Down’s syndrome LANDASAN TEORI

Dalam hal ini pola asuh autoritatif demokratis lebih efektif dibandingkan dengan otoriter dan permisif karena memberikan standar yang jelas dan control yang bijaksana terhadap anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang matang.

C. Down’s syndrome

1. Pengertian down’s syndrome Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866. Walaupun sudah lama dikenal, baru pada tahun 1959 ditemukan dan dibuktikan adanya kelainan pada kromosom. Menurut Kartono dan Gulo Down syndrome adalah suatu kondisi abnormal pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik, termasuk keterbelakangan mental yang berat; disebabkan oleh munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang kromosomnya. Down syndrome dinamakan juga dengan mongolism. 27 Seperti yang dikatakan Bandi Delphi “Down syndrome termasuk ke dalam tunagrahita tingkat sedang dan berat. Tipe klinis yang khusus dapat terlihat dari bentuk raut muka, badan dan karakteristik syndrome”. 28 Tunagrahita kelompok down syndrome mempunyai kelainan- kelainan yakni kecacatan pada bentuk hati, ketidaknormalan pada paru- 27 Kartini Kartono dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya, 1987, h. 131. 28 Bandi Delphie, Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Non-Adaptif, Bandung: Bani Quraisy, 2005, h. 30. paru, gejala leukemia, infeksi pada mata dan telinga, kegemukan, masalah yang berkaitan dengan kulit kasar, kering, dan terkena infeksi, mempunyai masalah pada gigi dan gusi, serta mempunyai hendaya pendengaran. Anak penderita down’s syndrome ini memerlukan perhatian yang khusus baik itu dari keluarganya di rumah maupun guru di sekolahnya. Kesehatan umum yang perlu mendapat perhatian yang berkaitan dengan kondisi anak down syndrome tersebut, meliputi hal-hal sebagai berikut : 1 Nutrisi, karena disebabkan makanan mereka yang kurang bergizi 2 Kesulitan gerak saat mengunyah dan menyuap makanan ke mulutnya 3 Sering sakit dan mempunyai penyakit yang serius disebabkan jeleknya pemeliharaan kesehatan dirinya. 4 Mudah mendapatkan kecelakaan dan luka-luka diakibatkan oleh adanya keterbatasan daya pandang, otot-otot tubuh yang lemah, kesulitan gerak, seringnya mendapatkan kejang otot seizure. 5 Kegiatan fisik sangat diperlukan guna menjaga kebugaran dan kesehatan diri. 2. Faktor Penyebab Down Syndrome Pewarisan sifat-sifat induk berlangsung melalui kromosom. Kromosom manusia normal sebanyak 23 pasang atau 46 buah. Sejumlah 23 kromosom diperoleh dari ayahnya dan 23 kromosom didapatkan dari ibunya saat pembuahan. Demikian pula dengan gangguan mental terjadi karena tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosomnya berlebihan atau berkurang menyebabkan individu mengalami gannguan mental, misalnya yang semestinya memiliki kromosom 46 buah berarti terdapat 23 pasang yang terdiri dari 22 pasang kromosom normal dan yang sepasang berjumlah 3 buah kromosom. Adanya pasangan kromosom ini disebut trisomi. 29 Kelainan kromosom terletak pada kromosom 21 dan 15. dengan kemungkinan-kemungkinannya ialah : a. Non disjunction, kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagiaan sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna. b. Translokasi, berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom. c. Mosaic, berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. 30 3. Ciri-ciri Down Syndrome Sebagaimana telah diketahui bahwasanya down syndrome memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dari anak-anak yang tumbuh dan berkembang secara normal, ciri-ciri tersebut di antaranya : 29 Notosoedirjo Moeljono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya , Malang: Universitas Muhammadiyah, 2002, h 73. 30 Iskandar Wahidiyat, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta : Infomedika, 2007, h. 217. a Otaknya tidak tumbuh sempurna. b Kepalanya kecil bulat dan ceper, tidak sempurna. Ubun-ubunnya tidak lekas tertutup menjadi keras, bahkan sering tidak pernah bisa tertutup sama sekali. c Bermata miring; lubang matanya sempit dan sipit. Sering juling, mengalami hypermetropia bisa melihat pada jarak pendek,melihat benda, tapi tanggapannya tidak sama dengan penglihatan deformed. Sering terdapat cataract, yaitu mata berair dan pandangannya jadi kabur dan kosong. Matanya bertitik-titik, dan mengalami kerusakan- kerusakan. d Lidahnya tebal dan besar tapi lunak, biasanya selalu terjulur keluar. Ada kalanya lidahnya kecil sekal dan runcing, kasar juga terbelah. e Tangannya lunak, lebar, besar seperti mengandung air. Biasanya ibu jari dan kelingkingnya kecil sekali. Telapak tangannya kisut dan terlipat-lipat tidak normal. f Bentuk gigi juga abnormal. Tulang-tulang rusuk dan punggung sering mengalami kelainan. Bibir tebal atau sumbing. Kuping luar biasa besarnya, atau kecil sekali berupa sebuah kutil. Kulitnya kering dan kasar; tetapi sering pula lembut dan lunak seperti kulit bayi. Pipinya kemerah-merahan. g Jari-jarinya mengalami polydactyli atau syndactyli. Seringkali belahan antara ibu jari dengan jari telunjuk sangat dalam sekali telapak kaki ceper, perutnya buncit, pusarnya bodong menonjol keluar. h Sendi-sendi dan otot-otot kaku. Alat kelaminnya sangat kecil dan tidak sempurna; anak gadis mengalami saat menstruasi yang sangat lamban. Darahnya dingin beku dan sangat sensitive terhadap temperature. i Mentalnya tenang, lamban dan mengalami retardasi total. Baru bisa bicara ketika berusia kurang lebih 6 tahun. Sedangkan menurut Nur’aeni, ciri-ciri anak down syndrome diantaranya adalah : a Perkembangan senantiasa tertinggal dibanding teman sebayanya, bahkan kadang-kadang ada tahap perkembangan yang dilewati. b Tidak mampu mengubah cara hidupnya, ia cenderung rutin. Jika terjadi hal baru dilingkungannya ia menjadi bingung dan risau. c Perhatiannya tidak dapat bertahan lama. d Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi terbatas, umumnya anak- anak gagap. Bagi mereka yang cacatnya berat cenderung bisu atau sering meraban atau mengoceh. e Sering tidak mampu menolong dirinya sendiri. f Motif belajarnya rendah sekali. g Irama perkembangannya tidak pari, suatu saat mungkin meningkat tinggi, tetapi saat lain bahkan menurun kuat. h Tak acuh pada lingkungan i Jarang menirukan tingkah laku orangtua. j Penampilan fisiknya juga beda dengan teman sebayanya perkembanmgan motor halus, motor kasarnya juga sering terganggu. k Ia sering gagal menghadapi lingkungannya tetapi tidak pernah mau berusaha. 31 31 Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 107.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN