pengetahuannya juga baik. Pengetahuan yang baik akan membuat masyarakat menjadi lebih peduli terhadap upaya pencegahan keracunan pestisida seperti
penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan yang disarankan atau sesuai panduan dalam kemasan, karena menurut petani dosis yang tertera tidak mampu membasmi
hama, sehingga harus ditambah dari ketentuan yang ada. Menurut Umar Fahmi 1990 bahwa faktor sikap mempengaruhi terhadap
penggunaan pestisida dimana petani yang mempunyai sikap yang positif akan menggunakan pestisida yang memenuhi syarat kesehatan dan petani yang mempunyai
sikap tidak baik akan menggunakan pestisida yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti merokok sambil menyemprot , menyemprot setiap hari, menyemprot sesuai
arah angin, dan menyimpan pestisida pada tempat yang khusus. Pembinaan oleh LSM memberikan sikap yang positif terhadap petani tentang
pemakaian pestisida hal ini terlihat bahwa kelompok petani yang dibina memiliki sikap positif sebanyak 62 sedang yang tidak dibina yang positif ada 48 . Hal ini
juga karena pada saat pembinaan petugas memutar CD sehingga petani merasa lebih jelas dan lebih tertarik akan materi yang disampaikan.
5.2.3 Pengaruh Tindakan terhadap Keracunan Pestisida pada Petani
Dari hasil penelitian didapatkan yang melaksanakan tindakan yang baik 35 orang 35 mengalami keracunan berat 10 orang 28,6, keracunan sedang 10
orang 28,6 5, keracunan ringan 11 orang 31,4 dan normal 4 orang 11,4 5 sedang tindakan yang kurang baik ada sebanyak 65 orang 65 yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
keracunan berat 20 orang 30,8 , keracunan sedang 13 orang 20, keracunan ringan 8 orang 12,3 dan normal 24 orang 36,9. Terlihat bahwa proporsi petani
yang mempunyai tindakan kurang lebih besar dibandingkan dengan proporsi petani dengan tindakan baik.
Secara statistik dengan uji bivariat menunjukkan ada pengaruh yang signifikan faktor tindakan terhadap keracunan pestisida pada petani p = 0,015
0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian Sukmawati 2000 yang menyimpulkan bahwa praktek penggunaan pestisida mempunyai hubungan dengan keracunan
pestisida . Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan tindakan terhadap tingkat keracunan pada petani p = 0,0030,05.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Linda 2009 yaitu ada hubungan tindakan dengan keracunan pestisida pada petani wanita subur di Kecamatan Payung
Kabupaten Karo. Sesuai dengan konsep tindakan menurut Notoatmodjo 2005 bahwa salah satu bentuk tindakan adalah bentuk aktif overt behavior, yaitu apabila
perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Dalam hal ini petani yang menggunakan pestisida dimana perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata. Tindakan petani dalam konteks penelitian ini adalah pemakaian alat pelindung diri pada saat mengelola pestisida , menyemprot sesuai arah angin,
melakukan proses penyemprotan tanaman sesuai dengan aturan yang ditetapkan, mencampur pestisida sesuai panduan, menyemprot pada pagi hari dan memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
frekuensi penyemprotan perminggu serta menyimpan pestisida pada tempat khusus. Dengan memperhatikan hal hal tersebut maka kita dapat menghindari keracunan
pestisida. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa tindakan petani yang
kurang masih ditemukan. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa pada saat melakukan aplikasi pencampuran pestisida tidak menggunakan APD, padahal
pada saat aplikasi tersebut konsentrasi pestisida yang terhirup dan terpapar pada kulit sangat tinggi, tindakan ini akan sangat mempengaruhi keracunan pestisida pada
petani . Berdasarkan wawancara dengan salah satu petani mengatakan bahwa alasan tidak memakai APD atau tidak memperhatikan aturan aturan yang tertera dalam
kemasan juga tidak mengalami keracunan bahkan hasil panen mereka juga lebih banyak.
Meskipun petani memiliki tindakan yang baik kenyataannya mereka mengalami keracunan berat, hal ini diduga berkaitan dengan jenis tanaman yang disemprot lebih
tinggi dari badan penyemprot pestisida sehingga resiko terpapar lebih tinggi. Seiring dengan itu juga bahwa petani yang tindakannya kurang baik ditemukan kasus
keracunan berat, hal ini berkaitan dengan jenis tanaman yang disemprot oleh petani yaitu tanaman rendah sehingga resiko terpapar lebih kecil.
Walaupun tindakan petani baik dalam penyemprotan, sesuai arah angin, menyemprot pada pukul 8 .00– 11 .00, memiliki tempat penyimpanan yang khusus
untuk pestisida, namun tidak memakai APD dalam penyemprotan maka akan berpeluang terhadap keracunan pestisida seperti halnya responden secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan tidak memakai APD dalam mencampur dosis sehingga kemungkinan terpapar pestisida.
5.3. Keterbatasan Penelitian