BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan antara masyarakat tumbuh – tumbuhan pembentuk hutan, binatang liar, dan
lingkungannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi dan sangat erat kaitannya, serta tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung antara satu
dengan yang lainnya. Beberapa definisi hutan yang lazim digunakan : 1. Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem Kadri, dkk 1992. 2. Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau
didominasi oleh pohon – pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan di luar hutan Soerianegara, dkk 1982. 3. Hutan adalah
masyarakat tetumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem
yang berada dalam keseimbangan yang dinamis Marit, 2008.
Menurut UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dalam pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi
lindung, dan fungsi produksi. Sedangkan pada pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut : hutan
konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Tentang Kehutanan dan Illegal Logging, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Peranan HHBK akhir-akhir ini dianggap semakin penting setelah produktivitas kayu dari hutan alam semakin menurun. Food and Agricultural Organization
FAO mendefinisikan HHBK sebagai produk selain kayu yang berasal dari bahan biologis diperoleh dari hutan dan pepohonan yang tumbuh di sekitar hutan.
Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan semakin cenderung kepada pengelolaan kawasan ekosistem hutan secara utuh, juga telah
menuntut diversifikasi hasil hutan selain kayu Harun, 2009.
Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK dari ekosistem hutan sangat beragam jenis sumber penghasil maupun produk serta produk turunan yang dihasilkannya.
Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan No. P.21Menhut-II, 2009, jenis komoditi HHBK digolongkan ke dalam 2 dua kelompok besar yaitu :
1. HHBK Nabati HHBK nabati meliputi semua hasil nonkayu dan turunannya yang berasal dari
tumbuhan dan tanaman, dikelompokkan dalam : a. Kelompok resin, antara lain damar, gaharu, kemenyan, getah tusam;
b. Kelompok minyak atsiri, antara lain cendana, kulit manis, kayu putih, kenanga; c. Kelompok minyak lemak, pati, dan buah – buahan, antara lain buah merah,
rebung bambu, durian, kemiri, pala, vanili; d. Kelompok tannin, bahan pewarna, dan getah, antara lain kayu kuning, jelutung,
perca, pinang, gambir; e. Kelompok tumbuhan obat – obatan dan tanaman hias, antara lain akar wangi,
brotowali, anggrek hutan; f. Kelompok palma dan bambu, antara lain rotan manau, rotan tahiti;
Universitas Sumatera Utara
g. Kelompok alkaloid, antara lain kina; h. Kelompok lainnya, antara lain nipah, pandan, purun.
2. HHBK Hewani Kelompok hasil hewan meliputi :
a. Kelas hewan buru babi hutan, kelinci, kancil, rusa, buaya.
b. Kelompok hewan hasil penangkaran arwana, kupu – kupu, rusa, buaya.
c. Kelompok hasil hewan sarang burung walet, kutu lak, lilin lebah, ulat
sutera, lebah madu.
Ada beberapa manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK, antara lain : 1. Manfaat HHBK Nabati
Berbagai jenis tanaman penghasil HHBK merupakan tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species yang dapat memberikan manfaat sosial kepada
masyarakat setempat, manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Jenis tanaman
tersebut diantaranya adalah : a. Jenis tanaman penghasil HHBK sebagai sumber devisa negara yaitu gaharu,
jernang, rotan, bambu, nilam, cendana, shellac, vanili, kopal, lada, masoyi, damar, ylangylang, lengkuas dan temu lawak.
b. Jenis tanaman penghasil HHBK yang memberikan manfaat sosial ekonomi terutama pada peningkatan pendapatan rutin bagi masyarakat sekitar hutan
yaitu damar, getah pinus, kayu putih, sagu, kemiri, jelutung, gemor, nilam, lada, kopal, vanili, ylang-ylang, murbei.
Universitas Sumatera Utara
c. Jenis tanaman penghasil HHBK untuk rehabilitasi lahan dan hutan, mencegah erosi, peningkatan kualitas lingkungan dan pengatur tata air adalah agathis,
kemiri, pinus, meranti, kayu putih, nimbi, ekaliptus, kelimo, akasia. d. Jenis tanaman penghasil HHBK untuk mencegah atau mengurangi
perladangan berpindah yaitu rotan, jernang, kemiri, shorea, meranti, nilam, ylang-ylang, terubuk, vanili, lada, aneka tumbuhan obat, aneka tumbuhan hias.
e. Jenis tanaman penghasil HHBK untuk mencegah laju urbanisasi dengan menyediakan lapangan pekerjaan dari budidaya tanaman kemiri, shorea,
meranti, nilam, ylang-ylang, vanili, lada, aneka tumbuhan obat, aneka tumbuhan hias, kenanga.
2. Manfaat HHBK Hewani Pemanfaatan jenis HHBK hewani selama ini masih terbatas pada beberapa jenis
hewan dan fokus pengelolaannya masih berorientasi untuk keperluan konservasi. Pemanfaatan HHBK hewani antara lain sebagai penghasil lemak
dan protein, bahan kulit, serat hewani dan madu serta beberapa jenis dimanfaatkan untuk hobi dan hiasan atau peliharaan.
Anonimus, 2009a.
2.2 Landasan Teori