Data Pesawat Rencana Data Runway Kondisi Tanah Dasar Perencanaan Perkerasan Lentur .1 Perencanaan Perkerasan Lentur dengan Metode CBR

BAB IV ANALISIS

4.1 Data Pesawat Rencana

Dalam analisis penulisan ini, terlebih dahulu dikumpulkan data mengenai jumlah lalu lintas pesawat yang beroperasi dan kondisi tanah dasar. Untuk aplikasi perhitungan menggunakan contoh data dari lapangan terbang pada bandar udara Padang Bolak, Tapanuli Selatan. Dimana keberangkatan tahunan pesawat yang dimaksud disini adalah masih berupa analisa saja, karena belum beroperasi sepenuhnya Bandara Madina. Dari data yang diperoleh maka dapat ditentukan jumlah lintasan pesawat tahunan yang direncanakan dengan cara mengalikan jumlah penerbangan setiap minggunya dalam satu tahun dengan anggapan 1 tahun terdiri dari 52 minggu sehingga didapatkan hasil perkiraan jumlah lintasan tahunan. Tabel 4.1 Data perkiraan pesawat rencana No. Jenis pesawat Jumlah PenerbanganKed atangan per Minggu Tingkat keberangkatan tahunan Tingkat Kedatangan tahunan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. CN 235-100 BN-2 DHC-5 DHC-6 DHC-7 F-27 CN 235-10 6 6 6 6 6 6 6 312 312 312 312 312 312 312 312 312 312 312 312 312 312 Sumber : Horonjeff, 1993 Universitas Sumatera Utara

4.2 Data Runway

• Panjang landasan pacu : 1400 meter • Lebar landasan pacu : 30 meter • Kemiringan memanjang : 0 • Kemiringan melintang : 1,5 • Umur rencana : 10 tahun • Jenis Lapisan Permukaan : Aspal Beton AC • Lebar bahu landasan pacu : 26 meter • Tahun pelaksanaan : 2011

4.3 Kondisi Tanah Dasar

Untuk kondisi tanah dasar suatu akan dicoba merencanakan perkerasan lentur dengan kekuatan tanah dasar rencana bervariasi, yaitu tanah dasar yang memiliki CBR 5, CBR 10 dan CBR 12. 4.4 Perencanaan Perkerasan Lentur 4.4.1 Perencanaan Perkerasan Lentur dengan Metode CBR Merencanakan perkerasan lentur dengan metode CBR, maka harus ditentukan dahulu pesawat rencana Design Aircraft. Dalam penulisan ini, yang diambil sebagai pesawat rencana adalah pesawat CN 235-100 dengan berat kotor lepas landas adalah 15.100 kg dan memiliki lintasan sebanyak 624 pertahun keberangkatan + kedatangan tahunan. Maka lintasan yang direncanakan untuk umur rencana 10 tahun adalah : C = 10 x 624 lintasan C = 6.240 lintasan Universitas Sumatera Utara

4.4.1.1 Menentukan Equivalent Single Wheel Load ESWL

Pesawat CN 235-100 adalah pesawat berbadan kecil yang memiliki konfigurasi roda pendaratan roda ganda yang memikul 95 berat total pesawat, terbagi menjadi 2 bagian konfigurasi roda, dianggap tiap roda memiliki tekanan roda contact pressure yang sama besar. Untuk merencanakan roda pesawat tunggal terlebih dahulu harus menghitung Equivalent Single Wheel Load ESWL pesawat. Gambar 4.1 Susunan roda pendaratan utama pada satu sisi konfigurasi Untuk menghitung ESWL, maka digunakan rumus sesuai dengan persamaan 3.1 : Dimana : Pd = 0,95 x 6.240 = 5.928 lbs d = 32 in z = 73 in maka : Universitas Sumatera Utara log ESWL = Log 5.928 + log ESWL = 4,622208195 ESWL = 10 4,622208195 = 41.899,43773 lbs 4.4.1.2 Menghitung Tebal Perkerasan 4.4.1.2a Menghitung Tebal Perkerasan dengan Tanah Dasar CBR 5 Untuk menghitung tebal perkerasan, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 : dimana : P = 41.899,43773 lbs CBR = 5 p = 120 psi maka : t =       − π 120 1 1 . 8 1 43773 , 899 . 41 CBR t = 38,075 in Universitas Sumatera Utara  Menentukan tebal lapisan permukaan surface course Tebal lapisan permukaan ditentukan sebesar 3 in diambil tebal minimum, bahan yang digunakan adalah aspal beton AC Tebal aspal beton 3 in ekivalen = 2,30,95 x 3 = 7,263 in.  Menentukan tebal lapisan pondasi base course Tebal lapis pondasi diambil tebal minimum yaitu 6 in, bahan yang digunakan adalah batu pecah crushed stone base. Tebal crushed stone base 6 in ekivalen = 2,00,95 x 6 = 12,631 in tebal lapisan aggregat alam  Menentukan tebal lapisan pondasi bawah subbase course t = 38,075 in – 7,263 in – 12,631 in = 18,181 in, menggunakan aggregat alam. Tabel 4.2 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan metode CBR CBR tanah dasar 5 Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course Aspal Beton 7 18 Pondasi base course Batu Pecah 13 33 Pondasi bawah subbase course Aggregate Alam 18 46 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode CBR CBR tanah dasar 5 4.4.1.2b Menghitung Tebal Perkerasan dengan Tanah Dasar CBR 10 Untuk menghitung tebal perkerasan, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 : Dimana : P = 41.899,43773 lbs CBR = 10 p = 120 psi Universitas Sumatera Utara t =       − π 120 1 1 . 8 1 43773 , 899 . 41 CBR t = 26,207 in  Menentukan tebal lapisan permukaan surface course Tebal lapisan permukaan ditentukan sebesar 3 in diambil tebal minimum, bahan yang digunakan adalah aspal beton AC Tebal aspal beton 3 in ekivalen = 2,30,95 x 3 = 7,263 in.  Menentukan tebal lapisan pondasi base course Tebal lapis pondasi diambil tebal minimum yaitu 6 in, bahan yang digunakan adalah batu pecah crushed stone base. Tebal crushed stone base 6 in ekivalen = 2,00,95 x 6 = 12,631 in tebal lapisan aggregat alam  Menentukan tebal lapisan pondasi bawah subbase course t = 26,207 in – 7,263 in – 12,631 in = 6,613 in, menggunakan aggregat alam. Tabel 4.3 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan metode CBR CBR tanah dasar10 Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course Aspal Beton 7 18 Pondasi base course Batu Pecah 13 33 Pondasi bawah subbase course Aggregate Alam 7 18 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode CBR CBR tanah dasar 10. 4.4.1.2c Menghitung Tebal Perkerasan dengan Tanah Dasar CBR 12 Untuk menghitung tebal perkerasan, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 : Dengan : P = 41.899,43773 lbs CBR = 12 p = 120 psi Maka : t =       − π 120 1 1 . 8 1 43773 , 899 . 41 CBR t = 22,947 in Universitas Sumatera Utara  Menentukan tebal lapisan permukaan surface course Tebal lapisan permukaan ditentukan sebesar 3 in diambil tebal minimum, bahan yang digunakan adalah aspal beton AC Tebal aspal beton 3 in ekivalen = 2,30,95 x 3 = 7,263 in.  Menentukan tebal lapisan pondasi base course Tebal lapis pondasi diambil tebal minimum yaitu 6 in, bahan yang digunakan adalah batu pecah crushed stone base. Tebal crushed stone base 6 in ekivalen = 2,00,95 x 6 = 12,631 in tebal lapisan aggregat alam  Menentukan tebal lapisan pondasi bawah subbase course t = 22,947 in – 7,263 in – 12,631 in = 3,654 in, menggunakan aggregat alam. Tabel 4.4 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan metode CBR CBR tanah dasar 12 Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course Aspal Beton 7 18 Pondasi base course Batu Pecah 13 33 Pondasi bawah subbase course Aggregate Alam 4 11 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode CBR CBR tanah dasar 12 4.4.2 Perencanaan Perkerasan Lentur dengan Metode FAA 4.4.2.1 Menentukan Jumlah Keberangkatan Pesawat Tabel 4.5 Data Perkiraan lalu-lintas pesawat No. Jenis pesawat Berat kotor lepas landas pon Tingkat keberangkatan tahunan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. CN 235-100 BN-2 DHC-5 DHC-6 DHC-7 F-27 CN 235-10 30.200 6.300 17.200 12.500 28.500 14.900 13.500 312 312 312 312 312 312 312 Sumber : Horonjeff, 1993 . Universitas Sumatera Utara

4.4.2.2 Menentukan Pesawat Rencana

Pemilihan pesawat rencana tidak mutlak didasarkan besarnya beban pesawat, tetapi dipilih jenis pesawat yang mempunyai jumlah lintasan tahunan yang banyak sehingga membutuhkan perkerasan yang paling tebal. Dalam perencanaan ini dipilih pesawat CN 235-100 sebagai pesawat tahunan rencana sesuai dengan ketentuan diatas dimana mempunyai berat paling besar dan jumlah lintasan tahunan yang paling banyak yaitu sebesar 6.240 kali.

4.4.2.3 Menentukan Single Gear Departure R2

Setiap type pesawat mempunyai beragam bentuk roda pendaratan. Tetapi semuanya itu sudah dikelompokkan sesuai dengan pembahasan yang lalu. Pengelompokan ini berguna untuk keseragaman semua tipe roda pendaratan utama sehingga didapat total keseluruhan beban yang dialami perkerasan. Tipe roda pendaratan utama sangatlah menentukan dalam perencanaan guna mengetahui bagaimana berat pesawat dibagi bebannya kepada roda-roda dan diteruskan ke perkerasan, selanjutnya akan menentukan berapa tebal perkerasan yang mampu melayani berat keseluruhan pesawat. Tabel 4.6 Tabel Angka Keberangkatan yang Telah Dikonversikan No. Type Pesawat Forecast Annual Departure a Faktor Konversi Roda Pendaratan Utama b Single Gear Departure a x b 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. CN 235-100 BN-2 DHC-5 DHC-6 DHC-7 F-27 CN 235-10 312 312 312 312 312 312 312 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 250 250 250 250 250 250 250 Sumber : Horonjeff, 1993 Universitas Sumatera Utara

4.4.2.4 Menghitung Beban Roda Setiap Pesawat Wheel Load , W2

Pendaratan landing maupun lepas landas take off pesawat sangat bertumpu pada roda pendaratan belakang sehingga roda belakang benar-benar direncanakan harus mampu mendukung seluruh beban pesawat saat beroperasi. Roda depan hanya berfungsi penyeimbang gerakan pesawat pada saat bergerak. Dengan kondisi inilah maka ICAO maupun FAA mengeluarkan suatu ketentuan pembebanan pesawat guna keseragaman perhitungan. Ketentuan itu dengan menganggap bahwa roda belakang sebagai roda pendaratan utama mengalami pembebanan sebesar 95 dari total berat total pesawat.Dengan demikian dapat dihitung wheel load dari setiap jenis pesawat yang direncanakan. Perhitungan ini dilakukan dengan persamaan 3.4 : Dimana : W2 = Beban roda pendaratan dari masing-masing jenis pesawat MSTOW = Berat kotor pesawat saat lepas landas A = Jumlah konfigurasi roda B = Jumlah roda per satu konfigurasi  Untuk type pesawat CN 235-100 W2= 0.95 x 30.200 x 11 x 12 = 14.345 lbs  Untuk type pesawat BN-2 W2= 0.95 x 6.300 x 11 x 12 = 2.993 lbs  Untuk type pesawat DHC-5 W2=0.95 x 17.200 x 11 x 12 = 8.170 lbs  Untuk type pesawat DHC-6 W2=0.95 x 12.500 x 11 x 12 = 5.938 lbs Universitas Sumatera Utara  Untuk type pesawat DHC-7 W2=0.95 x 28.500 x 11 x 12 = 13.538 lbs  Untuk type pesawat F-27 W2=0.95 x 14.900 x 11 x 12 = 7.078 lbs  Untuk type pesawat CN 235-10 W2=0.95 x 13.500 x 11 x 12 = 6.413 lbs

4.4.2.5 Menghitung Beban Roda dari Pesawat Rencana Wheel Load, W1

Perhitungannya sama dengan di atas dengan pesawat rencana adalah CN 235-100, yaitu : W1 = 0.95 x 30.200 x 11 x 12 = 14.345 lbs

4.4.2.6 Menghitung Keberangkatan Tahunan Ekivalen R1

Untuk menghitung keberangkatan tahunan ekivalen pesawat dapat dihitung dengan persamaan 3.5 :  Untuk type pesawat CN 235-100 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 250 2 1 345 . 14 14.345     = 2,3979400 R 1 = 10 2,3979400 R 1 = 250  Untuk type pesawat BN-2 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 208 2 1 345 . 14 2.993     Universitas Sumatera Utara = 1,746723 R 1 = 10 1,746723 R 1 = 97  Untuk type pesawat DHC-5 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 250 2 1 345 . 14 8.170     = 1,922434 R 1 = 10 1,922434 R 1 = 189  Untuk type pesawat DHC-6 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 250 2 1 345 . 14 5.938     = 1,885580 R 1 = 10 1,885580 R 1 = 169  Untuk type pesawat DHC-7 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 167 2 1 345 . 14 13.538     Universitas Sumatera Utara = 2,242876 R 1 = 10 2,242876 R 1 = 240  Untuk type pesawat F-27 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 250 2 1 345 . 14 7.078     = 1,865580 R 1 = 10 1,865580 R 1 = 158  Untuk type pesawat CN 235-10 Log R 1 = Log R 2 2 1 1 2       W W = Log 250 2 1 345 . 14 6.413     = 1,898558 R 1 = 10 1,89855 R 1 = 173 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Perhitungan Angka Keberangkatan Tahunan Ekivalen No. Single Gear Departure Wheel Load W2 Wheel Load of Aircraft Design W1 Equivalent Annual Departure R1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 250 250 250 250 250 250 250 14.345 2.993 8.170 5.938 13.538 7.078 6.413 14.345 14.345 14.345 14.345 14.345 14.345 14.345 250 97 189 169 240 158 173 Total Equivalent Annual Departure R1 1.276 4.4.2.7 Menentukan Tebal Perkerasan 4.4.2.7a Untuk Tanah Dasar dengan CBR 5 Diketahui CBR tanah adalah 5,berat kotor lepas landas pesawat rencana adalah 33.290 lbs dan keberangkatan tahunan ekivalen total adalah 1.276. Maka dari grafik di bawah ini dapat ditentukan tebal perkerasan total. Grafik 4.1 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Dari grafik diatas, didapat tebal total perkerasan adalah 20.0 inci. 20. Universitas Sumatera Utara  Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Bawah Subbase Dari grafik yang sama, dan dengan cara yang sama, didapat jumlah tebal lapisan pondasi atas dan tebal lapisan permukaan adalah 6.0 inci. Grafik 4.2 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Karena lapisan subbase berada di bawah lapisan permukaan dan lapisan base, maka didapat tebal lapisan subbase adalah : tebal subbase = tebal total perkerasan – tebal lapisan permukaan + base = 20.0 inci – 6.0 inci = 14 inci  Menentukan Tebal Lapisan Permukaan surface 6.0 Universitas Sumatera Utara Pada grafik ditentukan tebal lapisan permukaan untuk daerah kritis adalah sebesar 3 inci.  Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Atas Base tebal lapisan pondasi base = 20 inci – 14 inci – 3 inci = 3 inci Tabel 4.8 Tabel Hasil Desain Perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 5 Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course P-401 3 8 Pondasi base course P-209 3 8 Pondasi bawah subbase course P-154 14 36 Gambar 4.5 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 5 4.4.2.7b Untuk Tanah Dasar dengan CBR 10 Universitas Sumatera Utara Diketahui CBR tanah adalah 10, berat kotor lepas landas pesawat rencana adalah 33.290 lbs dan keberangkatan tahunan ekivalen total adalah 1.276. Maka dari grafik dapat ditentukan tebal perkerasan total adalah : Grafik 4.3 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Dari grafik diatas, didapat tebal total perkerasan adalah 12.5 inci.  Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Bawah Subbase 12.5 Universitas Sumatera Utara Dari grafik yang sama, dan dengan cara yang sama, didapat jumlah tebal lapisan pondasi atas dan tebal lapisan permukaan adalah 5.9 inci. Grafik 4.4 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Karena lapisan subbase berada di bawah lapisan permukaan dan lapisan base, maka didapat tebal lapisan subbase adalah : 5.9 Universitas Sumatera Utara  Subbase = tebal total perkerasan – tebal lapisan permukaan + base = 12,5 inci – 5,9 inci = 6,6 inci  Menentukan Tebal Lapisan Permukaan surface Pada grafik ditentukan tebal lapisan permukaan untuk daerah kritis adalah sebesar 3 inci.  Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Atas Base lapisan pondasi base = 12.5 inci – 6,6 inci – 3 inci = 2.9 inci Tabel 4.9 Tabel Hasil Desain Perkerasan Metode FAA CBR tanah dasar 10 Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course P-401 3 8 Pondasi base course P-209 3 8 Pondasi bawah subbase course P-154 7 18 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 10 4.4.2.7c Untuk Tanah Dasar dengan CBR 12 Diketahui CBR tanah adalah 12, berat kotor lepas landas pesawat rencana adalah 33.290 lbs dan keberangkatan tahunan ekivalen total adalah 1.276. Maka dari grafik dapat ditentukan tebal perkerasan total adalah : Universitas Sumatera Utara Grafik 4.5 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Dari grafik diatas, didapat tebal total perkerasan adalah 11,0 inci.  Tebal Lapisan Pondasi Bawah Subbase Dari grafik yang sama, dan dengan cara yang sama, didapat jumlah tebal lapisan pondasi atas dan tebal lapisan permukaan adalah 5,0 inci. 11, Universitas Sumatera Utara Grafik 4.6 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal Karena lapisan subbase berada di bawah lapisan permukaan dan lapisan base, maka didapat tebal lapisan subbase adalah : Subbase = tebal total perkerasan – tebal lapisan permukaan + base = 11,0 inci – 5,0 inci = 6,0 inci 5,0 Universitas Sumatera Utara  Menentukan Tebal Lapisan Permukaan surface Pada grafik ditentukan tebal lapisan permukaan untuk daerah kritis adalah sebesar 3 inci.  Menentukan Tebal Lapisan Pondasi Atas Base lapisan pondasi base = 11 inci – 6,0 inci – 3 inci = 2 inci Tabel 4.10 Tabel Hasil Perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 12 Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course P-401 3 8 Pondasi base course P-209 2 6 Pondasi bawah subbase course P-154 6 16 Gambar 4.7 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode FAA CBR tanah dasar 12 Universitas Sumatera Utara 4.4.3 Metode Perencanaan Perkerasan Lentur ICAO LCN 4.4.3.1 Menentukan Equivalent Single Wheel Load ESWL Pesawat CN 235-100 adalah pesawat rencana yang berbadan kecil yang memiliki konfigurasi roda pendaratan roda ganda yang memikul 95 berat total pesawat, terbagi menjadi 2 bagian konfigurasi roda. Dianggap tiap roda memiliki tekanan roda contact pressure yang sama besar. Untuk merencanakan roda pesawat tunggal terlebih dahulu harus menghitung Equivalent Single Wheel Load ESWL pesawat. Gambar 4.8 Susunan roda pendaratan utama pada satu sisi konfigurasi Untuk menghitung ESWL, maka digunakan persamaan 3.6 : Dimana : Pd = 0,95 x 6.240 = 5.928 lbs d = 32 in z = 73 in maka : Universitas Sumatera Utara log ESWL = Log 5.928 + log ESWL = 4,622208195 ESWL = 10 4,622208195 = 41.899,43773 lbs

4.4.3.2 Menentukan Garis Kontak Area Pesawat

Sebelumnya sudah direncanakan bahwa pesawat CN 235-100 memeiliki tekanan roda pesawat sebesar 120 psi,maka dengan diketahuinya Equivalent Single Wheel Load ESWL pesawat dan tekanan roda pesawat maka dapat ditentukan kontak area pwsawat dengan menggunakan persamaan 3.7 : Dimana : K = Kontak area pesawat lbspsi W = Beban pesawat yang dipikul roda lbs = Tekanan udara pada roda psi Maka : K = 41.899,43773 lbs 120 psi = 349,161 lbspsi = 350 lbspsi Universitas Sumatera Utara

4.4.3.3 Menentukan Tebal Perkerasan

Dalam perencanaan perkerasan flexible metode Load Classification Number terlebih dahulu sudah direncanakan bahwa nilai CBR yang digunakan adalah CBR 5,CBR 10,dan CBR 12 CBR subgrade = 5 ; CBR Subbase = 10 ; CBR base = 12. Maka dengan demikian dapat ditentukan tebal perkerasan yang akan direncanakan dengan melihat grafik berikut : Grafik 4.7 Load Classification Number untuk perencanaan perkerasan flexible Universitas Sumatera Utara Untuk : ESWL = 41.899,43773 lbs Kontak Area = 350 lbspsi Maka dari grafik 4.7 di atas dapat terbaca LCN = 50 California Bearing Ratio Grafik 4.8 Kurva perencanaan perkerasan flexible 32 24 19 Universitas Sumatera Utara  Dari grafik 4.8 diatas dapat terbaca bahwa perkerasan total = 32 in  Untuk perencanaan tebal subbase : LCN 50 ; CBR = 10 Tebal perkerasannya adalah = 24 in Maka : Tebal subbase = 32 in – 24 = 8 in  Untuk tebal base course ; LCN 50 ; CBR = 12 Tebal perkerasannya adalah = 19 in Maka : Tebal base course = 32 in – 19 in = 13 in  Maka dengan demikian kita dapat menghitung tebal perkerasan untuk lapisan permukaan surface Tebal perkerasannya adalah = Tebal perkerasan total – tebal subbase - tebal base course Maka : Tebal surface course = 11 in Maka dapat disimpulkan :  Tebal surface = 11 in  Tebal base course = 13 in  Tebal subbase course = 8 in Tabel 4.11 Tabel Hasil Desain Perkerasan metode LCN CBR tanah dasar 5; CBR Subbase 10; CBR Base 12 Universitas Sumatera Utara Lapisan Bahan yang Digunakan Tebal Rencana inci cm Permukaan surface course Aspal Beton 11 28 Pondasi base course Batu Pecah 13 33 Pondasi bawah subbase course Aggregate Alam 8 21 Gambar 4.9 Potongan Melintang Desain Lapisan perkerasan dengan Metode LCN CBR tanah dasar 5; CBR Subbase 10; CBR Base 12

4.5 Data Perencanaan Landasan Pacu Pesawat Ringan