Dari pernyataan-pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bahwa dalam menetapkan kebijakan dividen, manajemen tentu sangat memperhatikan laba
bersih yang dihasilkan perusahaan dan kas yang tersedia di perusahaan. Jumlah kas yang berasal dari aktivitas oparasi merupakan indikator yang menentukan
pakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul “ Pengaruh Laba Bersih, Potensi Pertumbuhan, ROE, EPS, DER Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dirumuskan masalah yang diteliti sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh laba bersih, potensi
pertumbuhan, ROE, EPS dan DER baik simultan dan parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh laba bersih, potensi pertumbuhan, ROE, EPS dan DER baik simultan dan parsial
terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan memperluas pola piker secara ilmiah dalam bidang akuntansi terutama dalam memahami laba bersih,
potensi pertumbuhan, ROE, EPS dan DER dan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen perusahaan,
2. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan
penelitian sejenis, 3.
Bagi investor, dapat dijadikan pertimbangan untuk menetapkan investasi sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Laba Bersih
Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikuarangi pajak penghasilan yang disajikan dalam
bentuk laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah “net income” untuk menyatakan kelebihan pendaopatan atas biaya dan istilah “net loss” untuk
menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan. Untuk menentukan keputusan investasinya, calon investor perlu menilai perusahaan dari segi kemampuan untuk
memperoleh laba bersih sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengambalian yang tinggi. Laba bersih net income dapat dijadikan
ukuran kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. Earning merupakan suatu ukuran berupa besar harta yang masuk pendapatan dan keuntungan melebihi
harta yang keluar beban dan kerugian.
2. Potensi Pertumbuhan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semaklin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan. Semakin besar kebuthan dana dimasa
mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan pendapatan, bukan membayarkannya sebagai dividen. Karena itu potensi pertumbuhan perusahaan
menjadi faktor yang penting dalam kebijakan dividen. Rumus yang digunakan untuk menghitung potensi pertumbuhan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Potensi pertumbuhan=
3. Return on Equity ROE
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba. Salah satu rasio yang diguanakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan
adalah return on equity ROE. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan pemegang saham L.Thian Hin, 2001:64. ROE sering
disebut rate of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki sehingga ROE ini
ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Darsono
2005: 57, “ ROE menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin
baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sehingga pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas
resiko misalkan suku bunga bank Indonesia. Rumus yang digunakan untuk
mengukur rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
ROE=
4. Earning Per Share EPS
Earning per share merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba perusahaan merupakan alat ukur yang berguna untuk
membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang berbeda dan untuk
Universitas Sumatera Utara
membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam stuktur modal. Laba per saham sejak dulu dihitung dan digunakan oleh para
analis keuangan. Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mencoba memberikan informasi menganai laba per saham yang mungkin akan
diperoleh di masa datang. Menurut Syamsudin 1985 dalam Hairunnisa 2004 pada umumnya manajemen perusahaan dan pemegang saham sangat tertarik akan
EPS karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar.
Karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS adalah sebagai berikut:
EPS=
5. Debt to Equity Ratio DER
Debt to equity ratio yaitu rasio yang menunjukkan persentase penyedian dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
rasio akan semakin baik kemampuan dalam membayar kewajiban jangka panjang Darsono, 2005:54. Rumusnya adalah sebagai berikut:
DER=
6. Kebijakan Dividen a. Pengertian Kebijakan Dividen
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang besar
dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen
perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan James, 2005:270. Menurut Sartono
2001: 281, “ kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.” Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan earning antara penggunaan
pendapatan untuk dibayarakan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di
dalam perusahaan Riyanto, 2001: 265.
b. Jenis Kebijakan Dividen
Menurut Indrio dan Basri 2002:231, secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan yaitu: stable dividend policy, fluctuating dividend policy dan
kombinasi stable policy dan fluctuating dividend policy. 1
Stable dividend policy Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam
jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang main turun. Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dlam jumlah yang selalu stabil walaupun
Universitas Sumatera Utara
terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen akan diambilkan dari
cadangan stabilisasi dividen. 2
Fluctuating dividend policy Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada
tingkat keuntungan pada akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya
bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah atau bisa dikatakan selalu proporsional dengan keuntungan.
3 kombinasi stable policy dan fluctuating dividend policy
Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional
dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapat dividen tetap dan
apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya di daqpatkan bagian keuntungan. Bagian dividen yang proporsional besarnya tidak sama dengan
dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.
c. Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen yaitu: smoothing theory, clientele effect theory, tax preference theory , dividend irrelevance theory,
bird in the hand theory, residual theory of dividend, teori signal atau isi formasi dividen information content of dividend
1 Smoothing Theory
Universitas Sumatera Utara
Teori ini dikembangkan oleh Litner. Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun
sebelumnya. 2
Clientele Effect Theory Teori ini diungkapkan oleh Black ang Scholes. Teori ini mengatakan bahwa
kelompok clientele pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaa
3 Tax Preference Theory
Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen diberlakukan bagi investor capital gain atau dividen. Pada umumnya
besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain.
4 Dividen Irrelevance Theory
Menurut teori ini kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga saham tersebut.
5 Bird in The Hand Theory
Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa
mendatang. 6
Residual Theory of Dividend Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a.
mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, b. mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
besarnya modal sendiri yang dibutuhkan investasi, c. memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri semaksimal
mungkin, d. membayar dividen hanya jika ada sisa laba. 7
Teori Signal atau Isi Informasi Dividen information contain of dividend Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikkan
dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi
informasi dividen. Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa yang akan datang.
d. Indikator Kebijakan Dividen
Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen dividen payout ratio atau DPR. DPR merupakan rasio hasil
perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
DPR=
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Triana hidayati 2006, Karina 2006, Farih Hakaim 2007 dan Happy S Hartadi 2006.
Tinjauan penelitian terdahulu pada table 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tinjuan Penelitian Terdahulu
Nama peneliti
Tahun Judul
Variabel Hasil
Triana Hidayati
2006 faktor-faktor yang
mempengaruhi dividen kas di bursa
efek Jakarta tahun 1999-2003
Independen: ROI, cash ratio,
current ratio, debt to total asset,
earning per share EPS,
cash dividend pay out ratio
Dependen: cash dividend
cash dividend pay out ratio
secara signifikan mempengaruhi cash
dividend. ROI, Cash Ratio,
Current Ratio, DTA, dan EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan cash dividend
Karina Cahyati
2006 Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi dividen per share
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek jakarta
Independen: current ratio, debt
to equity ratio, dividen per share
tahun sebelumnya, earning per share,
total assets turn over
Dependen: dividen per share
dividen per share tahun sebelumnya
dan earning per share yang
mempengaruhi signifikan terhadap
dividen per share current ratio, debt to
equity ratio, total assets turn over tidak
mempengaruhi dividen per share
Universitas Sumatera Utara
Farih Rahman
Hakim 2007
Analisis Faktor- Faktor yang
Berpengaruh terhadap Rasio
Pembayaran Deviden pada Perusahan
Manufaktur yang MembagikanDeviden
dan Terdaftar di BEJ Tahun 2003-2005
Independen: cash position,
profitability, firm size dan debt to
equity ratio Dependen:
devidend payout ratio
cash posisition, profitability,firm size
dan debt to equity ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
variabel devidend payout ratio
Secara parsial variabel cash
posisition dan profitability
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel devidend payout ratio
firm size dan debt to equity ratio tidak
berpengaruh signifikanterhadap
variabel devidend payout ratio
Happy S Hartadi
2006 Analsis faktor-faktor
yang mempengaruhi dividen payout raio
pada perusahaan go public yang listed di
bursa efek Jakarta periode 2001-2003.
Independen cash positon,
profitabilitas, potensi
pertumbuhan, ukuran perusahaan,
dan debt to equity ratio
Dependen dividend payout
ratio terdapat hubungan
antara rasio pembayaran dividen
dengan posisi kas, profitabilitas, Debt to
Equity Ratio , ukuran perusahaan, dan
potensi pertumbuhan. Cash Position
berpengaruh sidnifikan terhadap
dividen payout ratio Profitabilitas ROA,
Potensi pertumbuhan GP, Debt to Equity
Ratio DER, dan Ukuran perusahaan
SIZE tidak berpengaruh
sidnifikan terhadap dividen payout ratio
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual