Pengaruh Pembinaan terhadap Pengetahuan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pembinaan terhadap Perilaku

5.1.1. Pengaruh Pembinaan terhadap Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pembinaan terhadap pengetahuan p=0,004 . Hal ini berarti bahwa pengetahuan kelompok petani yang dibina lebih baik dari pada kelompok petani yang tidak dibina. Pengetahuan kelompok petani yang dibina ada dalam posisi “baik” sebanyak 52 . Namun demikian pengetahuan petani yang dibina masih ada yang kurang yaitu48. Tingginya kelompok petani yang berpengetahuan “kurang” yang dibina oleh LSM dikarenakan para petani tidak serius mengikuti penyuluhan dimana tujuan utama petani mengikuti penyuluhan bukan untuk menambah pengetahuan tetapi sekedar berkumpul dan tukar pikiran dengan petani lain, atau mengharapkan pemberian pihak LSM tentang pakaian kerja bahkan uang makan . Selain itu pembinaan dilakukan pada siang hari sehingga petani kurang konsentrasi untuk menerima materi materi yang diberikan sehubungan jam tersebut jam tidur dimana tradisi petani tidur selesai makan siang disamping juga dipengaruhi oleh bahasa yang disampaikan oleh petugas tidak dipahami oleh petani sehingga susah diterima oleh petani. Rendahnya tingkat pendidikan mencerminkan daya tangkap seseorang seperti halnya yang diungkapkan oleh Hidayat 2005 bahwa semakin tinggi pendidikan 72 Universitas Sumatera Utara seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin baik pengetahuan yang dimilikinya. Soekidjo N 2007 mengatakan bahwa proses belajar dalam hal ini pembinaan dipengaruhi oleh faktor materi dalam hal ini materinya lebih focus kepada cara pemakaian pestisida supaya cepat panen dan hasilnya lebih baiki, faktor lingkungan, faktor instrumental baik perangkat keras seperti alat alat peraga, perlengkapan belajar maupun perangkat lunak seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan lain sebagainya. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas cendrung tidak serentak kepada petani karena keterbatasan waktu dari masing-masing petani sehingga petani tidak mendengarkan materi dari awal hingga akhir. Petani lebih cendrung untuk percaya kepada penjual pesisida dan pengalaman dibandingkan dengan yang disampaikan oleh petugas LSM sementara penjual pestisida cendrung berorientasi kepada bisnis. Petani yang tidak diberi pembinaan juga ada yang berpengetahuan” baik” yaitu sebanyak 24 . Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan , dimana pendidikan yang tidak dibina juga ada berpendidikan SLTP keatas. Selain itu pengetahuan mengenai pestisida juga dapat diterima dari sumber lain walau tidak ikut pembinaan seperti dari penjual pestisida, media cetak atau media elektronik. Metode pembinaan yang diberikan oleh pihak merupakan salah satu cara yang baik untuk menambah pengetahuan karena pada saat pembinaan petugas mempergunakan alat peraga seperti CD. Selain itu petugas juga tetap menjaga Universitas Sumatera Utara komunikasi yang baik dengan petani yang dibina bahkan pembinaan tersebut memberikan waktu untuk bertanya apabila kurang dimengerti. Pembinaan yang dilakukan LSM sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang pestisida. Soekijo 2007 mengatakan bahwa pendidikan dapat dilihat beberapa tahun kemudian, dalam waktu pendek pendidikan atau pembinaan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Dengan demikian pembinaan yang dilakukan LSM merupakan salah satu cara untuk menanggulangi keracunan pestisida karena dengan pembinaan secara rutin maka wawasan petani semakin meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tindakan dalam penggunaan pestisida, apalagi pada saat pembinaan petugas menggunakan alat alat peraga seperti masker, hal ini terbukti bahwa yang dibina memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang pestisida seperti menyemprot sesuai arah angin, menyemprot pada pagi hari, memakai APD serta memiliki tempat penyimpanan pestisida secara khsus. 5.1.2. Pengaruh Pembinaan terhadap sikap Hasil analisa pengaruh pembinaan terhadap sikap menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan p=0,009 artinya bahwa dengan pembinaan yang diberikan kepada kelompok petani dapat memberikan sikap yang” positif “ tentang pestisida. Hal ini terlihat bahwa petani yang dibina memiliki sikap yang “positif” tentang pestisida sebanyak 68 . Sikap positif dipengaruhi oleh kepercayaan petani akan ide atau konsep yang diberikan petugas pembinaan. Namun demikian masih Universitas Sumatera Utara ditemukan petani yang dibina LSM bersifat “negatif” tentang pestisida yaitu sebanyak 32 terutama tentang waktu penyemprotan yang dilakukan jam 8.00 sampai jam 11.00 dan juga petani tidak setuju kalau pestisida dapat mengakibatkan keracunan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor tradisi , faktor keluarga, faktor lingkungan , dan faktor pengalaman. Selain itu petani lebih percaya akan petunjuk dari penjual pestisida took penjual pestisida dibandingkan dengan petunjuk dari petugas penyuluh pertanian. Faktor tradisi masyarakat Karo menyemprot pestisida tidak terikat pada waktu yaitu jam 8 -11, yang terpenting bagi petani menyemprot pestisida ketika hari tidak hujan. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang selama ini menyemprot diluar jam 8.00 -11.00 tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan. Azwar 1985 mengatakan bahwa perilaku merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan perasaan tertentu dalam menanggapi objek dan terbentuk atas dasar pengalaman pengalaman. Sikap merupakan tenaga pendorong motif dari seseorang untuk timbulnya sesuatu perbuatan atau tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan menentukan warna atau corak pada tingkah laku orang. Pembinaan merupakan suatu cara untuk meningkatkan sikap positif terhadap pestisida hal ini terbukti bahwa yang dibina lebih banyak yang memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan pestisida yaitu sebanyak 68 sedangkan yang tidak dibina hanya 42 . Hal ini disebabkan karena dengan pembinaan wawasan Universitas Sumatera Utara kelompok petani semakin bertambah sehingga petani semakin respon terhadap pestisida. Banyaknya responden yang bersifat negatif juga dikarenakan rendahnya pendidikan responden yaitu mayoritas sekolah dasar bahkan masih ditemukan yang tidak berpendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan mencerminkan daya tangkap seseorang seperti halnya yang diungkapkan oleh A. Hidayat 2005 bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin baik pengetahuan yang dimilikiya.

5.1.3. Pengaruh Pembinaan Terhadap Tindakan