Pesan Religius Keagamaan al-

ris ālatun: khi ṭ ābun, maktūbun, muhimmatun wājibun `au hadafun lil hayāti `Pesan : penyampaian, yang tertulis – sesuatu kepentingan yang wajib atau panduan hidup. Luis Ma’luf, 1988:573 Nurgiyantoro dan Luxembrug membagi pesan menjadi dua yaitu: pesan religius, dan pesan kritik sosialnya.

2.1.1 Pesan Religius Keagamaan al-

āmānātu al- addīniyya Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius. Istilah “religius” membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Religius, di pihak lain, melihat aspek yang ada di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian religius bersifat mengatasi lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, resmi Mangunwijaya, dalam Nurgiyantoro, 1998: 326-327. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 2003:943 Religius adalah kepercayaan kepada tuhan akan adanya kekuatan di atas manusia, kepercayaan Aninisme, dinanisme. Agama adalah kesalehan yang dapat diperoleh melalui pendidikan misalnya meneliti penyebab terjadinya petir sehingga diketahui pula siapa yang menjadikan peristiwa alam itu. Adapun pesan religiuskeagamaan yang dapat kita ambil dari kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur`an surah Al-Kahfi adalah sebagai berikut: Contoh pesan religius Dalam Al-Qur’an surah Al-kahf Ayat 22: Universitas Sumatera Utara                                      “sayaq ūlūna Ś al ā Ś atun r ābi’uhum kalbuhum wa yaqūlūna khamsatun sādisuhum kalbuhum rajm ā bi al-gaibi, wa yaqūlūna sab’atun wa Ś āminuhum kalbuhum, qul rabbī a’lamu bi’iddatihim m ā ya’lamuhum illā qalīlun falā tumāru fīhim illā mirā`an zāhiran wal ā tastafti fīhim minhum ahadan.” “Nanti ada orang yang akan mengatakan jumlah mereka adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan yang lain mengatakan: jumlah mereka adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan yang lain lagi mengatakan: jumlah mereka tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya. Katakanlah: Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui bilangan mereka kecuali sedikit. Karena itu janganlah kamu Muhammad bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka pemuda-pemuda itu kepada seorangpun di antara mereka.” QS.18:22. Pesan religius yang dapat diambil dari ayat di atas adalah adab kesopanan bagi orang-orang yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu adalah hendaklah mengembalikannya kepada yang mengetahuinya. Contoh pesan religiusagama dikutip dari skripsi Linda Gustina Nim 050704035 dengan judul “Analisis strustural kisah Ashabul Al- khafi Para Penghuni gua’dalam Al-Qura’an surah Al-khafi” Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Pesan Kritik Sosial al-