BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Bidan tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pura Tahun 2010
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33 orang bidan, pengetahuan bidan tentang penanganan perdarahan pasca persalina mayoritas bidan memiliki
pengetahuan baik yaitu 17 orang 51,5, sedangkan yang berpengetahuan kurang 2 orang 6,1, hal ini dapat diketahui dari 100 bidan sudah mengetahui bahwa
tindakan yang dapat dilakukan pada atonia uteri adalah dengan segera melakukan kompresi bimanual interna, 87,9 bidan sudah mengetahui bahwa sebelum
memberikan suntikan oksitosin terlebih dahulu dipastikan kehamilan tunggal. Menurut Maulana 2009 pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan bidan dalam penanganan perdarahan pasca persalinan diperoleh dari pendidikan dan sumber informasi dan pengalaman bekerja.
Bidan yang menjadi sampel dalam penelitian ini mayoritas berpengetahuan baik hal ini disebabkan karena mayoritas bidan sudah memiliki pendidikan DIII
kebidanan. Menurut Lisnani 2010 yang mengutip pernyataan Hendra bahwa pendidikan
seseorang akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang, karena pendidikanlah yang melatar belakanginya. Notoadmodjo, 2003 pendidikan juga
menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan semakin meningkat. Pendidikan memiliki
55
Universitas Sumatera Utara
peranan yang penting dalam kwalitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.
Tetapi dari pengetahuan bidan yang baik masih terdapat beberapa pengetahuan yang kurang dimiliki oleh bidan ini terlihat dari jawaban bidan pada
kuesioner pengetahuan melalui wawancara 46,5 bidan yang mengetahui setelah dilakukan Komprensi Bimanual Internal uterus tidak berkontraksi tindakan yang
dilakukan anjurkan keluarga untuk melakukan Komprensi Bimanual Eksternal KBE, 18,2 bidan yang hanya mengetahui setelah dilakukan KBI uterus
berkontraksi tindakan yang dilakukakan teruskan KBI. Hal ini disebabkan mayoritas bidan tidak memiliki buku pegangan Standar pelayanan Kebidanan yang menjadi
acuan bidan dalam melakukan suatu penanganan yang berkaitan dengan wewenang bidan dalam memberikan pelayanan ataupun tindakan, buku merupakan sumber
informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan.
5.2. Sikap Bidan tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Tahun 2010
Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu. Sikap adalah cara mengkomunikasikan
suasana hati dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa
pesimis dan menduga hal-hal yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif Notoatmojdo, 2003.
56
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas bidan memiliki sikap baik yaitu sebanyak 28 orang 84,8, sedangkan yang memiliki sikap tidak baik 5 orang
15,2 tentang penanganan perdarahan pasca persalinan, dapat diketahui dari 72,8 bidan setuju TFU yang lebih dari normal pada kehamilan aterm dapat
menyebabkan terjadinya atonia uteri sebaiknya persalinan dilakukan di RS karena atonia uteri dapat menyebabkan kehilangan darah pada ibu dimana pencegahan lebih
baik dilakukan pada ibu yang dengan faktor resiko, 84,8 bidan tidak setuju alat dan bahan yang digunakan untuk penjahitan robekan jalan lahir tanpa dipastikan sudah
didesinfektan tingkat tinggi atau disterilkan karena penjahitan yang tidak menggunakan alat yang steril dapat menyebabkan infeksi jalan lahir yang pada
akhirnya bisa menjalar ke alat reproduksi yang lain yang menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi, 78,8 bidan setuju melakukan penanganan kala tiga yang
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya atonia uteri karena salah satu penanganannya dengan memberikan oksitosin 10 IU intramuskuler guna merangsang
fundus untuk berkontraksi, 84,9 bidan setuju pemasangan kateterisasi pada kandung kemih yang penuh dapat mencengah terjadinya retensio plasenta kerena
kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi uterus sehingga plasenta tidak terlepas dari dinding rahim.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Elvira yang dilakukan di Desa Terjun Kecamatan Marelan tahun 2010 menyebutkan bahwa mayoritas sikap responden
tersebut baik yaitu dari 30 bidan terdapat 28 orang bidan 93,3 memiliki kategori sikap baik untuk penanganan retensio plasenta.
57
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan menurut Djaali 2008 yang mengutip pendapat Allport menyatakan sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf tersusun melalui
pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek.
Sedangkan menurut pendapat Maulana 2009 sikap itu respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat
langsung dilihat dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikaap dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Sehingga diketahui adanya responden yang bersikap negatif bisa disebabkan
karena kecenderungan dan kebiasaan dari diri mereka sendiri faktor internal yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi dan kondisi
yang sebenarnya. Pernyataan yang baik dikarenakan informasi yang diterima oleh responden berpengaruh terhadap sikap untuk menghadapi perdarahan pasca
persalinan. Sunaryo 2004 menyatakan bahwa faktor penentu sikap juga adalah faktor
komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar lingkungan sosial disekitarnya
mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya.
58
Universitas Sumatera Utara
5.2. Tindakan Bidan tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Tahun 2010
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan over behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.
Artinya apabila pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis tindakan seseorang tersebut akan baik. Namun beberapa penelitian juga
membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut Notoatmodjo, 2003.
Dari hasil penelitian 20 orang bidan yang menangani kasus perdarahan pasca persalinan didapat hanya 1 orang 5 bidan yang melakukan 7 tindakan yang
semestinya dilakukan tetapi melakukan 1 tindakan yang semestinya tidak dilakukan yaitu melakukan massase fundus sampai 5 menit yang seharusnya massase fundus
dilakukan hanya 15 detik apabila uterus tidak berkontraksi lalu melakukan komprensi bimanual internal karena kalau terlama uterus tidak berkontraksi dapat
menyebabkan banyak kehilangan darah dimana menurut teori ibu dapat kehilangan darah 350-560 ccmenit sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu. Tidak ada
satu orang bidan pun yang melakukan tujuh tindakan yang semestinya dilakukan dan tidak melakukan tujuh tindakan yang semestinya tidak dilakukan
Hal ini menunjukkan ketidakmampuan bidan dalam melakukan tindakan pananganan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan belum semua bidan yang
ada di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin mendapatkan pelatihan Asuhan
59
Universitas Sumatera Utara
Persalinan Normal APN yang dapat meningkatkan kompetensi bidan dalam melakukan tindakan penanganan pada perdarahan pasca persalinan maupun
penanganan dalam persalinan, hal ini terlihat 60 bidan tidak melakukan komprensi bimanual internal selama 5 menit karena tidak mampu untuk melakukannya.
Seharusnya seorang bidan mampu dan terampil untuk melakukan tindakan komprensi bimanual internal untuk menyelamatkan jiwa ibu pada perdarahan pasca
persalinan untuk menghentikan perdarahan sesuai dengan keputusan menteri kesehatan no 900 Menkes SKVII 2002 dimana seorang bidan mempunyai
wewenang untuk melakukan tindakan mengatasi perdarahan pasca persalinan. Dari hasil penelitian 20 orang bidan 65 bidan tidak melakukan manual
plasenta pada pasien dengan retensio plasenta yang mengalami perdarahan dengan alasan merujuk ke Rumah Sakit untuk mengurangi resiko. Seharusnya manual
plasenta dapat dilakukan oleh bidan untuk mencegah kehilangan darah yang banyak pada ibu yang dapat menyebabkan kematian karena retensio plasenta dengan
perdarahan berarti sebagian dari plasenta sudah ada yang terlepas apabila tidak dilakukan manual plasenta, uterus tidak dapat berkontraksi karena belum semua
plasenta terlepas dari dinding rahim sehingga darah akan terus keluar. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Elvira 2010 dari 30
bidan mayoritas memiliki tindakan cukup terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 16 orang 53,3.
60
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN