BAB IV ANALISIS
4.1 Data Pesawat Rencana
Dalam analisis penulisan ini, terlebih dahulu dikumpulkan data mengenai jumlah lalu lintas pesawat yang beroperasi dan kondisi tanah dasar. Untuk aplikasi perhitungan
menggunakan contoh data dari lapangan terbang pada bandar udara Padang Bolak, Tapanuli Selatan. Dimana keberangkatan tahunan pesawat yang dimaksud disini
adalah masih berupa analisa saja, karena belum beroperasi sepenuhnya Bandara Madina. Dari data yang diperoleh maka dapat ditentukan jumlah lintasan pesawat
tahunan yang direncanakan dengan cara mengalikan jumlah penerbangan setiap minggunya dalam satu tahun dengan anggapan 1 tahun terdiri dari 52 minggu
sehingga didapatkan hasil perkiraan jumlah lintasan tahunan.
Tabel 4.1 Data perkiraan pesawat rencana
No. Jenis
pesawat Jumlah
PenerbanganKed atangan per
Minggu Tingkat
keberangkatan tahunan
Tingkat Kedatangan
tahunan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. CN 235-100
BN-2 DHC-5
DHC-6 DHC-7
F-27 CN 235-10
6 6
6 6
6 6
6 312
312 312
312 312
312 312
312 312
312 312
312 312
312 Sumber : Horonjeff, 1993
Universitas Sumatera Utara
4.2 Data Runway
• Panjang landasan pacu
: 1400 meter •
Lebar landasan pacu : 30 meter
• Kemiringan memanjang
: 0 •
Kemiringan melintang : 1,5
• Umur rencana
: 10 tahun •
Jenis Lapisan Permukaan : Aspal Beton AC
• Lebar bahu landasan pacu : 26 meter
• Tahun pelaksanaan
: 2011
4.3 Kondisi Tanah Dasar
Untuk kondisi tanah dasar suatu akan dicoba merencanakan perkerasan lentur dengan kekuatan tanah dasar rencana bervariasi, yaitu tanah dasar yang memiliki
CBR 5, CBR 10 dan CBR 12.
4.4 Perencanaan Perkerasan Lentur 4.4.1 Perencanaan Perkerasan Lentur dengan Metode CBR
Merencanakan perkerasan lentur dengan metode CBR, maka harus ditentukan dahulu pesawat rencana Design Aircraft. Dalam penulisan ini, yang diambil sebagai
pesawat rencana adalah pesawat CN 235-100 dengan berat kotor lepas landas adalah 15.100 kg dan memiliki lintasan sebanyak 624 pertahun keberangkatan +
kedatangan tahunan. Maka lintasan yang direncanakan untuk umur rencana 10 tahun
adalah : C = 10 x 624 lintasan
C = 6.240 lintasan
Universitas Sumatera Utara
4.4.1.1 Menentukan Equivalent Single Wheel Load ESWL
Pesawat CN 235-100 adalah pesawat berbadan kecil yang memiliki konfigurasi roda pendaratan roda ganda yang memikul 95 berat total pesawat,
terbagi menjadi 2 bagian konfigurasi roda, dianggap tiap roda memiliki tekanan roda contact pressure yang sama besar. Untuk merencanakan roda pesawat tunggal
terlebih dahulu harus menghitung Equivalent Single Wheel Load ESWL pesawat.
Gambar 4.1 Susunan roda pendaratan utama pada satu sisi konfigurasi Untuk menghitung ESWL, maka digunakan rumus sesuai dengan persamaan 3.1 :
Dimana : Pd = 0,95 x 6.240 = 5.928 lbs
d = 32 in z = 73 in
maka :
Universitas Sumatera Utara
log ESWL = Log 5.928 +
log ESWL = 4,622208195 ESWL
= 10
4,622208195
= 41.899,43773 lbs
4.4.1.2 Menghitung Tebal Perkerasan 4.4.1.2a Menghitung Tebal Perkerasan dengan Tanah Dasar CBR 5
Untuk menghitung tebal perkerasan, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 : dimana :
P = 41.899,43773 lbs
CBR = 5 p = 120 psi
maka : t =
− π
120 1
1 .
8 1
43773 ,
899 .
41 CBR
t = 38,075 in
Universitas Sumatera Utara
Menentukan tebal lapisan permukaan surface course
Tebal lapisan permukaan ditentukan sebesar 3 in diambil tebal minimum, bahan yang digunakan adalah aspal beton AC
Tebal aspal beton 3 in ekivalen = 2,30,95 x 3 = 7,263 in.
Menentukan tebal lapisan pondasi base course
Tebal lapis pondasi diambil tebal minimum yaitu 6 in, bahan yang digunakan adalah batu pecah crushed stone base. Tebal crushed stone base 6 in ekivalen
= 2,00,95 x 6 = 12,631 in tebal lapisan aggregat alam
Menentukan tebal lapisan pondasi bawah subbase course t = 38,075 in – 7,263 in – 12,631 in = 18,181 in, menggunakan aggregat alam.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan metode CBR CBR tanah dasar 5
Lapisan Bahan yang Digunakan
Tebal Rencana inci
cm
Permukaan surface course Aspal Beton
7 18
Pondasi base course Batu Pecah
13 33
Pondasi bawah subbase course Aggregate Alam
18 46
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode CBR CBR tanah dasar 5
4.4.1.2b Menghitung Tebal Perkerasan dengan Tanah Dasar CBR 10
Untuk menghitung tebal perkerasan, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 : Dimana :
P = 41.899,43773 lbs CBR = 10
p = 120 psi
Universitas Sumatera Utara
t =
−
π 120
1 1
. 8
1 43773
, 899
. 41
CBR
t = 26,207 in
Menentukan tebal lapisan permukaan surface course
Tebal lapisan permukaan ditentukan sebesar 3 in diambil tebal minimum, bahan yang digunakan adalah aspal beton AC
Tebal aspal beton 3 in ekivalen = 2,30,95 x 3 = 7,263 in.
Menentukan tebal lapisan pondasi base course
Tebal lapis pondasi diambil tebal minimum yaitu 6 in, bahan yang digunakan adalah batu pecah crushed stone base. Tebal crushed stone base 6 in ekivalen
= 2,00,95 x 6 = 12,631 in tebal lapisan aggregat alam
Menentukan tebal lapisan pondasi bawah subbase course t = 26,207 in – 7,263 in – 12,631 in = 6,613 in, menggunakan aggregat alam.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan metode CBR CBR tanah dasar10
Lapisan Bahan yang
Digunakan Tebal Rencana
inci cm
Permukaan surface course Aspal Beton
7 18
Pondasi base course Batu Pecah
13 33
Pondasi bawah subbase course
Aggregate Alam 7
18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode CBR CBR tanah dasar 10.
4.4.1.2c Menghitung Tebal Perkerasan dengan Tanah Dasar CBR 12
Untuk menghitung tebal perkerasan, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 :
Dengan : P = 41.899,43773 lbs
CBR = 12 p = 120 psi
Maka : t =
−
π 120
1 1
. 8
1 43773
, 899
. 41
CBR t = 22,947 in
Universitas Sumatera Utara
Menentukan tebal lapisan permukaan surface course
Tebal lapisan permukaan ditentukan sebesar 3 in diambil tebal minimum, bahan yang digunakan adalah aspal beton AC
Tebal aspal beton 3 in ekivalen = 2,30,95 x 3 = 7,263 in.
Menentukan tebal lapisan pondasi base course
Tebal lapis pondasi diambil tebal minimum yaitu 6 in, bahan yang digunakan adalah batu pecah crushed stone base. Tebal crushed stone base 6 in ekivalen
= 2,00,95 x 6 = 12,631 in tebal lapisan aggregat alam
Menentukan tebal lapisan pondasi bawah subbase course t = 22,947 in – 7,263 in – 12,631 in = 3,654 in, menggunakan aggregat alam.
Tabel 4.4 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan metode CBR CBR tanah dasar 12
Lapisan Bahan yang Digunakan
Tebal Rencana inci
cm
Permukaan surface course
Aspal Beton 7
18 Pondasi base course
Batu Pecah 13
33 Pondasi bawah subbase
course Aggregate Alam
4 11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode CBR CBR tanah dasar 12
4.4.2 Perencanaan Perkerasan Lentur dengan Metode FAA 4.4.2.1 Menentukan Jumlah Keberangkatan Pesawat
Tabel 4.5 Data Perkiraan lalu-lintas pesawat
No. Jenis pesawat
Berat kotor lepas landas pon
Tingkat keberangkatan tahunan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. CN 235-100
BN-2 DHC-5
DHC-6 DHC-7
F-27 CN 235-10
30.200 6.300
17.200 12.500
28.500 14.900
13.500 312
312 312
312 312
312 312
Sumber : Horonjeff, 1993 .
Universitas Sumatera Utara
4.4.2.2 Menentukan Pesawat Rencana
Pemilihan pesawat rencana tidak mutlak didasarkan besarnya beban pesawat, tetapi dipilih jenis pesawat yang mempunyai jumlah lintasan tahunan yang banyak
sehingga membutuhkan perkerasan yang paling tebal. Dalam perencanaan ini dipilih pesawat CN 235-100 sebagai pesawat tahunan
rencana sesuai dengan ketentuan diatas dimana mempunyai berat paling besar dan jumlah lintasan tahunan yang paling banyak yaitu sebesar 6.240 kali.
4.4.2.3 Menentukan Single Gear Departure R2
Setiap type pesawat mempunyai beragam bentuk roda pendaratan. Tetapi semuanya itu sudah dikelompokkan sesuai dengan pembahasan yang lalu.
Pengelompokan ini berguna untuk keseragaman semua tipe roda pendaratan utama sehingga didapat total keseluruhan beban yang dialami perkerasan. Tipe roda
pendaratan utama sangatlah menentukan dalam perencanaan guna mengetahui bagaimana berat pesawat dibagi bebannya kepada roda-roda dan diteruskan ke
perkerasan, selanjutnya akan menentukan berapa tebal perkerasan yang mampu melayani berat keseluruhan pesawat.
Tabel 4.6 Tabel Angka Keberangkatan yang Telah Dikonversikan
No. Type Pesawat
Forecast Annual Departure
a Faktor Konversi
Roda Pendaratan
Utama b Single Gear
Departure a x b
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. CN 235-100
BN-2 DHC-5
DHC-6 DHC-7
F-27 CN 235-10
312 312
312 312
312 312
312 0.8
0.8 0.8
0.8 0.8
0.8 0.8
250 250
250 250
250 250
250
Sumber : Horonjeff, 1993
Universitas Sumatera Utara
4.4.2.4 Menghitung Beban Roda Setiap Pesawat Wheel Load , W2
Pendaratan landing maupun lepas landas take off pesawat sangat bertumpu pada roda pendaratan belakang sehingga roda belakang benar-benar direncanakan
harus mampu mendukung seluruh beban pesawat saat beroperasi. Roda depan hanya berfungsi penyeimbang gerakan pesawat pada saat bergerak.
Dengan kondisi inilah maka ICAO maupun FAA mengeluarkan suatu ketentuan pembebanan pesawat guna keseragaman perhitungan. Ketentuan itu dengan
menganggap bahwa roda belakang sebagai roda pendaratan utama mengalami pembebanan sebesar 95 dari total berat total pesawat.Dengan demikian dapat
dihitung wheel load dari setiap jenis pesawat yang direncanakan. Perhitungan ini dilakukan dengan persamaan 3.4 :
Dimana : W2
= Beban roda pendaratan dari masing-masing jenis pesawat MSTOW
= Berat kotor pesawat saat lepas landas A
= Jumlah konfigurasi roda B
= Jumlah roda per satu konfigurasi
Untuk type pesawat CN 235-100
W2= 0.95 x 30.200 x 11 x 12 = 14.345 lbs
Untuk type pesawat BN-2
W2= 0.95 x 6.300 x 11 x 12 = 2.993 lbs
Untuk type pesawat DHC-5 W2=0.95 x 17.200 x 11 x 12 = 8.170 lbs
Untuk type pesawat DHC-6
W2=0.95 x 12.500 x 11 x 12 = 5.938 lbs
Universitas Sumatera Utara
Untuk type pesawat DHC-7
W2=0.95 x 28.500 x 11 x 12 = 13.538 lbs
Untuk type pesawat F-27 W2=0.95 x 14.900 x 11 x 12 = 7.078 lbs
Untuk type pesawat CN 235-10
W2=0.95 x 13.500 x 11 x 12 = 6.413 lbs
4.4.2.5 Menghitung Beban Roda dari Pesawat Rencana Wheel Load, W1
Perhitungannya sama dengan di atas dengan pesawat rencana adalah CN 235-100, yaitu : W1 = 0.95 x 30.200 x 11 x 12 = 14.345 lbs
4.4.2.6 Menghitung Keberangkatan Tahunan Ekivalen R1
Untuk menghitung keberangkatan tahunan ekivalen pesawat dapat dihitung dengan persamaan 3.5 :
Untuk type pesawat CN 235-100
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 250
2 1
345 .
14 14.345
= 2,3979400 R
1
= 10
2,3979400
R
1
= 250
Untuk type pesawat BN-2
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 208
2 1
345 .
14 2.993
Universitas Sumatera Utara
= 1,746723 R
1
= 10
1,746723
R
1
= 97
Untuk type pesawat DHC-5
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 250
2 1
345 .
14 8.170
= 1,922434 R
1
= 10
1,922434
R
1
= 189
Untuk type pesawat DHC-6
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 250
2 1
345 .
14 5.938
= 1,885580 R
1
= 10
1,885580
R
1
= 169
Untuk type pesawat DHC-7
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 167
2 1
345 .
14 13.538
Universitas Sumatera Utara
= 2,242876 R
1
= 10
2,242876
R
1
= 240
Untuk type pesawat F-27
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 250
2 1
345 .
14 7.078
= 1,865580 R
1
= 10
1,865580
R
1
= 158
Untuk type pesawat CN 235-10
Log R
1
= Log R
2 2
1 1
2
W W
= Log 250
2 1
345 .
14 6.413
= 1,898558 R
1
= 10
1,89855
R
1
= 173
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Perhitungan Angka Keberangkatan Tahunan Ekivalen
No.
Single Gear Departure
Wheel Load W2
Wheel Load of Aircraft Design
W1
Equivalent Annual Departure R1
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 250
250 250
250 250
250 250
14.345 2.993
8.170 5.938
13.538 7.078
6.413 14.345
14.345 14.345
14.345 14.345
14.345 14.345
250 97
189 169
240 158
173
Total Equivalent Annual Departure R1 1.276
4.4.2.7 Menentukan Tebal Perkerasan 4.4.2.7a Untuk Tanah Dasar dengan CBR 5
Diketahui CBR tanah adalah 5,berat kotor lepas landas pesawat rencana adalah 33.290 lbs dan keberangkatan tahunan ekivalen total adalah 1.276. Maka dari
grafik di bawah ini dapat ditentukan tebal perkerasan total.
Grafik 4.1 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Dari grafik diatas, didapat tebal total perkerasan adalah 20.0 inci.
20.
Universitas Sumatera Utara
Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Bawah Subbase Dari grafik yang sama, dan dengan cara yang sama, didapat jumlah tebal lapisan
pondasi atas dan tebal lapisan permukaan adalah 6.0 inci.
