BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa lepas dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Otonomi daerah adalah hasil dari kebijakan desentralisasi dan demokratisasi. Hal ini harus dipahami sebagai sebuah
proses untuk membuka ruang bagi lahirnya pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratisasi, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan
pemerintah yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas dan memelihara suatu pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban publik
Kebijakan pemerintah
Indonesia tentang otonomi daerah, yang mulai
dilaksanakan secara efektif tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang secara demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintahan
yang sesungguhnya. Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan
kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah Pramela, 2009.
Otonomi daerah yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab Soekarwo, 2003:93. Dalam pelaksanaan
otonomi tersebut pemerintah daerah harus memiliki wewenang dan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
menggali sumber keuangan sendiri, serta didukung oleh perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah serta antara provinsi dan kabupatenkota yang
merupakan persyaratan dalam sistem pemerintahan daerah. Dalam konteks desentralisasi, daerah provinsi memiliki wewenang sebagaimana pemerintah
pusat. Wewenang tersebut antara lain adalah melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah kabupatenkota dan keputusan kepala daerah.
Reformasi anggaran dalam konteks otonomi memberikan paradigma baru terhadap anggaran daerah yaitu bahwa anggaran daerah harus bertumpu pada
kepentingan umum, yang dikelola dengan berdaya guna dan berhasil guna serta mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas secara rasional untuk
keseluruhan siklus anggaran. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Lingkungan anggaran
menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah karena hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap kinerja pemerintah yaitu sehubungan
dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada pemerintah daerah menjadi
relevan dan penting. Masyarakat mengharapkan adanya peningkatan pelayanan di berbagai sektor
terutama sektor publik dalam era desentralisasi fiskal. Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha
di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila upaya serius dari pemerintah untuk memberikan fasilitas pendukung investasi. Konsekuensinya,
pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan
Universitas Sumatera Utara
ini, dalam hal ini erat kaitannya dengan belanja langsung. Desentralisasi fiskal di satu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah,
tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fisakal daerah yang berbeda-beda.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana
perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, dan bagian dari Dana Bagi Hasil DBH yang terdiri dari pajak dan
sumber daya alam. Di samping dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah PAD,
pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Seharusnya dana transfer dari
pemerintah pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan
dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel. Pemerintah dalam perkembangannya memberikan dana perimbangan untuk mengatasi
persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah yang cukup besar. Salah satu komponen dana perimbangan tersebut adalah dana alokasi
umum. Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah,
Universitas Sumatera Utara
adanya konsekuensi penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang secara leluasa dapat menggunakan dana ini untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada
masyarakat. Pendapatan Asli Daerah merupakan cermin kemandirian suatu daerah dan
penerimaan murni daerah yang merupakan modal utama bagi daerah dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. Dalam menjalankan
otonomi daerah kabupatenkota di Sumatera Barat dituntut untuk mampu meningkatkan PAD yang merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan
daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Hampir semua provinsi dan kabupaten dan kota di Indonesia memiliki
masalah ketimpangan fiskal. Provinsi Sumatera Barat yang terdiri atas 19 kabupatenkota merupakan salah satu provinsi yang memiliki masalah
ketimpangan fiskal dalam sumber pendanaan dari PAD pada beberapa kabupaten dan kota. Ketimpangan fiskal dalam hal ini daerah tidak mampu mencukupkan
belanja dan biaya daerah melalui sumber pendanaan asli daerah secara murni. Dengan demikian, tingkat ketergantungan pemerintah daerah cukup tinggi
terhadap pemerintah pusat. Fenomena utama dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar
kontribusi DAU dan PAD terhadap Belanja Langsung . Total DAU dan PAD di provinsi Sumatera Barat terus meningkat dari tahun ke tahun dan bersamaan
dengan itu terjadi pula peningkatan belanja langsung.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Peningkatan DAU, PAD dan Belanja Langsung
Di Provinsi Sumatera Barat dalan miliaran Rupiah
Variabel Tahun 2005
Tahun 2006 Tahun 2007
DAU 247,487 477,029
546,332 PAD 448,279
504,408 571,526
Belanja Langsung 471,001
662,037 577,432
Sumber : DPKD Provinsi Sumatera Barat
Melihat semakin meningkatnya jumlah DAU dan PAD dari tahun ke tahun yang diiringi dengan peningkatan belanja langsung yang ada di provinsi Sumatera
Barat maka penulis ingin melihat apakah peningkatan DAU dan PAD tersebut berpengaruh terhadap peningkatan belanja langsung.
Terkait dengan hal ini, Sihite 2009 melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Khusus DAK
dan Pendapatan Asli Daerah PAD mempunyai pengaruh terhadap belanja langsung dengan sampel pemerintahan kabkota di Sumatera Utara. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa secara parsial DAK, PAD dan DBH masing- masing berpengaruh signifikan positif terhadap belanja langsung sedangkan
secara simultan ketiga variabel independen berpengaruh positif terhadap belanja langsung secara bersama-sama. Penelitian terdahulu memiliki keterbatasan
dimana penggunaan sampel penelitian hanya terbatas pada kabkota di Sumatera Utara. Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian replikasi dengan mengambil sampel pada pemerintahan kabkota di Sumatera Barat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membuat suatu
karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Langsung
Pemerintah KabupatenKota Di Sumatera Barat .”
B. Perumusan Masalah