Sikap Pustakwan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta

(1)

SIKAP PUSTAKAWAN TERHADAP PEMUSTAKA DOWN SYNDROME DI PERPUSTAKAAN SLBN 02 JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi (S.IP)

Oleh

Dewi Riani

NIM : 1111025100014

oleh

Yusra

NIM : 1111025100013

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

SIKAP PUSTAKAWAN TERHADAP PEMUSTAKA DOWN SYNDROME DI PERPUSTAKAAN SLBN 02 JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi (S.IP)

oleh

Yusra

NIM : 1111025100013

di bawah Bimbingan

Dr. Ida Farida, MLIS NIP. 19700407200032003 z

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Yusra

NIM : 1111025100013 Jurusan : Ilmu Perpustakaan

Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai saran dan komentar Tim Penguji sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 April 2016 Tanda tangan Tanggal 1. Ketua Sidang Pungki Purnomo, MLIS

NIP.19641215 199903 1 005 ……… ……

2. Sekretaris Sidang Mukmin Suprayogi, M.Si

NIP.19620301 199903 1 001 ……… ……

3. Pembimbing Dr. Ida Farida, MLIS

NIP.19700407 20003 2 003 ……… ……

4. Penguji I Parhan Hidayat, M.HUM

NIP. 19748062 120110 1 004 ……… ……

5. Penguji II Siti Maryam, M.HUM


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Yusra

NIM : 1111025100013 Jurusan : Ilmu Perpustakaan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Sikap Pustakawan”

Terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 13 April 2016


(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta” telah diujikan dalam sidang skripsi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 13 April 2016 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP).

Jakarta,……… Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris

Pungki Purnomo, MLIS ` Mukmin Suprayogi, M.SI NIP. 19641215 199903 1 005 NIP.19620301 1999031001

Pembimbing

Dr. Ida Farida, MLIS NIP. 19700407200032003


(6)

ABSTRAK

Yusra (1111025100013). Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta. Di bawah bimbingan Dr. Ida Farida, M.LIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen sikap kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku. Lokasi penelitian dilakukan di SLBN 02 Jakarta Lenteng Agung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan campuran antara kuantitatif dan kualitatif.

Temuan dari hasil penelitian ini adalah sikap pustakawan terhadap pemustaka

down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen kognitif, pustakawan mengetahui ilmu tentang perpustakaan, down syndrome, dan psikologi down syndrome. Sikap pustakawan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen afektif adalah pustakawan senang menambah pegetahuan dalam bidang perpustakaan, down syndrome, dan psikologi down syndrome

dengan cara membaca buku, jurnal dan ikut pelatihan., dan sikap pustakawan di perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen kecendrungan berprilaku dengan aktifnya pustakawan mengikuti pelatihan dan selalu melakukan pendampingan kepada pemustaka down syndrome. Untuk menguatkan hasil penelitian peneliti mencatumkan hasil skor dari kuesioner yang disebarkan kepada pustakawan. Adapun skor rata-rata yang didapat adalah 4,42. Skor ini berada pada skala interval titik 4,24-5,04. Hasil ini berdasarkan sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome berdasarkan komponen sikap, yaitu komponen kognitif adalah 4,2 (baik), komponen afektif adalah 4,54 (sangat baik), dan komponen kecendrungan berprilaku adalah 4,52 (sangat baik).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah sangat baik sekali.

Kata Kunci: sikap pustakawan, pemustaka down syndrome, Perpustakaan SLBN 02 Jakarta


(7)

ABSTRACT

Yusra (1111025100013). Attitudes of Librarians Towards Down Syndrome User Library in the Library SLBN 02 Jakarta. Under the guidance of Dr. Ida Farida, M.LIS. Library Science Program, Faculty of Adab and Humanities Syarif Hidayutallah State Islamic University in Jakarta. 2016.

This study aimed to understand the attitude of librarians towards down syndrome

user library in the library of SLBN 02 Jakarta based on component of cognitive, affective and behaviour. The study was conducted at the library of SLBN 02 Jakarta Lenteng Agung. This is a descriptive reasearch using combines quantitative and qualitative approaches.

The result of analysis is the attitudes of librarians towards down syndrome user library at SLBN 02 Jakarta library based on cognitive component, the librarians were keen to add their knowledge on achieving study and library related matters,

down syndrome and psychology of persons with down syndrome. Then, based on affective component is the librarians were keen to add their knowledge on achieving study and library related matters, down syndrome and psychology of persons with down syndrome through reading books, journals, and attended training. Moreover attitudes of librarians towards down syndrome user library at SLBN 02 Jakarta based on behaviour component, the librarians tended to be actively in training and coaching the library visitors with down syndrome. The results of the qualitative study were supported by the result of the quantitative study with mean was 4.42 (mean falls in the interval between 4.24 –5.04). This result of the survey questionnaire showed that librarians attitude towards library visitors from the cognitive component was ‘good’ (4.2), from the affective component was ‘very good’ (4.54) and from the behaviour component was ‘very

good’ (4.52).Furthermore, it can be concluded that the attitudes of librarians

towards down syndrome user library at SLBN 02 Jakarta is very good.

Keywords: Librarians’ Attitudes, Down Syndrome user library, SLBN 02 Jakarta Library


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Selanjutnya, penulis pun menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan

dan Informasi.

4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan pengarahan, ilmu, dan bimbingannya kepada penulis, dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh jajaran Wakil Dekan dan para pegawai FAH UIN Jakarta.


(9)

7. Ibu Yeni, Spd, selaku wakil kepala sekolah SLBN 02 yang telah memberikan izin untuk tempat penelitan ini, meluangkan waktunya dan memberikan arahan, informasi, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Sri Yati selaku kepala perpustakaan SLBN 02 yang telah memberikan izin untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat penelitan ini, meluangkan waktunya dan memberikan arahan, informasi, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan ibu-ibu pustakawan perpustakaan SLBN 02 Jakarta yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan informasi kepada penulis.

10.Bapak Saidun Derani, selaku dosen ilmu perpustakaan yang telah bersedia untuk meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya dalam membantu penulisan skripsi ini.

11.Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat berharga. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat.

12.Ayah, ibu dan nenekku tercinta, yang tidak henti-hentinya selalu memberikan dukungan, baik berupa moril maupun materil dan selalu memberikan kasih sayangnya serta selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 13.Adikku tersayang, Mursida, Rahma Wati, Nur Aini, dan Nur yang telah

memberikan dukungan dan doanya.

14.Kak Mahdiah Hanim yang telah memberikan dukungan dan doanya.

15.Ibu Happy selaku ibu kosanku, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.


(10)

16.Sahabatku, Reni Puspita, Dini Amelia Witriani, Wilda Eka Saputri, Risqa Auliyani, Dewi Hana Pertiwi, Bagja Azfiz Nugraha, Septian Eko Suciyanto, Rizulmi, Haikal Elhusaini, Arik Suprapti dan teman kosanku, Terima kasih telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis.

17.Kak Agista dan kak Ilut, selaku alumni UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan dukungan dan bersedia meminjamkan buku-buku yang dimilikinya tentang sikap pustakawan kepada penulis.

18.Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi angkatan tahun 2011, khususnya IPI A 2011. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang berguna bagi nusa, bangsa, maupun agama. Aamiin

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas dan melipatgandakan segala kebaikan dari semua pihak tersebut dengan memberikan rahmat dan ridhanya serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya kepada Jurusan Ilmu Perpustakaan. Aamiin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 12 Februari 2016


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Definisi Istilah ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Sikap Pustakawan 1. Pengertian Sikap Pustakawan ... 14

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Pustakawan ... 16

3. Komponen Sikap ... 17

4. Ciri-Ciri Sikap ... 18

5. Macam-Macam Sikap ... 18

6. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 19

7. Pengukuran Sikap ... 22

B. Pemustaka Down Syndrome 1. Pengertian Pemustaka ... 24

2. Pengertian Down Syndrome ... 25

3. Karakteristik Individu Penyandang Down Syndrome... 27

C. Layanan Perpustakaan untuk Anak Down Syndrome ... 33


(12)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian kualitatif ... 37

B. Sumber Data ... 39

C. Informan ... 40

D. Teknik Pengolahan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Jenis dan Pendekatan Penelitian Kuantitatif ... 45

G. Sumber Data ... 47

H. Populasi dan Sampel ... 48

I. Subjek dan Objek Penelitian ... 48

J. Teknik Pengumpulan Data ... 49

K. Teknik Pengolahan Data ... 50

L. Jadwal Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perpustakaan SLBN 02 Jakarta 1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ... 54

2. Visi dan Misi ... 55

3. Personalia ... 56

4. Struktur Organisasi ... 57

5. Koleksi ... 57

6. Sarana dan Prasarana... 58

7. Program Kerja Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ... 59

8. Keanggotaan ... 61

9. Kewajiban Anggota ... 61

10.Sanksi-Sanksi ... 61

11.Jumlah dan Lama Peminjaman ... 62

12.Layanan ... 63

13.Jam Layanan... 63

B. Hasil Penelitian Kualitatif 1. Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Berdasarkan Komponen Sikap Kognitif ... 63

2. Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Berdasarkan Komponen Sikap Afektif ... 78

3. Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Berdasarkan Komponen Kecendrungan Berprilaku ... 86

C. Pembahasan ... 89 D. Hasil Penelitian Kuantitatif


(13)

1. Penyebaran Kuesioner ... 96

2. Keadaan Umum Responden ... 97

3. Jenis Kelamin Responden ... 98

E. Analisis Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka ... 98

Down Syndromre 1. Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Berdasarkan Komponen Sikap Kognitif ... 98

2. Sikap pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Berdasarkan Komponen Sikap Afektif ... 111

3. Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome Berdasarkan Komponen Kecendrungan Berprilaku ... 125

F. Rekapitulasi Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ... 138

Bab V Penutup A. Kesimpulan ... 140

B. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 148 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penyebaran Kuesioner... 98 Tabel 2 Jenis kelamin Responden ... 99 Tabel 3 Pustakawan Mengetahui Ilmu Psikologi Anak Down Syndrome ... 100 Tabel.4 Pustakawan Mengetahui Undang-Undang yang Mengatur Pendidikan

Anak Down Syndrome ... 101 Tabel 5 Pustakawan Memiliki Pengetahuan tentang Perpustakaan ... 102 Tabel 6 Pustakawan Mengetahui Cara Melayani Pemustaka Down

Syndrome ... 103 Tabel 7 Pustakawan Mengetahui Koleksi yang Dibutuhkan Pemustaka

Down Syndrome ... 104 Tabel 8 Pustakawan Mengetahui Kebutuhan Informasi Pemustaka

Down Syndrome ... 105 Tabel 9 Pustakawan Mengetahui Buku yang Paling Diminati Pemustaka

Down Syndrome ... 106 Tabel 10 Pustakawan Mengetahui Buku Pelajaran Bergambar Sangat Diminati

Pemustaka Down Syndrome ... 107 Tabel 11 Pustakawan Mengetahui Kegiatan Sambil Bermain adalah

Hal yang Paling Disukai Anak Down Syndrome ... 108 Tabel 12 Pustakawan Mengetahui Perilaku Pemustaka Down Syndrome... 109


(15)

Tabel 13 Penafsiran Sikap Pustakawan dari Segi Komponen Kognitif ... 111 Tabel 14 Pustakawan Suka Menambah Wawasan Mengenai Psikologi Anak

Down Syndrome ... 113 Tabel 15 Pustakawan Suka Menambah Wawasan dalam Perundang-Undangan

yang Mengatur Pendidikan Anak Down Syndrome ... 114 Tabel 16 Pustakawan Suka Meningkatkan Pengetahuan dalam Bidang

Perpustakaan ... 115 Tabel 17 Pustakawan Senang Bisa Memberikan Pelayanan Informasi

kepada Anak Down Syndrome ... 116 Tabel 18 Pustakawan Suka Membantu Mengambilkan Buku yang Dibutuhkan

Pemustaka Down Syndrome Dirak ... 117 Tabel 19 Pustakawan Suka Membantu Memberikan Informasi yang

Dibutuhkan Pemustaka Down Syndrome ... 119 Tabel 20 Pustakawan Suka Menjadi Fasilitator dalam Kegiatan Belajar Anak

Down Syndrome ... 120 Tabel 21 Pustakawan Sering Memberikan Kegiatan Belajar Sambil Bermain

untuk Pemustaka Down Syndrome ... 121 Tabel 22 Pustakawan Senang Memberikan Pelayanan Sesuai dengan

Tingkat Kemampuan Pemustaka Down Syndrome ... 122 Tabel 23 Pustakawan Selalu Berempati kepada Pemustaka Down Syndrome .... 123 Tabel 24 Penafisran Sikap Pustakawan Berdasarkan Komponen Afektif ... 125 Tabel 25 Pustakawan Sering Membaca Buku Psikologis tentang Anak


(16)

Tabel 26 Pustakawan Menjadikan Undang-Undang sebagai Pedoman dalam Berinteraksi dengan Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan ... 128 Tabel 27 Pustakawan Sering Ikut Pelatihan dalam Bidang Perpustakaan ... 129 Tabel 28 Pustakawan Selalu Memberikan Informasi yang Dibutuhkan

Pemustaka Down Syndrome ... 130 Tabel 29 Pustakawan Selalu Memberikan Pengarahan tentang Perpustakaan

kepada Anak Down Syndrome ... 131 Tabel 30 Pustakawan Selalu Memberikan Dampingan kepada Pemustaka

untuk Menemukan Buku yang Dibutuhkan ... 132 Tabel 31 Pustakawan Sering Membantu Pemustaka dalam Memahami

Buku Pelajaran Bergambar ... 133 Tabel 32 Pustakawan Suka Memberikan Penjelasan untuk Meningkatkan

Pemahaman Mengenai Isi Buku untuk Anak Down Syndrome ... 134 Tabel 33 Pustakawan Selalu Memberikan Semangat Belajar kepada Pemustaka

Down Syndrome ... 135 Tabel 34 Pustakawan Selalu Mengawasi Kegiatan yang Dilakukan Pemustaka

Down Syndrome di Perpustakaan ... 136 Tabel 35 Penafsiran Sikap Pustakawan Berdasarkan Komponen Kecendrungan

Berprilaku ... 138 Tabel 36 Rekapitulasi Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Angket

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen dan Kode Kategori Penelitian Lampiran 3 Dokumentasi Perpustakaan SLBN 02 Jakarta


(18)

BIODATA PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Yusra. Penulis dilahirkan di Padang Panjang pada tanggal 17 Januari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Nama orang tua penulis yaitu Sabri dan Marina.Saat ini, penulis tinggal di kos-kosan Jakarta sedangkan orang tua di Padang Panjang. Alamat tempat tinggal penulis Andalah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah datar, Sumatera Barat. Penulis memiliki hobi membaca dan menulis. Cita-cita penulis ialah ingin menjadi seorang Dosen.

Pada tahun 1999, penulis mulai menempuh pendidikannya di SDN 10 Andaleh Sumatera Barat dan lulus pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan kembali pendidikannya di SMP Negeri 03 Padang Panjang dan lulus pada tahun 2008. Setelah menamatkan pendidikan di tingkat SMP, penulis melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi yaitu di MA Negeri 01 Padang Panjang. Kemudian, padatahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil program studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Selama menempuh pendidikan, baik di SD, SMP, maupun MAN penulis mendapatkan beberapa prestasi di bidangaka demik, diantaranya:

1. Peringkat 1 dari kelas satu sampai enam SD

2. Juara 11 cerdas cermat setingkat kota Padang Panjang

3. Juara 1 pidato bahasa minang se SMP dan sederajat di kota Padang Panjang 4. Juara 111 lomba pidato berbahasa inggris setingkat SMP dan sederajat 5. Peringkat 111 dari kelas satu sampai kelas tiga SMP

6. Juara11LombaAkuntansi se kota Padang Panjang (Tahun 2007) 7. Juara1 Lomba Akuntasi se tingkat MAN di kota Padang Panjang 8. PesertaOlimpiadeGeografi se tingkat SMA dan sederajat

9. Peringkat 1 Kelas X.2 Semester GanjilTahunAjaran 2009-2010. 10.Peringkat 1 Kelas XI IPS 2Semester GenapTahunAjaran 2009-2010. 11.Peringkat 1 Kelas XII IPS 1Semester GenapTahunAjaran 2010-2011.

12.Menjadi utusan mahasiswa aktif organisasi dan berprestasi ke MAN 1 Medan pada tahun 2009

13.Peserta debat cerdas cermat MPR-RI “4 pilar” di Jakarta tahun 2010 14.Delegasi african UnionNTUMUN di Singapore pada tahun 2015

Selain mendapatkan beberapa prestasi di bidang akademik, penulis juga aktif pada kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi. Adapun kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi yang pernah diikuti, diantaranya:

1. OSISdi SMP danMAN

2. ROHIS (Rohani Islam), di SMP danMAN 3. PKS (patroli keamanan sekolah) di MAN

4. UKS (Unit kesehatan sekolah) di SMP dan MAN


(19)

6. Karang Taruna Remaja Masjid Andaleh kecamatan Batipuh kabupaten tanah datar sumatera barat

7. IRMA (Ikatan Remaja Masjid Almubarak), Andaleh, sumatera barat 8. Assalam (assosiasi pelajar islam sumbar)

9. FORMAT (forum muslimat) di SUMBAR

10.Anggota Himpunan mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan UIN Jakarta 11.LDK (Lembaga dakwah kampus) UIN Jakarta

12.KAMMI (Kesatuan Aksi mahasiswa muslim indonesia) UIN Jakarta 13.Pengusaha kampus wilayah ciputat

14.FIQ (forum insan Quran) UIN Jakarta

15.PSU (pos solidaritas umat) masih bagian dari LDK UIN Jakarta 16.Relawan ACT (Aksi cepat tanggap) wilayah ciputat


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan SLBN merupakan perpustakaan sekolah yang berada di sekolah luar biasa. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga, semestinya setiap sekolah harus memiliki perpustakaan yang memadai agar tugas pokok perpustakaan dalam menunjang proses pendidikan tersebut dapat berlangsung dengan baik. Untuk itu, setiap perpustakaan sekolah harus menyediakan berbagai macam jenis koleksi dan bahan bacaan yang sesuai dengan kurikulum sekolah dan perkembangan ilmu pengetahuan.1

Menurut Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 23 tentang Perpustakaan Sekolah/Madrasah dinyatakan bahwa sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. Perpustakaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan tenaga pendidik.2

1

NS, Sutarno. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : Samitra Media Utama, 2004), h.37.

2

Republik Indonesia, Undang-Undang RI No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007), h.15


(21)

2

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 32 ayat 1 bahwa Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena fisik, mental, sosial dan atau memiliki potensial kecerdasan serta bakat istimewa.3 Oleh karena itu diadakanlah ruang khusus untuk perpustakaan. Ruang perpustakaan ini dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan kebutuhan sekolah secara umum. Dengan diadakannya perpustakaan ini dapat meminimalisasikan hambatan belajar dan memenuhi kebutuhan belajar dengan beberapa pendekatan, metode dan teknik yang bersifat khusus sesuai dengan jenis dan derajat kelainan yang dialami oleh masing-masing pemustaka

Hal diatas menunjukkan bahwa dengan adanya keberadaan perpustakaan di sekolah luar biasa, perpustakaan diharapkan mampu menjadi elemen penting dalam keberhasilan proses pendidikan dan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti apa yang telah tercantum dalam kurikulum sekolah.

Namun, pada kenyataannya keberadaan perpustakaan sekolah luar biasa belum dapat dioptimalkan secara maksimal. Kondisi perpustakaan sekolah luar biasa yang ada pada saat ini masih sangat memperihatinkan, baik dilihat dari kondisi ruangan, sarana dan prasarana serta koleksi bahan-bahan pustaka yang tersedia. Kelengkapan koleksi bahan pustaka

3 KEMENAG RI, UU No. 20 tahun 2003. (Jakarta: KEMENAG RI, 2003) diakses pada 4


(22)

3

yang tersedia di perpustakaan sekolah sebagian besar sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kurikulum yang berlaku.4 Selain itu, juga masih banyak sekolah luar biasa yang tidak memiliki perpustakaan terutama untuk sekolah yang berada di daerah pelosok.

Menurut data Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di Indonesia ada sekitar 1600 an sekolah luar biasa dari berbagai tingkatan dan kategori yang tersebar di Indonesia , namun ironisnya hampir 70% dari jumlah sekolah luar biasa tersebut dikelola secara mandiri oleh masyarakat sementara 30% lagi adalah sekolah luar biasa negeri. Sekolah luar biasa yang memiliki perpustakaan yang memadai hanya 10%.5 Jumlah ini masih sangat jauh ratio perbandingannya agar dapat menampung anak berkebutuhan khusus di dunia pendidikan formal. Masih dibutuhkan ratusan sekolah luar biasa dengan dilengkapi fasilitas ruang perpustakaan yang memadai.

Hal tersebut sangat menyedihkan karena perpustakaan yang seharusnya menjadi jantungnya sekolah belum tersedia dengan baik. Setelah melalui survei peneliti tertarik untuk meneliti perpustakaan sekolah luar biasa karena perpustakaan ini adalah perpustakaan yang luar biasa melebihi dengan perpustakaan sekolah formal. Perpustakaan ini

4

Rusliyadi, Tri. “Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”.

Jurnal nasional of University Negeri Islam Sunan Kalijaga. Jogyakarta, Vol. 1, No. 2, Desember 2005 Diakses 15 Januari 2015 dari

http://digilib.uinsuka.ac.id/8403/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA. pdf

5KEMENDIKBUD, “Kondisi Perpustakaan Sekolah Luar Biasa Saat ini” diakses

pada tanggal 17 April 2016 pukul 09.00 dari


(23)

4

sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berfikir, berimajinasi dan meningkatkan saraf motorik anak berkebutuhan khusus. Perpustakaan sekolah luar biasa ini dibutuhkan pustakawan yang mampu untuk meyediakan dan memberikan pelayanan terbaik nya kepada pemustaka yang berkebutuhan khusus yang sering disebut down syndrome.

Pustakawan harus melayani setiap pemustaka yang datang ke perpustakaan. Pemustaka adalah orang yang wajib dilayani di perpustakaan. Siapa saja yang datang ke perpustakaan baik dia dalam keadaan apapun harus dilayani. Karena memang tugas pustakawan memberikan pelayanan terbaik kepada semua orang. Pelayanan yang diberikan harus secara menyeluruh tidak memandang siapa pemustakanya. Sikap pustakawan menjadi penunjang penting seseorang untuk berkunjung ke perpustakaan. Hal yang pertama kali diperhatikan oleh orang ketika berkunjung ke perpustakaan adalah sikap dan prilaku pustakawan. Ketika pustakawannya bersikap tidak baik dan ramah orang tidak akan mau berkunjung lagi ke perpustakaan itu. Walaupun banyak informasi yang terdapat di perpustakaan tersebut. Sikap pustakawan sungguh memberikan pengaruh yang sangat besar karena memang fungsi perpustakaan itu sendiri untuk memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pustakawan sungguh sangat berperan penting bukan hanya di perpustakaan umum, sekolah dan khusus saja. Tetapi pustakawan juga dibutuhkan di perpustakaan sekolah luar biasa. Dimana pustakawan tidak hanya dituntut kemampuan dia dalam berbagai keahlian dalam bidang perpustakaan tetapi


(24)

5

juga kemampuannya untuk menguasai dan memuaskan pemustaka down syndrome tersebut.

Peneliti sangat tertarik untuk mengkaji perpustakaan sekolah luar biasa ini. Karena dengan adanya penelitian ini merubah paradigma kita semua. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan luar biasa tidak perlu adanya. Tetapi kenyataan yang saya temukan dilapangan setelah empat kali survei yaitu pada tanggal 10 November 2014, 5 Desember 2014, 5 Januari 2015 dan 15 Januari 2015 perpustakaan luar biasa sangat diperlukan dan mempunyai peran yang besar terhadap pemustaka down syndrome.

Hal lainnya yang membuat peneliti sangat tertarik adalah dari sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome. Pustakawan di SLBN 02 Jakarta melayani pemustaka down syndrome dengan senang hati, tulus dan ikhlas. Ketika ada pemustaka down syndrome yang rusuh datang ke perpustakan sehingga memporak-porandakan perpustakaan, pustakawan nya dengan baik dan senyuman yang ramah menegur dan menenangkan pemustaka. Mereka pun sabar untuk merapikan koleksi perpustakaannya kembali. Hal diatas terjadi karena pustakawan di perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini sudah menerapkan pemberian pelayanan perpustakaan dengan melibatkan hati. Maksud dari melibatkan hati menurut ibu Rahma Yenti kepala Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah layanan yang tidak hanya memberikan apa yang diinginkan pemustaka, tetapi juga memberikan semua kebutuhan pemustaka dengan sempurna. Sehingga pemustaka


(25)

6

merasa diperhatikan, disayangi, dan dihargai. Hal terpenting Sekolah luar biasa di Jakarta yang mempunyai perpustakaan yang unggul hanya di perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini. Dimana perpustakaan ini sangat luar biasa mampu melayani pemustaka down syndrome tersebut dengan baik.

Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini merupakan sekolah setingkat sekolah dasar dari kelas satu sampai enam berdiri tanggal 1 April 1979. Pada awal mulanya sekolah ini belum mempunyai gedung sehingga menumpang di SLBN 01 Jakarta di Lebak bulus. Namun sekitar 1 tahun kemudian mendirikan gedung sendiri yang beralamat di jalan Lenteng Agung no. 1, Jagakarsa Jakarta. Dahulu sekolah ini memiliki 9 kelas dan hanya berlantai 1. Namun secara bertahap melakukan pembangunan sehingga sekolah ini berkembang menjadi lantai 2 dan memiliki 12 kelas dengan sarana laboratorium, perpustakaan, aula mushola, dan lain-lain. Tahun 2008 SLBN 02 telah berkembang sebagai sekolah bertaraf nasional, dan mempunyai dua lokasi gedung yaitu yang terletak di wilayah jalan Medis srengseng sawah Jakarta dan Lenteng agung. SLBN 02 Jakarta ini memiliki 40 orang guru, 5 orang guru pustakawan karena mereka merangkap menjadi guru di SLBN 02 Jakarta. Jabatan fungsional pustakawan sudah diatur berdasarkan keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002, Pasal 21 dan Pasal 22, Bab VIII.6

6

KEPMENPAN 2002 No. 132-Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 36 tahun 2001 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya diakses dari


(26)

7

Sekolah ini memiliki 200 orang siswa down syndrome. Pengertian down syndrome (dalam istilah medis disebut trismoni 21), adalah suatu kondisi dimana bahan genetik tambahan menyebabkan keterlambatan dalam cara seorang anak berkembang, baik secara mental dan fisik. Fitur fisik dan masalah medis yang terkait dengan down syndrome dapat bervariasi dari satu anak dengan anak lainnya. Beberapa anak down syndrome membutuhkan banyak perhatian medis, ada juga yang menjalani kehidupan yang sehat. Penyakit down syndrome ini tidak dapat dicegah, namun down syndrome dapat dideteksi sebelum anak lahir atau pada masa prenatal (masih dalam kandungan). Down syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Karena ciri-cirinya yang unik, contohnya tinggi badan yang relatif pendek, kepalamengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia, Amerika dan Eropa. Down syndromejuga biasa disebut mongolisme.7

Perpustakaan sekolah luar biasa ini bukan hanya sebatas perpustakaan yang menyediakan koleksi secara khusus saja. Seperti buku-buku bergambar, puzzle, alat mewarnai dan menggambar, buku-buku pelajaran, globe, buku-buku puisi, buku berhuruf braile dan mainan asah otak. Tetapi juga sebagai rumah eksperimen bagi anak berkebutuhan khusus tersebut. Tujuan diadakannya perpustakaan ini adalah untuk mewadahi anak down

7 Wiranto. “Perancangan Animasi untuk Meningkatkan Skills pada Anak Down Syndrome”. artikel

diakses senin 12 Februari 2015 dari http://digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-15759-3405100009-chapter1 pdf


(27)

8

syndrome dalam bermain dan belajar. Sehingga mereka gemar membaca dan tidak mau kalah dengan anak nomal lainnya. Berdasarkan hal di atas, peneliti memutuskan untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi, kemudian hasil penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di

Perpustakaan SLBN 02 Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus pada masalah, maka pembahasan penelitian ini dibatasi pada sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen sikap kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah diatas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut bagaimana sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen sikap kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku?


(28)

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Agar sasaran dalam penelitian ini jelas dan sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen sikap kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi perpustakaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peneliti untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat kepada pihak-pihak yang terkait dengan Perpustakaan Sekolah Luar Biasa Negeri 02 Jakarta. Dengan adanya saran dan masukan dari peneliti, diharapkan pihak perpustakaan dapat menjadikan saran dan masukan tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap layanan perpustakaan kepada pemustaka down syndrome ini.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan pemahaman dan menambah khazanah ilmu pengetahuan. Sasaran dalam penelitian ini jelas dan sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah


(29)

10

untuk mengetahui sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen sikap kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku.

D. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sikap

Secara umum sikap bisa di definisikan sebagai perasaan, pikiran,dan kecenderungan seseorang yang bersifat permanen mengenai lingkungan sekitarnya. Sikap juga bisa dimaknai sebagai suatu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan perasaan tertentu, juga dalam menanggapi objek situasi atau kondisi disekitarnya.

Sikap menurut para ahli, menurut Sarnoff sikap adalah kesediaan untuk bereaksi secara positif atau negatif terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmojo sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek. Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mendukung dan memihak.8

8

Hana, Maryamtussalamah. “Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLB C Yayasan Karya Bakti Garut.” Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa, UPI Bandung, 2013, h.20.


(30)

11

2. Pustakawan

Pustakawan dalam konteks penelitian ini adalah guru yang bekerja di perpustakaan. Dalam istilah perpustakaan disebut dengan guru pustakawan. Pengertian guru pustakawan adalah seorang yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pendidikan dan perpustakaan sekolah yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.9

3. Sikap Pustakawan

Sikap pustakawan adalah perasaan, pikiran dan tingkah laku pustakawan dalam menghadapi pemustaka di perpustakaan.

4. Pemustaka down syndrome

Pengguna perpustakaan, pengunjung perpustakaan dan anggota perpustakaan yang mempunyai kelainan genetik yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental .

5. Perpustakaan SLBN 02 Jakarta

Perpustakaan Sekolah Luar Biasa Negeri 02 Jakarta adalah sebuah perpustakaan yang berada di sekolah, dikelola oleh sekolah, dan berfungsi untuk kegiatan belajar mengajar, penelitian yang sederhana, menyediakan bahan bacaan guna menambah ilmu pengetahuan, sekaligus tempat berekreasi yang sehat, di sela-sela kegiatan rutin dalam belajar.10

9

Sri Rohyati Zulaikha. “Mengusung Kembali Peran Teacher-Librarin dan Pemberdayaan Perpustakaan Madrasah”. Artikel diakses senin 19 April 2016 pukul 08.00 dari http://digilib.uin-suka.ac.id/.../SRI%20R0HYANTI%20ZULAIKHA%20MEN

10Hana, Maryamtussalamah. “Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLB C Yayasan Karya Bakti Garut.” Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Anak


(31)

12

E. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab disertai dengan sub bab masing-masing. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang pokok-pokok pikiran yang terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini peneliti akan membahas kerangka teoritis tentang pengertian sikap pustakawan, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap, komponen sikap, ciri-ciri sikap, macam-macam sikap,pembentukan dan perubahan sikap, pengukuran sikap, pengertian pemustaka down syndrome, karakter individu penyandang down syndrome, pendidikan bagi anak down syndrome, layanan perpustakaan untuk pemustaka down syndrome, dan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini peneliti akan membahas tentang pendekatan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik


(32)

13

pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang profil objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tentang penjelasan profil objek penelitian, diantaranya: sejarah berdirinya Perpustakaan SLBN 02 Jakarta, visi dan misi, personalia, struktur organisasi, koleksi, sarana dan prasarana, program kerja perpustakaan, keanggotaan, kewajiban anggota, sanksi-sanksi, jumlah dan lama peminjaman, layanan, jam layanan dan hasil penelitian serta pembahasan yang berisi sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan dari hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.


(33)

14

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Sikap Pustakawan

1. Pengertian Sikap Pustakawan

Sarnoff ahli psikologi mengartikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek-obyek tertentu.11 Menurut Walgito sikap memiliki tiga komponen dasar yaitu komponen kognitif (beliefs), komponen afektif (feelings), dan komponen konatif (behavior tendencies)12. Sikap menurut Mar’at merupakan proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya13. Menurut Nuryanti sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang berguna ataupun tidak bagi dirinya14.

