memilih rubrik liputan khusus sebagai bahan kajian dalam skripsi ini. Rubrik liputan khusus adalah rubrik yang berisi tentang berita atau suatu peristiwa yang berbeda dengan edisi sebelumnya. Alasan penulis mengkaji rubrik liputan khusus ini karena dalam rubrik tersebut terdapat peristiwa besar yaitu Konferensi Khilafah Internasional 2007 yang merupakan momentum besar setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Bagaimana teks rubrik itu diproduksi, bagaimana latar belakang dan perjalanan dalam penulisan berita, serta bagaimana wacana yang berkembang saat teks itu diproduksi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah