Jenis-Jenis Energi Amerika Serikat Kepentingan Keamanan Energi Bagi Amerika Serikat

Di antara semua jenis energi, minyak kenyataannya sampai saat ini masih menjadi bentuk utama dari energi yang dikonsumsi sejak pasca-Perang Dunia. Minyak menjadi pilihan utama saat ini karena memiliki kelebihan, yaitu murah, ketersediaannya, fleksibilitasnya, dan relatif mudah proses pengirimannya. Hal inilah yang telah membuat minyak menjadi sumber energi utama bagi sebagian besar negara-negara industri. Penggunaan bahan bakar minyak tidak saja terbatas pada bidang industri, tetapi juga untuk kepentingan militer. Semua negara menempatkan perhatian serius terhadap kestabilan suplai energi sebagai aspek mendasar bagi kepentingan keamanan dalam negeri. 57

B. Jenis-Jenis Energi Amerika Serikat

Sumber-sumber energi yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam jumlah yang cukup besar adalah gas alam dan batu bara. Namun, sumber-sumber energi tersebut pemanfaatannya kurang efisien dan efektif sehingga tidak banyak digunakan oleh AS dalam bidang industri dan bahan bakar lainnya. Berikut adalah gambar grafik mengenai konsumsi energi AS menurut sumber energi. 57 Mohammad Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak Amerika Serikat,” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2005, h. 27. Gambar 2.1 Konsumsi Energi AS Menurut Sumber Energi 1775-2000 Dalam Quadrillion BTU Sumber: www.eia.govmeroverview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul. 08.00. Sejarah penggunaan energi di AS dapat dilihat pada gambar di atas. Sebagai contoh, penggunaan kayu sebagai energi telah menjadi bagian yang sangat penting bagi AS sejak masa kolonial. Pada kenyataannya, bahan bakar kayu ketersediaannya sangat berlimpah sehingga menjadi sumber energi yang dominan. Tetapi kemudian, era modern muncul dengan ditemukannya sumber- sumber energi baru yang tidak pernah dibayangkan pada masa sebelumnya. Batu bara menggantikan dominasi bahan bakar kayu yang pernah bertahan lama di AS pada sekitar tahun 1885, batu bara kemudian dilampaui oleh bahan bakar minyak pada tahun 1951 dan kemudian ditemukan pula gas alam beberapa tahun kemudian. Tetapi, bagaimanaupun juga minyak dan gas adalah penemuan yang paling menarik. Pada gambar 2.1 di atas menggambarkan penggunaan yang sedikit selama beberapa dekade, tetapi kemudian mulai meningkat kebutuhan akan minyak secara bertahap pada tahun 1920-an. 58

C. Kepentingan Keamanan Energi Bagi Amerika Serikat

C.1. Nilai Penting Energi Bagi Amerika Serikat Sejak berakhirnya Perang Dunia II, minyak bumi mampu menarik perhatian masyarakat AS. Penggunaan minyak bumi cenderung lebih mudah dan lebih efektif. Sepanjang sejarah energi AS, AS memiliki sumber daya energi yang berlimpah sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Namun, seiring dengan perkembangannnya, peningkatan tingkat konsumsi energi pun tidak dapat dielakkan, sehingga pada periode 1950-an merupakan masa di mana produksi dan konsumsi energi AS hampir mencapai titik keseimbangan. Pada periode selanjutnya, tingkat konsumsi AS terus meningkat secara tajam sehingga melebihi tingkat produksi dalam negeri AS. Oleh karena itu AS dituntut untuk mengeksplorasi sumber daya energi dari wilayah lain dan mengimpornya. Berikut ini adalah gambar mengenai grafik konsumsi, produksi, dan impor energi AS. 58 www.eia.govmeroverview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul. 08.00. Gambar 2.2 Konsumsi, Produksi, dan Impor Energi AS Dalam Quadrillion BTU Sumber: www.eia.govmeroverview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul. 08.00. Pada tabel di atas tergambar proses peningkatan kebutuhan energi dalam negeri AS. Pada periode 1970-an, AS telah mengimpor energi dari luar sebagai tanda pasokan energi dalam negeri AS tidak mampu menutupi kebutuhan energi AS sehingga harus mengimpor dari luar. Dari grafik impor dapat dipahami bahwa peningkatan terus terjadi sejak pertengahan periode 1980-an. Kemudian, seiring dengan perkembangan inovasi teknologi yang semakin menyerap energi maka peningkatan konsumsi energi AS pun terjadi, dan hal ini berdampak pada peningkatan impor energi AS. Peningkatan juga dipengaruhi oleh penurunan tingkat produksi energi dalam negeri AS sehingga semakin memperlebar gap antara konsumsi dan produksi energi. Pada tahun 1973, AS telah mengimpor energi sebesar 15 quadrillion British Thermal Unit BTU dari total konsumsi energi AS sebesar 76 quadrillion BTU, atau sekitar 20 dari total konsumsi AS. 59 Upaya untuk mengimpor energi dikarenakan tingkat konsumsi minyak yang tinggi. Pada tanggal 17 Oktober 1973, negara Arab Saudi yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries OPEC melakukan embargo minyak bumi terhadap AS, sehingga harga minyak bumi dunia melambung tinggi dan negara-negara importir minyak bumi mengalami kejatuhan ekonomi selama dua tahun. Harga minyak meningkat secara drastis pada tahun 1979 sampai tahun 1981 dan telah menekan impor minyak pada saat itu. Kecenderungan impor AS terjadi pada tahun 1986, namun kemudian pada tahun 1990, 1991, dan 1995 mengalami sedikit penurunan, setelah itu kembali mengalami peningkatan. Salah satu faktor meningkatnya tingkat konsumsi energi AS adalah pertumbuhan penduduk yang terus berkembang sehingga menuntut perkembangan ekonomi yang sejalan. Dengan semakin banyaknya populasi penduduk AS dari sekitar 149 juta jiwa pada tahun 1949 menjadi 281 juta jiwa pada tahun 2000. 60 Artinya, peningkatan yang terjadi sekitar 89. Sederhananya, peningkatan tingkat konsumsi energi AS juga akan setara dengan nilai tersebut. Konsumsi energi yang tinggi tersebut berasal dari kebutuhan energi pada empat sektor utama, yaitu perumahan, perdagangan, industri, dan transportasi. Sektor industri merupakan sektor terbesar yang mengkonsumsi energi untuk kepentingan perkembangan industrialisasi dan ekonomi AS, seperti terlihat pada gambar berikut : 59 www.eia.govmeroverview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul. 08.00. 60 Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak Amerika Serikat,” h. 37. Gambar 2.3 Konsumsi Energi AS Menurut Kegunaannya Sumber: www.eia.govmeroverview.html, diakses pada tanggal 25 April 2011, pukul. 08.00. Pada sektor industri, konsumsi terhadap gas alam dan minyak mengalami peningkatan dan puncaknya pada saat embargo minyak tahun 1973, setelah peristiwa tersebut penggunaan minyak mengalami fluktuasi. Konsumsi batu bara menjadi sektor andalan, namun kemudian mengalami penyusutan. Hal yang sama terjadi juga pada energi listrik yang mengalami penyusutan, seperti yang terlihat pada grafik berikut : Gambar 2.3. Konsumsi Energi AS untuk Keperluan Industri Sumber: http:www.eia.doe.govemeuaerpdfperspectives_2009.pdf, diakses pada tanggal 1 Mei 2011, pukul. 15.20. Sekitar 35 dari konsumsi energi untuk sektor industri digunakan untuk pabrik-pabrik. 61 Sisanya untuk keperluan bidang pertambangan, konstruksi, pertanian, perikanan, dan kehutanan. Pada industri pabrik-pabrik energi yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah produk-produk minyak dan batu bara, bahan-bahan kimia dan produk sejenis, kertas, dan bahan sejenisnya, dan industri logam-logam besar. C.2. Minyak dan Keamanan Energi Amerika Serikat Minyak menjadi komoditas penting bagi pembangunan di negara-negara maju untuk kebutuhan industri, transportasi, dan perumahan. Cadangan minyak dunia yang terbesar terdapat di negara-negara anggota OPEC, sedangkan konsumsi minyak dunia terbesar terdapat pada negara-negara industri maju seperti AS, Jepang, dan negara-negara Eropa. Jika pada suatu saat negara-negara OPEC secara serentak mengurangi atau menghentikan produksi minyaknya, maka akan mengacaukan negara-negara industri maju. Kepentingan negara-negara industri maju berbeda dengan kepentingan negara-negara berkembang sebagai penghasil minyak utama dunia. Negara-negara industri maju sebagai pengimpor minyak, sangat memerlukan suplai minyak untuk kebutuhan dalam negeri seperti untuk transportasi, industri, perumahan, keperluan militer, dan lain-lain. Sementara itu, negara berkembang yang memiliki minyak dunia berlaku sebagai penyedia. Sebagai negara industri maju, AS tentunya memiliki kepentingan tersendiri terhadap negara berkembang. Negara berkembang yang sebagian besar 61 Ibid., h. 41. terletak pada kawasan strategis dan penting bagi kepentingan AS bersama sekutu- sekutunya. Sebut saja Timur Tengah, Teluk Persia, Laut Kaspia, Amerika Latin, dan lainnya. Kawasan-kawasan tersebut menyimpan cadangan minyak bumi dunia yang banyak dan sangat berpengaruh bagi kepentingan AS, terutama terkait kepentingan keamanan energi AS. Secara umum, inilah yang menjadi perhatian AS agar tidak sampai berdampak negatif bagi kepentingan-kepentingan nasionalnya. Konsentrasi AS terhadap negara berkembang yang tidak stabil dan rawan konflik mulai meningkat ketika instabilitas negara berkembang produsen minyak mampu mempengaruhi akses impor minyak dalam negeri AS sehingga kecenderungannya meningkat menjadi ancaman bagi keamanan energi AS. Hal ini terlihat dari ketergantungan AS akan impor minyak yang selalu meningkat seiring peningkatan tingkat konsumsi dalam negeri AS. Bagi AS yang merupakan salah satu negara konsumen minyak bumi, alasan yang selalu dihadapi terkait ketersediaan cadangan minyak dunia adalah keterbatasan cadangan minyak dunia. Mencermati krisis minyak bumi yang pernah terjadi, serta instabilitas kawasan yang mengandung cadangan minyak bumi, maka AS meningkatkan perhatian seriusnya terhadap akses suplai minyak bumi. Tingginya intensitas ketergantungan AS terhadap stabilitas cadangan minyak bumi dunia mendorong AS untuk turut berpartisipasi baik secara politis maupun militer di sejumlah kawasan yang menyimpan cadangan minyak bumi dalam jumlah besar, salah satunya adalah Timur Tengah. Sejarah menunjukkan bahwa instabilitas kawasan Timur Tengah yang telah menimbulkan konflik dan perang berdampak pada stabilitas tingkat produksi dan harga minyak bumi dunia. Dalam kasus Irak, keterlibatan AS secara militer menunjukkan adanya keinginan untuk mengontrol dan menguasai sumber minyak yang merupakan bagian dari masalah keamanan energi AS. Momentum yang paling tepat dalam perubahan kebijakan luar negeri AS adalah pascatragedi pemboman WTC pada tanggal 11 September 2001. AS semakin meningkatkan intensitasnya dalam penempatan tentaranya di kawasan strategis akan cadangan minyak bumi, dengan dalih perang melawan terorisme. 62 Afganistan merupakan negara pertama yang diinvasi AS pasca tragedi tersebut. Dalam kasus Perang Irak 2003, salah satu dalih yang digunakan AS dalam penempatan pasukan militer AS di Irak adalah upaya pembelaan rakyat Irak dari sikap pemerintahan Saddam Hussein yang otoriter dan represif. 63 Melalui kebijakan luar negeri AS, isu keamanan energi merupakan salah satu agenda penting yang harus diperhatikan. Sebagai prioritas utamanya, AS selalu mengupayakan langkah-langkah antisipasinya terhadap terjadinya ketidakpastian pasokan dengan mempertahankan hubungan kerjasama ekspor dan impor minyak bumi dengan negara produsen minyak. Dengan jelas dinyatakan di dalam kebijakan energi nasional AS National Energy Policy 2001 bahwa “...energy security must be priority of US trade and foreign policy.” 64 Di samping itu juga ditegaskan bahwa kepentingan AS akan stabilitas cadangan minyak bumi dunia akan berdampak pada kepentingan nasional AS. Hal 62 Ibid., h. 57. 63 Siti Muti‟ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaaan Amerika Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL UGM, h. 15. 64 Lihat “National Energy Policy: Report of the National Energy Policy Development Group, May 2001,” dalam www.wtrg.EnergyReportNational-Energy-Policy.pdf, diunduh pada tanggal 25 April 2011, pukul 8.30. Kebijakan Energi Nasional Amerika Serikat ini sering juga disebut dengan “Chenney Energy Plan” karena ide kebijakan tersebut berasal dari Wakil Presiden AS, Dick Chenney. ini semakin menunjukkan tingginya kepentingan dan ketergantungan AS akan cadangan minyak bumi dunia. Kebutuhan AS terhadap minyak yang begitu besar dengan cara mengimpor sekitar 53, telah mendorong Washington untuk mencari sumber- sumber cadangan minyak untuk mengamankan kepentingan minyaknya. Cadangan minyak mentah yang dimiliki oleh AS hanya berjumlah 22 milyar barel. 65 Apabila kebutuhan minyak AS dibandingkan dengan cadangan minyak mentahya, maka AS hanya akan mampu memenuhi kebutuhan minyak dalam negerinya selama tiga tahun. Sedangkan pada saat ini, AS menempati urutan pertama sebagai negara paling banyak mengkonsumsi minyak dunia. 66 Alasan AS sebagai negara pengimpor terbesar minyak dunia di antaranya adalah karena wilayah negara AS yang sangat luas sehingga memerlukan penggunaan bahan bakar bensin untuk keperluan kendaraan bermotor, keperluan untuk industri-industri dalam negeri AS, dan bahan bakar untuk pemanas rumah yang biasanya digunakan warga AS. Di samping itu juga, jumlah penduduk AS yang terus bertambah, membuat tingkat konsumsi terhadap energi semakin meningkat. 67 Kesulitan bagi AS dalam mencari sumber energi alternatif yang lebih murah dan aman membuat negara tersebut mulai melihat kawasan Timur Tengah. Kekhawatiran AS akan kenaikan harga minyak dunia dapat terjadi kapan saja. Hal ini membuat pemerintahan Bush untuk segera menemukan sumber minyak di kawasan yang dapat mengamankan kepentingan AS dalam jangka panjang. 65 Mohammad Safari dan Al-Muzammil Yusuf, ed. Perang Iraq-AS: Hegemoni Baru AS di Timur Tengah dan Dampak Globalnya Jakarta: COMES, 2003, h. 141. 66 Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak Amerika Serikat,” h. 66. 67 Ibid., h. 59.

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

Sebagai satu-satunya negara super power saat ini, Amerika Serikat tentunya memiliki kebijakan luar negeri yang dirancang untuk mencapai tujuan nasionalnya baik dalam bidang ekonomi, politik maupun pertahanan dan keamanan. Jika pada masa Perang Dingin kebijakan luar negeri AS lebih ditujukan untuk membendung ancaman pengaruh komunisme, maka hal yang berbeda terjadi pada masa setelah Perang Dingin terlebih dengan terjadinya Tragedi 911 yang tentunya membuat AS harus menata ulang kembali kebijakan luar negerinya. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan mengenai perubahan kebijakan luar negeri AS pasca-Tragedi 911. Selain itu, bab ini pun akan membahas mengenai kebijakan luar negeri Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah, khususnya Irak.

A. Kebijakan Luar Negeri AS Pasca- Tragedi 911

Serangan gerakan teroris internasional pada 11 September 2001 atau yang terkenal dengan sebutan Tragedi 911 dijadikan momentum awal diterapkannya strategi dan kebijakan baru AS untuk memulihkan kembali perannya sebagai polisi dunia yang tangguh. Serangan terorisme tersebut, terlepas dari kontroversi yang muncul, menjadi bukti bahwa betapa negara yang sangat kuat itu masih dapat diserang. Betapa negara yang diproteksi oleh perlengkapan senjata tercanggih di dunia masih mempunyai celah untuk diserang.