korporasi yang berasal dari AS pascainvasi militer ke Irak. Perang Irak, perang yang pada dasarnya didorong oleh imperialisme AS untuk menguasai sumber
minyak di Timur Tengah, yang diharapkan mampu menyediakan pasokan minyak yang cukup bagi AS, memaksanya untuk mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
Namun, jika diamati bahwa besarnya jumlah dana tersebut ternyata sebuah investasi bisnis jangka panjang bagi kepentingan ekonomi AS di dunia.
Pemerintah AS menganggap, bahwa anggaran yang telah dikeluarkan akan dikembalikan secara bertahap pascaperang. Uang yang dihasilkan dari adanya
bisnis rekonstruksi Irak ini akan disalurkan juga ke kas negara AS sebagai bentuk kompensasi dan relasi yang kuat antara pihak korporasi dengan pemerintah.
23
Infrastruktur Irak yang hancur setelah invasi AS membutuhkan sebuah program rekonstruksi yang cepat di segala bidang. Beberapa bidang infrastruktur
merupakan aset ekonomi yang sangat berharga bagi AS. Aset ekonomi seperti kilang minyak dan jalur pipanya adalah yang menjadi motif dominan serangan AS
atas Irak. Oleh karena itu, atas dasar inilah penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai pengaruh minyak yang melatarbelakangi
kebijakan luar negeri AS dalam melancarkan Perang Irak tahun 2003.
B. Identifikasi Masalah
Dalam perkembangannya, pertanyaan yang muncul terkait tema yang diangkat adalah:
“Mengapa kepentingan minyak mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam Perang Irak tahun 2003?
”
23
Wirawan Sukarwo, Tentara Bayaran AS di Irak: Sebuah Konspirasi Neoliberal AS untuk Memimpin Dunia Jakarta: GagasMedia, 2009, h. 235.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kepentingan minyak mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam Perang Irak
tahun 2003.
D. Kerangka Pemikiran
Dalam melihat isu yang akan diteliti, yakni mengenai pengaruh kepentingan ekonomi pada kebijakan luar negeri AS dalam Perang Irak tahun
2003, penulis menggunakan konsep tentang kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional, mengingat bahwa setiap kebijakan luar negeri yang diambil oleh
pemerintah menghadapi dunia internasional mengacu kepada kepentingan nasional, sehingga keduanya merupakan unsur yang tak dapat dipisahkan.
Setiap negara di dunia ini pasti memiliki kebijakan luar negeri dalam melakukan hubungan internasionalnya dengan negara lain. Konsep mengenai
kebijakan luar negeri sebenarnya telah banyak dibahas oleh para peneliti ilmiah. K. J. Holsti sebagai contohnya menganalisis kebijakan luar negeri menurut politik
internasional. Holsti menyebutkan bahwa kebijakan luar negeri dirancang untuk mempertahankan atau mengubah suatu tujuan, keadaan, atau praktek dalam
lingkungan eksternal.
24
Beberapa tujuan dirancang untuk mengubah keadaan- keadaan luar negeri demi kepentingan mereka, kebanyakan dirancang untuk
memajukan tujuan-tujuan domestik, seperti: 1 keamanan, 2 otonomi, 3 kesejahteraan ekonomi, 4 status atau prestise.
25
24
K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, 6
th
ed. New Jersey: Prenctice Hall, Inc., 1992 h. 269.
25
Ibid.
Sementara menurut Prakash Chandra, kebijakan luar negeri adalah aktivitas yang dilakukan oleh komunitas yang bertujuan untuk mempengaruhi dan
mengubah perilaku negara lain serta menyesuaikan diri mereka sendiri ke dalam lingkungan eksternal.
26
Kebijakan luar negeri ini bertujuan untuk memelihara integritas negara, memajukan kepentingan ekonomi, menjamin keamanan
nasional, menjaga prestise nasional dan memperkuat kekuatan nasional, dan memelihara tatanan dunia.
27
Pokok permasalahan dalam penentuan kebijakan luar negeri pada umumnya dititikberatkan pada usaha untuk memecahkan berbagai permasalahan,
baik yang berkaitan dengan masalah domestik maupun masalah eksternal suatu negara serta mempromosikan sebuah perubahan. Sehingga studi ini memusatkan
perhatian pada usaha-usaha yang menggambarkan kepentingan, tindakan, dan elemen-elemen kekuasaan negara-negara.
Berdasarkan kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem, rangsangan dari lingkungan domestik dan eksternal merupakan suatu input yang kemudian
mempengaruhi politik luar negeri suatu negara dan dipersepsikan oleh para pembuat keputusan dalam suatu proses konversi menjadi output.
28
Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri disederhanakan ke dalam
dua variabel di mana proses kebijakan luar negeri diposisikan sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diposisikan sebagai variabel
independen.
26
Prakash Chandra, International Politics New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD, 1979, h. 81.
27
Ibid.
28
Yayan Moch. Yani dan Banyu Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional Bandung: Rosda Karya, 2006, h.49.
