Tabel 2.4 Syarat Tebal Minimum Lapisan Pondasi dan Permukaan
Traffic Area
Tebal Minimum in Base CBR 100
Base CBR 80 Permukaan
Base Total
Permukaan Base
Total
A B
C 4
3 3
6 6
6 10
9 9
5 4
4 6
6 6
11 10
10
Sumber : Basuki, 1986 .
•
Pembebanan Ringan Tabel 2.5 Syarat tebal Minimum Lapisan Pondasi dan Permukaan
Traffic Area
Tebal Minimum in Base CBR 100
Base CBR 80 Permukaan
Base Total
Permukaan Base
Total
B C
3 3
6 6
9 9
4 3
6 6
10 9
Sumber : Basuki, 1986 .
2.8.2 Metode Federal Aviation Administration FAA, 2009
Metode perencanaan FAA yang dibahas pada bab ini adalah metode perencanaan yang mengacu pada standar perencanaan perkerasan FAA Advisory
Circular AC 1505320-6E FAA, 2009. Metode ini adalah pengembangan perencanaan perkerasan berdasarkan metode CBR.
2.8.2.1 Klasifikasi Tanah
Metode yang dikembangkan oleh Federal Aviation Administration FAA ini pada dasarnya menggunakan statistik perbandingan kondisi lokal dari tanah, sistem
drainase dan cara pembebanan untuk berbagai tingkah laku beban. Klasifikasi tanah didasarkan atas hal-hal berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
a Butiran yang tertahan pada saringan no. 10.
b Butiran yang lewat saringan no. 10 tetapi ditahan no. 40.
c Butiran yang lewat saringan no. 40 tetapi tertahan saringan no. 200. d Butiran yang lewat saringan no. 200.
e Liquid Limit. f Plasticity Index.
Klasifikasi tanah diatas hanya membutuhkan analisa mekanis analisa saringan serta penentuan liquid limit dan plasticity index. Namun untuk
menentukan baik buruknya jenis tanah kita tidak hanya mendasarkan kepada analisa laboratorium, tetapi memerlukan penelitian di lapangan terutama yang berhubungan
dengan drainase, kemampuan melewatkan air permukaan. Drainase yang jelek akan menghasilkan subgrade yang tidak stabil, dengan
sistem drainase yang baik, maka akan menghindarkan subgrade dari genangan air, topografi, jenis tanah, dan muka air tanah akan berpengaruh pada sistem drainase di
lapangan. Drainase yang jelek akan menghasilkan subgrade yang labil, dengan sistem drainase yang baik maka menghindarkan subgrade dari genangan air dan akan
menjaga kestabilan subgrade. FAA telah membuat klasifikasi tanah, untuk perencanaan perkerasan yang
dibagi dalam 13 kelas dari E1 sampai E13. Klasifikasi ini diambil dari Airport Paving FAA, Advisory Circular, adalah sebagai berikut :
• Group E1
Adalah jenis tanah yang mempunyai gradasi tanah yang baik, kasar, butiran- butiran tanahnya tetap stabil walaupun sistem drainasenya tidak baik. Di
Universitas Sumatera Utara
negara-negara beriklim dingin tanah grup E1 tidak terpengaruh oleh salju yang merugikan, biasanya terdiri dari pasir bergradasi baik, kerikil tanpa butiran-
butiran halus. •
Group E2 Jenis tanah mirip dengan grup E1, tetapi kandungan pasirnya lebih sedikit,
dan mungkin mengandung presentase lumpur dan tanah liat yang lebih banyak. Tanah dalam kelas ini bisa menjadi tidak stabil apabila sistem drainasenya
tidak baik. •
Group E3 dan E4 Terdiri dari tanah yang berbutir halus, tanah berpasir dengan gradasi lebih jelek
dibanding dengan grup E1 dan E2. Grup ini terdiri dari pasir berbutir halus tanpa daya kohesi, atau tanah liat berpasir dengan kualitas pengikatan mulai
dari cukup sampai baik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6 Klafifikasi Tanah Dasar untuk Perencanaan Perkerasan oleh FAA
Group tanah
Analisa saringan Liquid
Limit Plas
ticit y
Inde x
Sudgrade Class bahan
tersisa saringan
no. 10 Bahan lebih kecil dari
saringan no. 10 Drainas
e baik Drainase
jelek Pasir
kasar lolos
saringan no. 10
tapi ditahan
saringan no.40
Pasir halus
lewat saringan
no. 40 ditahan
no.200 Campura
n lumpur dan
tanah liat lolos no.
200
Kerikil E1
E2 E3
E4
Butiran halus
E5 E6
E7 E8
E9 E10
E11 E12
0-45 0-45
0-45 0-45
0-55 0-55
0-55 0-55
0-55 0-55
0-55 0-55
40 15
60
85
15 25
25 35
45 45
45 45
45 45
45 45
25 25
25 35
40 40
50 60
40 70
80 80
6 6
6 10
15 10
10- 30
15- 40
30 20-
50 30
Fa atau Fa
Fa atau Ra
F1 atau Fa
F1 atau Ra
Fa atau Ra F1 atau Ra
F2 atau Rb F3 atau Rb
F3 atau Rb F4 atau Rc
F5 atau Rc F6 atau Rc
F7 atau Rd F8 atau Rd
F9 atau Re F10 atau
Fa
E13 TANAH GAMBUT, TIDAK BISA DIGUNAKAN
Sumber : Basuki, 1986 .
• Group E5
Universitas Sumatera Utara
Terdiri dari tanah yang bergradasi yang jelek, dengan kandungan lumpur dan tanah liat campuran lebih dari 35 tetapi kurang dari 45, dengan plastisitas
index antara 10-15. •
Group E6 Terdiri dari lumpur yang berpasir dengan index plastisitas yang sangat rendah.
Jenis ini relatif stabil bila kering atau pada moisture content rendah. Stabilitasnya akan kurang bahkan hilang dan menjadi sangat lembek dalam
keadaan basah, maka sangat sukar dipadatkan kecuali jika moiture content nya betul-betul dikontrol dengan sangat teliti sesuai kebutuhan.
• Group E7
Termasuk didalamnya tanah liat berlumpur, tanah liat berpasir, pasir berlempung dan lumpur berlempung, mempunyai rentang konsitensi kaku sampai lunak
ketika kering dan plastis ketika basah. •
Group E8 Mirip dengan E7, tetapi pada liquid limit yang lebih tinggi akan menghasilkan
derajat pemampatan yang lebih besar, pengembangan pengerutan dan stabilitas yang lebih rendah dibawah kondisi kelembaban yang kurang menguntungkan.
• Group E9
Terdiri dari campuran lumpur dan tanah liat sangat elastis dan sangat sulit dipadatkan. Stabilitasnya rendah, baik keadaan basah dan kering.
Universitas Sumatera Utara
• Group E10
Adalah tanah liat yang berlumpur dan tanah liat yang membentuk gumpalan keras dalam keadaan kering, serta sangat plastis bila basah. Pada pemadatan
perubahan volumenya sangat besar, mempunyai kemampuan mengembang menyusut dan sangat elastis.
• Group E11
Mirip dengan tanah grup E10, tetapi mempunyai liquid limit yang lebih tinggi, termasuk didalamnya tanah dengan liquid limit antara 70-80 dengan index
plastisitas diatas 30. •
Group E12 Jenis tanah yang mempunyai liquid limit di atas 80, tidak diukur berapapun
index plastisitasnya. •
Group E13 Meliputi semua jenis tanah rawa organik, seperti gambut, mudah dikenal di
lapangan. Dalam keadaan asli, sangat rendah stabilitasnya, sangat rendah densitynya dan sangat tinggi kelembabannya.
Karena perencanaan perkerasan merupakan suatu masalah rekayasa yang kompleks sehingga perencanaan ini melibatkan banyak pertimbangan dari banyak
variabel. Parameter-parameter yang dibutuhkan untuk merencanakan perkerasan meliputi berat kotor lepas landas pesawat MSTOW, konfigurasi dan ukuran roda
pendaratan utama dan volume lalu-lintas. Kurva-kurva perencanaan terpisah disajikan untuk roda pendaratan tunggal, roda tandem, roda tandem ganda, dan
pesawat berbadan lebar.
Universitas Sumatera Utara
Langkah pertama prosedur adalah menentukan ramalan keberangkatan pesawat tahunan dari setiap type pesawat dan mengelompokkannya ke dalam pesawat
menurut konfigurasi roda pendaratan. Berat landas maksimum dari setiap pesawat digunakan dan 95 dari berat pasawat ini dipikul oleh roda pendaratan utama.
Tabel 2.7 Faktor konversi keberangkatan tahunan pesawat menjadi keberangkatan tahunan ekivalen pesawat rencana
Sumber : Basuki, 1986 .
Poros roda pendaratan pesawat
sebenarnya Poros roda pendaratan
pesawat rencana Faktor Pengali untuk
keberangkatan ekivalen
Roda tunggal •
Roda ganda •
Tandem ganda •
Double tandem ganda
• Roda tunggal
• Tandem ganda
• Double tandem
ganda •
Roda tunggal •
Roda ganda •
Roda ganda •
Tandem Ganda 0.8
0.5 0.51
1.3 0.6
0.64 2.0
1.7
1.7 1.0
Roda ganda
Tandem ganda
Double tandem ganda
Universitas Sumatera Utara
2.8.2.2 Menentukan Tipe Roda Pendaratan Utama