Grafik 4.2 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Karena lapisan subbase berada di bawah lapisan permukaan dan lapisan base, maka
didapat tebal lapisan subbase adalah : tebal subbase = tebal total perkerasan – tebal lapisan permukaan + base
= 20.0 inci – 6.0 inci = 14 inci
Menentukan Tebal Lapisan Permukaan surface 6.0
Universitas Sumatera Utara
Pada grafik ditentukan tebal lapisan permukaan untuk daerah kritis adalah sebesar 3 inci.
Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Atas Base
tebal lapisan pondasi base = 20 inci – 14 inci – 3 inci = 3 inci
Tabel 4.8 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 5
Lapisan Bahan yang
Digunakan Tebal Rencana
inci cm
Permukaan surface course P-401
3 8
Pondasi base course P-209
3 8
Pondasi bawah subbase course
P-154 14
36
Gambar 4.5 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 5
4.4.2.7b Untuk Tanah Dasar dengan CBR 10
Universitas Sumatera Utara
Diketahui CBR tanah adalah 10, berat kotor lepas landas pesawat rencana adalah 33.290 lbs dan keberangkatan tahunan ekivalen total adalah 1.276. Maka dari
grafik dapat ditentukan tebal perkerasan total adalah :
Grafik 4.3 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Dari grafik diatas, didapat tebal total perkerasan adalah 12.5 inci.
Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Bawah Subbase
12.5
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik yang sama, dan dengan cara yang sama, didapat jumlah tebal lapisan pondasi atas dan tebal lapisan permukaan adalah 5.9 inci.
Grafik 4.4 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal
Karena lapisan subbase berada di bawah lapisan permukaan dan lapisan base, maka didapat tebal lapisan subbase adalah :
5.9
Universitas Sumatera Utara
Subbase = tebal total perkerasan – tebal lapisan permukaan + base
= 12,5 inci – 5,9 inci = 6,6 inci
Menentukan Tebal Lapisan Permukaan surface
Pada grafik ditentukan tebal lapisan permukaan untuk daerah kritis adalah sebesar 3 inci.
Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Atas Base lapisan pondasi base
= 12.5 inci – 6,6 inci – 3 inci = 2.9 inci
Tabel 4.9 Tabel Hasil Desain Perkerasan Metode FAA CBR tanah dasar 10
Lapisan Bahan yang
Digunakan Tebal Rencana
inci cm
Permukaan surface course P-401
3 8
Pondasi base course P-209
3 8
Pondasi bawah subbase course
P-154 7
18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 10
4.4.2.7c Untuk Tanah Dasar dengan CBR 12
Diketahui CBR tanah adalah 12, berat kotor lepas landas pesawat rencana adalah 33.290 lbs dan keberangkatan tahunan ekivalen total adalah 1.276. Maka dari
grafik dapat ditentukan tebal perkerasan total adalah :
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.5 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Dari grafik diatas, didapat tebal total perkerasan adalah 11,0 inci.
Tebal Lapisan Pondasi Bawah Subbase Dari grafik yang sama, dan dengan cara yang sama, didapat jumlah tebal lapisan
pondasi atas dan tebal lapisan permukaan adalah 5,0 inci.
11,
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.6 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Karena lapisan subbase berada di bawah lapisan permukaan dan lapisan base, maka
didapat tebal lapisan subbase adalah : Subbase
= tebal total perkerasan – tebal lapisan permukaan + base = 11,0 inci – 5,0 inci
= 6,0 inci
5,0
Universitas Sumatera Utara
Menentukan Tebal Lapisan Permukaan surface
Pada grafik ditentukan tebal lapisan permukaan untuk daerah kritis adalah sebesar 3 inci.
Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Atas Base
lapisan pondasi base = 11 inci – 6,0 inci – 3 inci
= 2 inci Tabel 4.10 Tabel Hasil Perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 12
Lapisan Bahan yang
Digunakan Tebal Rencana
inci cm
Permukaan surface course P-401
3 8
Pondasi base course P-209
2 6
Pondasi bawah subbase course
P-154 6
16
Gambar 4.7 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 12
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Metode Perencanaan Perkerasan Lentur ICAO LCN 4.4.3.1 Menentukan Equivalent Single Wheel Load ESWL
Pesawat CN 235-100 adalah pesawat rencana yang berbadan kecil yang memiliki konfigurasi roda pendaratan roda ganda yang memikul 95 berat total pesawat,
terbagi menjadi 2 bagian konfigurasi roda. Dianggap tiap roda memiliki tekanan roda contact pressure yang sama besar. Untuk merencanakan roda pesawat tunggal
terlebih dahulu harus menghitung Equivalent Single Wheel Load ESWL pesawat.
Gambar 4.8 Susunan roda pendaratan utama pada satu sisi konfigurasi Untuk menghitung ESWL, maka digunakan persamaan 3.6 :
Dimana : Pd = 0,95 x 6.240 = 5.928 lbs
d = 32 in z = 73 in
maka :
Universitas Sumatera Utara
log ESWL = Log 5.928 + log ESWL = 4,622208195
ESWL = 10
4,622208195
= 41.899,43773 lbs
4.4.3.2 Menentukan Garis Kontak Area Pesawat
Sebelumnya sudah direncanakan bahwa pesawat CN 235-100 memeiliki tekanan roda pesawat sebesar 120 psi,maka dengan diketahuinya Equivalent Single
Wheel Load ESWL pesawat dan tekanan roda pesawat maka dapat ditentukan kontak area pwsawat dengan menggunakan persamaan 3.7 :
Dimana : K = Kontak area pesawat lbspsi
W
=
Beban pesawat yang dipikul roda lbs
=
Tekanan udara pada roda psi Maka :
K = 41.899,43773 lbs 120 psi = 349,161 lbspsi
= 350 lbspsi
Universitas Sumatera Utara
4.4.3.3 Menentukan Tebal Perkerasan
Dalam perencanaan perkerasan flexible metode Load Classification Number terlebih dahulu sudah direncanakan bahwa nilai CBR yang digunakan adalah CBR 5,CBR
10,dan CBR 12 CBR subgrade = 5 ; CBR Subbase = 10 ; CBR base = 12. Maka dengan demikian dapat ditentukan tebal perkerasan yang akan direncanakan dengan
melihat grafik berikut :
Grafik 4.7 Load Classification Number untuk perencanaan perkerasan flexible
Universitas Sumatera Utara
Untuk : ESWL = 41.899,43773 lbs
Kontak Area = 350 lbspsi Maka dari grafik 4.7 di atas dapat terbaca LCN = 50
California Bearing Ratio
Grafik 4.8 Kurva perencanaan perkerasan flexible
32 24
19
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik 4.8 diatas dapat terbaca bahwa perkerasan total = 32 in Untuk perencanaan tebal subbase : LCN 50 ; CBR = 10
Tebal perkerasannya adalah = 24 in Maka : Tebal subbase = 32 in – 24 = 8 in
Untuk tebal base course ; LCN 50 ; CBR = 12
Tebal perkerasannya adalah = 19 in Maka : Tebal base course = 32 in – 19 in = 13 in
Maka dengan demikian kita dapat menghitung tebal perkerasan untuk lapisan permukaan surface
Tebal perkerasannya adalah = Tebal perkerasan total – tebal subbase - tebal base course
Maka : Tebal surface course = 11 in Maka dapat disimpulkan :
Tebal surface
= 11 in
Tebal base course = 13 in
Tebal subbase course
= 8 in
Tabel 4.11 Tabel Hasil Desain Perkerasan metode LCN CBR tanah dasar 5; CBR Subbase 10; CBR Base 12
Universitas Sumatera Utara
Lapisan Bahan yang
Digunakan Tebal Rencana
inci cm
Permukaan surface course Aspal Beton
11 28
Pondasi base course Batu Pecah
13 33
Pondasi bawah subbase course
Aggregate Alam 8
21
Gambar 4.9 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode LCN CBR tanah dasar 5; CBR Subbase 10; CBR Base 12
4.5 Data Perencanaan Landasan Pacu Pesawat Ringan