sangat tertinggal. Untuk itulah maka, transfer dari pemerintah pusat dalam bentu DAU masih diberikan untuk mengatasi kesenjangan antar daerah fiscal gap.
4. Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber
dananya sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD. Menurut UU No. 33 Tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber- sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah.
Pendapatan asli daerah adalah tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi
yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakain besar kontribusi yang dapat diberikan oleh PAD terhadap APBD berarti semakin kecil
ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat. PAD memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah.
Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD yang positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan per kapita yang lebih baik Harianto dan
Adi, 2007. Apabila suatu daerah PAD-nya meningkat maka dana yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
pemerintah akan meningkat pula. Peningkatan ini akan menguntungkan pemerintah, karena dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.
PAD menurut Halim 2004:67 merupakan “Semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. PAD hanya merupakan salah satu
komponen sumber penerimaan keuangan negara disamping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah
juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambah sebagai sumber pendanan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Keseluruhan penerimaan tersebut setiap
tahun tercermin dalam APBD. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai APBD, proporsi PAD terhadap total penerimaan tetap merupakan indikasi
“derajat kemandirian ” keuangan suatu pemerintah daerah. IASC dalam Halim 2004:67 pendapatan asli daerah merupakan sumber
murni daerah yang terdiri dari: a.
Pajak Daerah b.
Retribusi Daerah c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri 132006 adalah
terdiri dari : Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai
dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut
obyek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaab modal pada perusahaan milik daerah BUMD, bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan milik Negara BUMN, dan bagian laba atas
Universitas Sumatera Utara
penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan
untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup ,hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, jasa giro, pendapatan
bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas
jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
pendapatan dari angsuran cicilan penjualan.
5. Belanja Langsung