39 Kekenusa, et al. 2006 juga menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2
didominasi kelompok usia ≥45 tahun. Usia ≥45 tahun memiliki resiko 8 kali lebih
besar terkena penyakit diabetes melitus tipe 2 dibandingkan usia 45 tahun. Hal ini dapat terjadi karena pada lansia terjadi perubahan fisik dan penurunan fungsi
tubuh yang mempengaruhi kemampuan fisik dan menurunkan kekebalan tubuh, serta proses metabolisme yang menurun yang tidak diimbangi dengan peningkatan
aktivitas fisik Maryam, et al., 2008.
4.1.2 Jumlah Obat
Berdasarkan sampel yang berjumlah 90 rekam medik 165 resep yang menggunakan obat antidiabetes dalam resepnya, diperoleh 88,48 jumlah obat
dalam resep yakni ≥5.
Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian jumlah obat
Karakteristik Subjek Jumlah Resep n=165
Jumlah Obat 5
≥5 19
146 11,52
88,48
Data di atas menunjukkan bahwa peresepan ≥5 obat memiliki persentase
yang tinggi yakni 88,48 pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari 2013 menunjukkan bahwa pada pasien diabetes lebih
dari 50 menerima obat ≥5. Hal ini dapat terjadi karena pada penderita diabetes
melitus tipe 2 terjadi resistensi insulin dan sekresi insulin yang semakin rendah dari waktu ke waktu. Kebanyakan individu dengan diabetes tipe 2 menunjukkan
sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolik. Karena kelainan ini, pasien dengan diabetes tipe 2 beresiko mengalami komplikasi Triplitt, et al., 2008. Hal
tersebut menyebabkan pasien membutuhkan terapi lebih dari satu obat atau
40 memerlukan terapi kombinasi untuk mendapatkan kontrol yang baik Shastry, et
al., 2015.
4.2 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes pada Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014
Persentase penggunaan obat antidiabetes di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014 yang diambil dari 165 resep dimana terdapat 230 penggunaan
obat antidiabetes ditunjukkan oleh Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Persentase tingkat penggunaan obat antidiabetes pasien rawat inap
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli- Desember 2014
No Nama Obat
Jumlah penggunaan
1 Insulin aspart
95 41,30
2 Insulin detemir
57 24,78
3 Metformin
43 18,70
4 Glimepirid
11 4,78
5 Insulin aspart + Insulin protaminated
8 3,48
6 Insulin glargine
5 2,17
7 Glicazide
4 1,74
8 Glibenklamid
3 1,30
9 Gliquidone
3 1,30
10 Acarbose 1
0,43 Jumlah
230 100
Data di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi penggunaan obat antidiabetes yakni insulin aspart 41,30. Penelitian yang dilakukan oleh
Istiqomatunnisa 2014 juga menunjukkan bahwa insulin merupakan salah satu obat antidiabetes injeksi yang banyak digunakan pada pasien rawat inap diabetes
Kartu Jakarta Sehat di RS TNI AU Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. Penggunaan insulin diberikan jika kondisi pasien memiliki kadar glukosa yang sangat tinggi
dan mengalami komplikasi. Jika kadar glukosa darah sudah relatif stabil maka dapat dilakukan evaluasi terhadap penyakit komplikasi yang diderita oleh pasien.
41 Insulin aspart banyak digunakan karena memiliki kerja onset kerja cepat dan
menurunan kadar glukosa postprandial lebih cepat dibandingkan insulin regular ACCP, 2013. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan
terapi insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Selain itu ketika penderita mengalami stress berat, seperti pada
infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke, ketoasidosis diabetik. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin Depkes RI, 2005.
4.3 Persentase Frekuensi Potensi Interaksi Obat Antidiabetes Subjek Penelitian