Kebijakan luar negeri sebagai output merupakan hasil pilihan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. Untuk menerangkan atau mengerti output ini,
kita harus memperhatikan persepsi, citra, sikap, nilai-nilai, dan kepercayaan, dari mereka yang bertanggung jawab dalam merumuskan tujuan dan pengaturan
tindakan. Kita dapat mengkombinasikan bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pilihan tujuan, keputusan, dan tindakan, menjadi definisi situasi.
29
Definisi situasi harus mencakup faktor eksternal dan domestik, kondisi kontemporer dan historis yang dianggap pembuat kebijakan relevan dengan setiap
masalah politik tertentu. Hal ini meliputi kejadian-kejadian penting, kebutuhan- kebutuhan politik domestik dan luar negeri, nilai-nilai sosial dan imperatif
ideologis, keadaan pendapat umum, adanya kapabilitas, tingkat ancaman, kesempatan yang dilaksanakan dalam satu situasi, konsekuensi yang telah diduga,
biaya untuk mempersiapkan tindakan, dan elemen-elemen waktu atau tuntutan situasi tertentu.
30
Tujuan dan tingkah laku politik luar negeri dapat berhubungan dengan: 1 kesan, nilai-niilai, kepercayaan, dan personalitas atau kebutuhan politik dari
individu yang bertanggung jawab dalam penentuan tujuan, prioritas di antara mereka, dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya; 2 struktur dan
kondisi internasional; 3 kebutuhan domestik; 4 atribut dan tingkah laku nasional; 5 kapabilitas; 6 nilai-nilai sosial yang umum, dan berbagai
kepentingan kelompok khusus; 7 kebutuhan, nilai-nilai dan tradisi-tradisi organisasi. Relevansi dari semua faktor ini sebagian besar tergantung pada sikap,
29
K. J. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisa Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987, h. 469.
30
Ibid.
pendapat, dan maksud dari para pembuat kebijakan yang bertugas dalam organisasi pengambilan keputusan yang mempunyai sasaran, fungsi, dan aturan.
31
Setiap kebijakan luar negeri diformulasikan untuk mencapai suatu tujuan nasional. Tujuan nasional yang hendak dijangkau melalui kebijakan luar negeri
merupakan formulasi konkret dan dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang
dimiliki untuk menjangkaunya. Keputusan dan tindakan dalam menentukan kebijakan luar negeri
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal baik dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Faktor-faktor yang mendasari dan menentukan
rencana-rencana dan pilihan-pilihan yang dibuat oleh para pembuat keputusan sangatlah banyak untuk disebutkan. Karena itu, perlu suatu pengelompokkan
faktor-faktor tersebut. Howard Lentner mengklasifikasikannya ke dalam dua kelompok yaitu determinan luar negeri dan determinan domestik.
32
Determinan luar negeri mengacu kepada keadaan sistem internasional dan situasi pada suatu
waktu tertentu. Sistem internasional didefinisikan sebagai pola interaksi di antara negara-negara yang terbentuk atau dibentuk oleh stuktur interaksi di antara
pelaku-pelaku yang paling kuat.
33
Sedangkan konsep situasi diartikan sebagai pola interaksi yang tidak tercakup atau mencakup keseluruhan sistem internasional.
34
Penggunaan kedua konsep tersebut sistem internasional dan situasi dimaksudkan sebagai upaya teoritis untuk menyederhanakan lingkungan
internasional eksternal yang demikian kompleks ke dalam model-model
31
Ibid.
32
Howard Lentner, Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach Ohio: Bill and Howell Co., 1974, h. 105.
33
Ibid., h. 5.
34
Ibid.
deskripsi yang sistematis dan utuh. Manfaat penggambaran kondisi lingkungan eksternal ini, yaitu dapat memberikan setting latar belakang munculnya
peristiwa-peristiwa dalam politik luar negeri, serta dapat membantu peneliti memunculkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung constraining and
facilitating factors dalam interaksi antar negara.
35
Determinan domestik menunjuk pada keadaan di dalam negeri yang terbagi dalam tiga kategori berdasarkan waktu untuk berubah, yaitu highly stable
determinants; terdiri atas luas geografi, lokasi, bentuk daratan, iklim, populasi, serta sumber daya alam.
36
Moderately stable determinants; terdiri atas budaya politik, gaya politik, kepemimpinan politik, dan proses politik.
37
Unstable determinants; yaitu sikap dan persepsi jangka panjang serta faktor-faktor
ketidaksengajaan.
38
Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang
diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu.
39
Kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan analisa hubungan internasional, baik untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, ataupun menganjurkan perilaku internasional.
40
Joseph Frankel merumuskan kepentingan nasional sebagai aspirasi dari suatu negara yang dapat diwujudkan secara operasional dalam upaya mencapai
35
Ibid., h. 105.
36
Ibid., h. 136.
37
Ibid., h. 143.
38
Ibid., h. 168.
39
Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi Jakarta:
LP3ES, 1990, h. 184.
40
Ibid., h. 162.
suatu tujuan yang spesifik.
41
Kepentingan nasional menyangkut kebijakan- kebijakan negara serta rencana-rencana yang hendak dituju. Oleh karena itu,
sering kepentingan nasional menjadi bahan polemik, bahkan sering kepentingan nasional dipakai untuk memberikan justifikasi bagi tindakan negara-negara.
42
Kepentingan nasional ini dapat dirumuskan secara luas sehingga perlu memasukkan pertimbangan-pertimbangan moral, agama, kesejahteraan dan hal-
hal yang bersifat altruitis lainnya.
43
Prakash Candra menilai setidaknya ada lima national interest sebagai tujuan dari politik luar luar negeri, antara lain, untuk mempertahankan integrasi
negara, mewujudkan kepentingan ekonomi, melindungi national prestige dan membangun national power, menjaga keamanan nasional, serta mewujudkan
tatanan dunia.
44
Frankel menggambarkan kepentingan nasional ke dalam tiga kategori.
45
Kepentingan nasional dapat digambarkan sebagai aspirasi dari sebuah negara; dapat juga digunakan sebagai operasional dalam aplikasinya pada kebijakan yang
aktual serta program-program yang hendak dicapai; namun dapat juga menjadi
bahan polemik dalam argumen politik, untuk menjelaskan, membenarkan ataupun
mengkritik bagi tindakan negara. Pada tingkat aspirasi, kepentingan nasional dipakai untuk menunjukan
gambaran tentang kehidupan yang baik, serangkaian tujuan ideal yang jika
41
Joseph Frankel, International Relations in A Changing World, 4
th
ed Oxford: Oxford University Press,1988, h. 93.
42
R. Suprapto, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, h. 144.
43
Ibid.
44
Prakash Chandra, International Politics India: Vikas Publishing House PVT LTD, 1979, h. 81-82.
45
Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi Jakarta; LP3ES, 1990, h.148.
memungkinkan, hendak dicapai oleh negara.
46
Jika kepentingan nasionalnya hanya diajukan pada tingkat ini, berarti kebijakan tersebut tidak sedang
dilaksanakan, tetapi hanya menunjukan garis besar haluan kebijakan tersebut. Tingkat aspirasi memiliki tujuh sifat konsepsi, yaitu kepentingan nasional itu
berjangka panjang, berakar dalam sejarah dan ideologi, merupakan sumber kritik oleh oposisi terhadap pemerintah tetapi bukan merupakan pusat perhatian
pemerintah, memberikan kesadaran akan tujuan atau harapan terhadap kebijakan, tidak perlu diartikulasikan dan dikoordinasikan secara penuh dan bisa saling
bertentangan, tidak memerlukan studi kelayakan, dan lebih ditentukan oleh kehendak politik dari pada oleh kemampuan nyata.
47
Pada tingkat operasional, kepentingan nasional menunjuk pada keseluruhan kebijaksanaan yang betul-betul dilaksanakan.
48
Pada tingkat ini, ada delapan hal yang membedakannya dengan kategori sebelumnya, yaitu
kepentingan nasional itu berjangka pendek dan bisa dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama; sering muncul dari pertimbangan keharusan atau keperluan;
merupakan perhatian utama pemerintah dan partai yang berkuasa; lebih dipergunakan dalam cara yang deskriptif dari pada yang normatif; karena
keharusan penerapannya, kontradiksi tidak mudah ditolerir; diterjemahkan ke dalam kebijakan berdasar perhitungan akan prospek keberhasilannya; lebih
ditentukan oleh kemampuan untuk melaksanakan dari pada oleh kehendak politik; dan kepentingan itu dapat diatur ke dalam program-program.
49
46
Ibid.
47
Ibid.
48
Ibid.
49
Ibid.
Sedangkan pada tingkat polemik, kepentingan nasional dipakai untuk menjelaskan, mengevaluasi, merasionalisasikan dan mengritik politik luar
negeri.
50
Alasan utama penggunaan ini adalah untuk membuktikan kebenaran argumen sendiri dan kesalahan argumen lawan. Konsep ini tidak dipakai sebagai
sarana untuk mendeskripsikan dan menganjurkan perilaku, walaupun nampaknya demikian.
Pengertian atau definisi mengenai konsep kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional yang telah dipaparkan di atas, digunakan untuk menjelaskan
perumusan kebijakan luar negeri sebagai suatu output yang terkait dengan eksternal dan internal input. Dalam kasus invasi AS ke Irak ini, dapat dipahami
bahwa kebijakan Amerika Serikat lebih dipengaruhi oleh faktor domestik daripada faktor internasional. Faktor domestik dapat berupa nilai-nilai utama
core values yang dianut oleh negara tersebut, keadaan sosial, politik, dan ekonomi atau pun tarik-menarik kepentingan antar aktor-aktor pemerintah di
dalamnya. Sedangkan faktor internasional dapat berupa kondisi internasional yang mempengaruhi lahirnya suatu kebijakan luar negeri.
Atas pemaparan kedua konsep tersebut di atas, yakni konsep kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional maka untuk kepentingan analisa penulis
menggunakan kedua konsep tersebut yang akan diaktualisasikan dalam BAB IV.
E. Metode Penelitian