Komoditas Basis Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komoditas Basis Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK

Komoditas HHBK disebut sebagai komoditas basis bila produksi suatu komoditas HHBK yang dihasilkan oleh masyarakat di suatu daerah yang definitif melebihi kebutuhan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, suatu komoditas basis HHBK merupakan komoditas yang diekspor suatu daerah ke daerah lain termasuk ke pasar internasional. Adapun metode yang digunakan untuk menentukan komoditas basis HHBK adalah metode Location Quetient LQ dengan rumus sebagai berikut : LQ = N Ni S Si Di mana : S i = jumlah produksi komoditas HHBK i yang dihasilkan dari kabupaten yang didefinisikan S = jumlah produksi komoditas HHBK yang dihasilkan dari kabupaten yang didefinisikan N i = jumlah produksi komoditas HHBK i yang dihasilkan dari propinsi yang didefinisikan N = jumlah produksi komoditas HHBK yang dihasilkan dari propinsi yang didefinisikan Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria, yaitu : a. LQ 1; artinya komoditas tersebut menjadi basis. b. LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis. c. LQ 1; komoditas itu tergolong non basis. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil perhitungan LQ, maka dapat diketahui bahwa komoditas HHBK yang menjadi komoditas basis di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah komoditas kemenyan dengan nilai LQ = 28. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat komoditas Hasil Hutan bukan Kayu yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, hanya kemenyan yang tergolong komoditas basis. Oleh karena itu, maka hipotesis pertama dapat diterima. 5.2 Komoditas Unggulan Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK Jenis HHBK unggulan adalah jenis tanaman penghasil HHBK yang dipilih berdasarkan kriteria dan indikator tertentu yang ditetapkan. Penetapan jenis HHBK unggulan dilakukan di setiap kabupatenkota dan merupakan jenis tanaman yang diprioritaskan untuk dikembangkan baik budidaya, pemanfaatan, dan pengolahannya sampai dengan pemasarannya sehingga menjadi jenis HHBK yang dapat memberikan kontribusi ekonomi suatu daerah secara berkelanjutan. Kriteria – kriteria yang ditetapkan untuk menentukan komoditas unggulan HHBK, antara lain kriteria ekonomi, biofisik dan lingkungan, kelembagaan, sosial, dan teknologi. Indikator – indikator yang ditetapkan untuk menentukan komoditas unggulan HHBK, antara lain nilai perdagangan ekspor, nilai perdagangan lokal, lingkup pemasaran, potensi pasar internasional, mata rantai pemasaran, cakupan pengusahaan, investasi usaha, potensi tanaman, penyebaran, status konversi, budidaya, aksesibilitas ke sumber HHBK, jumlah kelompok usaha produsenkoperasi, asosiasi kelompok usaha, aturan tentang komoditi bersangkutan, peran institusi, standard komoditi bersangkutan, saranafasilitas Universitas Sumatera Utara pengembangan komoditas bersangkutan, pelibatan masyarakat, kepemilikan usaha, teknologi budidaya, dan teknologi pengolahan hasil. Kemenyan Kemenyan merupakan salah satu komoditas basis yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang dilakukan untuk menentukan apakah komoditas unggulan atau tidak, maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode description scoring. Di mana berdasarkan analisis data di lapangan diperoleh scoring untuk setiap kriteria dan indikator yang ditetapkan untuk menentukan komoditas unggulan HHBK yang dapat dilihat pada Lampiran 11. Setelah dilakukan pemberian scoring untuk setiap indikator, maka tahapan berikutnya adalah dengan penghitungan Nilai Indikator Tertimbang NIT untuk setiap kriteria yang ditetapkan dalam penentuan komoditas unggulan HHBK. Secara matematis, perhitungan dilakukan dengan rumusan berikut : NITk = JIk Bk ∑ = n i ax N NI 1 Im Di mana : NIT = Nilai Indikator Tertimbang k = Kriteria penentuan unggulan 1 … 5 n = Jumlah indikator dalam tiap kriteria Ni = Nilai indikator tiap kriteria Bk = Besarnya nilai bobot dari kriteria ke – k NImax = Nilai indikator terbesar, dalam hal ini 3 JIk = Jumlah indikator untuk kriteria ke – k. Universitas Sumatera Utara Adapun kriteria – kriteria yang ditetapkan dalam penentuan komoditas unggulan HHBK, antara lain : a. Kriteria Ekonomi Kriteria ekonomi adalah aspek yang mengukur besaran ekonomi dari jenis HHBK yang sedang dievaluasi. Parameter ekonomi mempunyai bobot terbesar 35 dan meliputi 7 indikator dalam penentuan komoditas unggulan HHBK mengingat pengembangan HHBK diarahkan untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. b. Kriteria Biofisik dan Lingkungan Biofisik dan lingkungan merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan suatu jenis HHBK. Parameter biofisik dan lingkungan mempunyai bobot 15 dan meliputi 5 indikator dalam penentuan komoditas unggulan HHBK. Indikator utama yang dipergunakan dalam menentukan tingkat keunggulan suatu jenis HHBK adalah potensi tanaman, penyebaran, dan status konservasi. Ketiga indikator tersebut sangat mempengaruhi tingkat keumudahan pengembangan lebih lanjut jenis HHBK bersangkutan. c. Kriteria Kelembagaan Kelembagaan merupakan aspek penting dalam penentuan tingkat keunggulan suatu komoditas HHBK karena menyangkut unsur pelaku dan tata aturan produksi dan perdagangan HHBK tersebut. Parameter kelembagaan mempunyai bobot 20 dan meliputi 6 indikator dalam penentuan komoditas unggulan HHBK. Universitas Sumatera Utara d. Kriteria Sosial Dipilihnya aspek sosial sebagai salah satu kriteria dalam penentuan tingkat keunggulan komoditas HHBK merupakan keberpihakan pada masyarakat lokal dalam pengusahaan HHBK. Parameter sosial mempunyai bobot 15 dan meliputi 2 indikator dalam penentuan komoditas unggulan HHBK. e. Kriteria Teknologi Aspek teknologi dipilih sebagai kriteria penentuan unggulan komoditas HHBK karena memiliki peran dalam pengembangan HHBK tersebut baik dalam menjamin pasokan HHBK sebagai bahan baku maupun dalam peningkatan nilai tambah HHBK tersebut. Parameter teknologi mempunyai bobot 15 dan meliputi 2 indikator dalam penentuan komoditas unggulan HHBK. Adapun hasil penghitungan Nilai Indikator Tertimbang NIT untuk setiap kriteria dapat diuraikan pada tabel 10. Tabel 10. Nilai indikator tertimbang nit untuk setiap kriteria komoditas kemenyan no. kriteria nit k 1. Ekonomi 21,65 2. Biofisik dan Lingkungan 9,99 3. Kelembagaan 7,76 4. Sosial 12,525 5. Teknologi 5,025 Sumber : Analisis data primer Tahun 2010 Lampiran 12 Berdasarkan tabel 10 di atas, maka dapat diketahui bahwa kriteria ekonomi 21,65 sangat mempengaruhi penilaian unggul atau tidaknya komoditas kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Universitas Sumatera Utara Setelah diperoleh hasil penghitungan Nilai Indikator Tertimbang NIT untuk setiap kriteria, maka tahapan berikutnya adalah dengan melakukan penghitungan Total Nilai Unggulan TNU suatu jenis HHBK yang dilakukan dengan cara menjumlahkan semua nilai NIT dari semua kriteria. Secara matematis, penghitungan dilakukan dengan rumusan berikut : TNU = NIT ekonomi + NIT biofisisk + NIT kelembagaan + NIT sosial + NIT teknologi Setelah dilakukan penghitungan, maka diperoleh nilai Total Nilai Unggulan TNU sebesar 56,95. Adapun tahapan berikutnya yang dilakukan dalam penentuan komoditas unggulan HHBK adalah penetapan Nilai Unggulan NU. Berdasarkan Total Nilai Unggulan TNU jenis HHBK dikelompokkan ke dalam tiga kelas Nilai Unggulan NU, antara lain NU1, NU2, dan NU3. Oleh karena itu, maka berdasarkan nilai TNU yang diperoleh, yaitu 56,95 komoditas kemenyan termasuk dalam kelas Nilai Unggulan Dua NU2. Di mana kelas Nilai Unggulan Dua NU2 adalah jenis komoditas HHBK yang memiliki nilai TNU antara 54 – 77. Tahapan terakhir dalam penentuan komoditas unggulan HHBK dilakukan berdasarkan besarnya skor nilai unggulan dan mempertimbangkan frekuensi penyebaran jenis komoditas HHBK tersebut di wilayah Indonesia. Selanjutnya, jenis HHBK unggulan dikelompokkan dalam 4 empat kelas, antara lain HHBK unggulan nasional, unggulan provinsi, kabupaten, dan bukan unggulan yang memiliki ketentuan – ketentuan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Unggulan nasional adalah jenis HHBK yang termasuk NU 1 dan tersebar minimal di 5 provinsi. 2. Unggulan provinsi adalah jenis HHBK yang termasuk NU 1 yang tersebar kurang dari 5 provinsi dan atau NU 2 yang tersebar minimal di 2 kabupaten. 3. Unggulan kabupaten adalah jenis HHBK yang termasuk minimal dalam NU 2. 4. Tidak unggul adalah jenis HHBK yang termasuk dalam NU 3. Berdasarkan ketentuan – ketentuan tersebut, maka komoditas kemenyan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan komoditas HHBK unggulan kabupaten. Oleh karena itu, hipotesis 2 dua dapat diterima.

5.3 Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan HHBK