Upaya menangani terorisme ini juga dilakukan dengan mengedepankan aspek militer. Sangat nyata bahwa Tragedi 911 terjadi di AS, tetapi reaksi
Presiden George W. Bush paling menonjol adalah invasi militer ke Afganistan dan Irak. Ini menunjukkan bahwa Presiden Bush lebih mengedepankan
penggunaan hard power, yakni kekuasaan yang ditegakkan dengan paksaan.
78
Presiden George W. Bush telah mendapatkan situasi yang kondusif untuk melancarkan penggunaan hard power dalam melangsungkan kebijakan luar
negerinya. Terorisme telah dijadikan alasan untuk itu, dan dunia cukup mempercayainya, setidaknya para sekutu AS. Presiden Bush yakin AS berada
dalam posisi yang benar dan merasa berkewajiban untuk menyebarluaskan kebenaran serta melawan kekuatan jahat evil secara unilateral di seluruh penjuru
dunia dengan menggunakan kekuatan militer AS yang tidak tertandingi dan tidak boleh ditandingi.
79
AS di bawah Presiden Bush merupakan misionaris bersenjata yang percaya bahwa AS ditakdirkan untuk memimpin dunia untuk kebaikan itu
sendiri. Di samping itu, AS pun akan secara aktif mendukung freedom atau kebebasan di seluruh dunia.
80
Penggulingan rezim Taliban di Afganistan dan rezim Saddam Hussein di Irak yang bertujuan untuk membentuk pemerintahan
yang demokratis merupakan wujud dari dukungan AS terhadap freedom atau kebebasan itu sendiri.
B. Kebijakan Bidang Politik Amerika Serikat di Timur Tengah
Penjelasan mengenai kebijakan politik Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah guna mengamankan kepentingan nasionalnya dapat dilihat dengan
78
Ibid., h. 248.
79
Anwar, “Tatanan Dunia Baru di Bawah Hegemoni Amerika Serikat,” h. 23.
80
Ibid.
menggunakan The Truman Doctrine serta The Eisenhower Doctrine. Doktrin Truman, yang berawal dari pernyataan Presiden Harry S. Truman pada tanggal 12
Maret 1947 di hadapan Kongres, secara khusus mengulas perlunya AS menyelamatkan krisis ekonomi dan politik di Yunani dan Turki.
81
Upaya penyelamatan terhadap krisis ini dilakukan dengan memberikan bantuan berupa
bantuan ekonomi dan perlindungan militer kepada negara tersebut atau yang dikenal dengan sebutan Marshall Plan dengan tujuan agar Yunani dan Turki tetap
berada dalam Pax Americana Amerika Raya.
82
Doktrin Truman yang semula diterapkan pada Yunani dan Turki, pada akhirnya juga berkembang ke seluruh dunia bebas free world yang menghadapi
sebuah ancaman bagi dominasi keamanan dan kepentingan nasional AS, termasuk di kawasan Timur Tengah. Perluasan Doktrin Truman di Timur Tengah diperkuat
dengan adanya Doktrin Eisenhower. Pada 5 Januari 1957, Presiden Eisenhower dalam pidato di depan Kongres
menekankan perlunya AS memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kawasan Timur tengah dengan langkah antara lain: Pertama, mengadakan bantuan
program dengan pendekatan bilateral dan multilateral untuk memperkuat penguasa-penguasa yang pro AS di Timur tengah agar tetap dalam kekuasaan AS;
Ke dua, memperluas bantuan dan kerjasama militer untuk memperkuat dan memperluas dominasi AS di kawasan itu; Ke tiga, memperkuat integritas teritorial
dan kemerdekaan bangsa-bangsa Timur Tengah dari kemungkinan agresi
81
Azman Ridha Zain, “Realitas Dibalik Konflik Amerika Serikat-Irak Analisis terhadap Invasi AS ke Irak,” Tesis S2 Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 2004, h. 47.
82
Istilah Pax Americana muncul untuk menggambarkan situasi dan posisi yang sama seperti yang pernah dinikmati Inggris pada Perang Dunia I, ketika negara ini dapat mengontrol
wilayah Timur Tengah tanpa ada perlawanan yang berarti, baik yang bersifat regional maupun internasional. Siti Muti‟ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi
Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi Rakyat Indonesia Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL UGM, 2004, h. 36.
kekuatan musuh.
83
Untuk menjalankan kebijakan tersebut, AS memerlukan dukungan kerjasama yang sangat kuat. Sejak tahun 1940-an pemerintah AS telah
menetapkan kebijakan untuk menjaga kepentingannya di Timur Tengah. Alasannya jelas, bumi gersang dan tandus Jazirah Arab dan Parsi itu ternyata
menyimpan dua pertiga cadangan minyak dunia.
84
Presiden Eisenhower, pernah menggambarkan bahwa Timur Tengah merupakan tanah yang kaya yang harus dijaga oleh AS. “Di sanalah tempat paling
terpenting di dunia berada,” kata Eisenhower. Selanjutnya, muncul anggapan bahwa, siapa yang menguasai Timur Tengah, dia akan menguasai dunia.
Kalangan militer juga berpendapat bahwa, siapa yang menguasai energi, akan dapat mengontrol dunia. Ini terus dilakukan AS bersama sekutunya.
85
Politik luar negeri AS di kawasan Timur Tengah pasca-Perang Dingin setidaknya dilatarbelakangi oleh dua kepentingan utama yakni, Israel dan
minyak.
86
Pada masa Perang Dingin, AS juga sangat berkepentingan untuk dapat membendung pengaruh komunis Uni Soviet di kawasan ini. Namun, setelah
berakhirnya Perang Dingin, AS tampak tidak lagi menjalankan politik pembendungannya.
Terdapat dua aliran pemikiran di kalangan intelektual dan politisi AS perihal politik Washington terhadap kawasan Timur Tengah. Pertama, aliran yang
membela hal apa yang disebut sebagai doktrin Israel First. Ke dua, aliran yang
83
Zain, “Realitas Dibalik Konflik Amerika Serikat-Irak,” h. 48.
84
Kirdi Dipoyudo, Timur Tengah dalam Pergolakan, 2
nd
ed. Jakarta: CSIS, 1982, h. 30.
85
Elba Damhuri, Di balik Invasi AS ke Irak Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003, h. 41.
86
Riza Sihbudi, Eksistensi Palestina: Di Mata Teheran dan Washington Bandung: Mizan, 1992, h. 23.
menghendaki agar AS bersikap lebih adil di Timur Tengah atau disebut sebagai aliran evenhanded .
87
Bagi pendukung doktrin Israel First yang ditokohi mantan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger, kepentingan AS di Timur Tengah akan sangat terjamin
jika Washington meneruskan dukungannya terhadap posisi dominan Israel di kawasan ini. Doktrin Israel First memandang Israel tidak hanya sebagai sebuah
aset strategis, tetapi juga sebagai yang pantas didukung penuh atas dasar-dasar moral, bentuk pemerintahannya yang demokratis, norma-norma budaya Baratnya,
dan di atas segalanya, fungsi Israel sebagai tempat perlindungan dan pengganti kerugian bagi orang-orang Yahudi yang telah mengalami penderitaan historis.
88
Sebaliknya, bagi pengikut aliran evenhanded, dukungan AS terhadap Israel tidak menjamin sejumlah kepentingan vital AS di Timur Tengah dan dunia Islam.
Menurut mereka, doktrin Israel First justru menyulitkan posisi rezim-rezim Arab moderat yang selama ini bergantung pada batuan militer dan ekonomi AS.
Menurut pengikut aliran ini, doktrin Israel First justru menimbulkan gerakan- gerakan fundamentalis Islam radikal yang mengancam keamanan warga AS di
kawasan ini.
89
Namun, sampai saat ini pendukung Israel First masih jauh lebih unggul dibandingkan dengan pendukung aliran evenhanded. Dominasi pengikut doktirn
Israel First dalam proses pembuatan kebijakan di AS dikarenakan doktrin ini didukung sepenuhnya oleh sebuah aliansi kekuatan politik yang sangat kuat dan
87
Ibid.
88
Ibid., h. 24.
89
Ibid.
yang secara efektif mampu memobilisasi kepentingan maupun sentimen pro Israel.
90
Kebijakan politik AS di kawasan Timur Tengah yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang menyebabkan kawasan tersebut disebut
dengan Dunia Islam, mengalami banyak ketegangan dan bahkan permusuhan, terutama pasca Tragedi 911. Tragedi 911 ini membawa dampak sangat besar
bagi hubungan AS dengan dunia Islam. AS cenderung melihat Islam sebagai musuh atau ancaman, begitu pula sebaliknya, kebanyakan masyarakat di Dunia
Islam memandang AS sebagai lawan yang berniat menghancurkan Islam. Ketegangan AS-Dunia Islam lebih banyak disebakan karena kebijakan AS
di bawah Presiden George W. Bush yang selalu mengidentikkan Islam dengan terorisme. Di satu sisi, dengan alasan memerangi terorisme internasional, Presiden
Bush melancarkan invasi dan kemudian menduduki serta menghancurkan negara- negara muslim yang lemah, seperti Afganistan dan Irak. Sementara di sisi lain,
Presiden Bush justru terus memberikan dukungan terhadap terhadap Israel yang terus menindas bangsa Palestina.
C. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Irak