Kartono berpendapat sikap adalah suatu kecenderungan memberi respon baik positif maupun negatif terhadap orang-orang, benda, ataupun situasi tertentu15. Sikap seseorang dapat timbul sebagai hasil dari respon terhadap suatu objek sikap. Apabila objek sikap

11 Sarlito wirawan sarwono. Teori-Teori Psikologi Sosial. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), h.159.

12 Uno B. Hamzah. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)h. 20

13Mar’at. Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya.( Jakarta: Ghalia Indonesia,1984), h.48

14 Saifuddin Azwar. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Liberty,1988), h.52


(34)

15

tersebut tidak disukai, maka akan direspon secara negatif dan individu akan menjauhi objek sikap. Sedangkan objek sikap tersebut apabila disenangi maka akan direspon positif, dan individu akan mendekati objek sikap.

Menurut Azwar karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang paling berinteraksi satu sama lain, kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.16 Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku. Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan.

Secara umum sikap bisa di definisikan sebagai perasaan, pikiran,dan kecenderungan seseorang yang bersifat permanen mengenai lingkungan sekitarnya. Sikap juga bisa dimaknai sebagai suatu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan perasaan tertentu, juga dalam menanggapi objek situasi atau kondisi disekitarnya.

Sikap pustakawan adalah perasaan, pikiran dan tingkah laku pustakawan dalam mengahadapi pemustaka di perpustakaan. Sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. Fungsi ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari.

16 Uno B. Hamzah. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) ,h. 20


(35)

16

Dengan demikian tidak semua sikap merupakan tolak ukur untuk melihat motif-motif tidak disadari yang mendasarinya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Pustakawan

Sikap pustakawan dipengaruhi oleh 2 faktor diantaranya adalah:

a. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri.

b. Faktor eksternal yaitu faktor pembentukan sikap yang ditentukan oleh faktor-faktor dari luar diri seseorang tersebut. Faktor-faktor dari luar seperti:

1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap. 3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung

suatu sikap tersebut.

4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

5. Situasi pada saat sikap itu dibentuk.

respon-respon nyata lainnya, sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu.17


(36)

17

3. Komponen Sikap

Menurut Walgito (2002: 111) komponen sikap meliputi :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal - hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Dilihat dari uraian di atas, sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan atau keyakinan, komponen afektif yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak yang menunjukkan arah sikap, dan komponen konatif


(37)

18

yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.18

4. Ciri-ciri Sikap

a. Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Seperti lapar, haus kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain penggerak kegiatan manusia menjadi pembawaan baginya dan yang terdapat padanya sejak ia dilahirkan.

b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap.

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga tertuju pada objek-objek.

d. Sikap itu berlangsung lama atau sebentar.

e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi19.

5. Macam-macam Sikap

Sikap terbagi menjadi dua macam yaitu: a. Sikap sosial

Sikap sosial adalah sikap yang dimiliki oleh sekelompok orang atau masyarakat. Sikap ini dinyatakan dengan melakukan kegiatan yang sama dan berulang-ulang

18 Wirawan Sarwono Sarlito. Teori-Teori Psikologi Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),h.5


(38)

19

terhadap objek sosial20. Atttitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat.

b. Attitude individual

Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja, misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu. Attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Attitude individual terdiri atas kesukaan dan ketidaksukaaan pribadi atas objek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu. Attitude mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. 21

6. Pembentukan dan perubahan sikap

a. Pembentukan Sikap

Menurut Sarwono sikap dapat dipelajari melalui orang lain dalam kontak sosial, misalnya melihat sikap guru, orang tua, kawan sebaya, dan lain-lain. Menurut Wilowo Pembentukan sikap sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

20 Wibowo Istiqomah. Psikologi Sosial. (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1991),h.20

21 Wirawan Sarwono Sarlito. Teori-Teori Psikologi Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


(39)

20

mempengaruhi pembentukan sikap itu sendiri. Faktor ini dapat

meliputi : “Pengalaman pribadi, pendidikan kebudayaan, pergaulan, media massa, institusi atau lembaga pendidikan atau agama, emosi dari dalam diri individu, jenis kelamin, umur. pendapatan dan lingkungan dimana individu itu berada22.

Sedangkan menurut Kartono sikap seseorang secara umum dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern yang termasuk faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, yang meliputi pengamatan, daya tangkap, motivasi, nilai yang dimiliki, pengetahuan dan perasaan. Adapun yang dimaksud faktor ekstern menurut Wibowo merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi sifat, isi, pemakaian, penganut, pengelola dan cara yang ditampilkan oleh suatu objek, juga meliputi aspek orang yang melakukan komunikasi atau yang menyampaikan pesan, atau aspek pesan itu sendiri, aspek saluran pesan, dan penerima pesan23.

b. Perubahan sikap

Menurut Wibowo perubahan sikap sama dengan pengukuran terhadap gejala psikologi lainnya, serta merupakan pengukuran tidak langsung dan sulit dilakukan, karena sikap

22 Saifuddin Azwar. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Liberty,1988), h.67


(40)

21

merupakan konsep abstrak. Menurut Walgito cara mengukur sikap yaitu :

a) Secara langsung, yaitu subyek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung yang bestruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dengan wawancara bebas, dengan pengamatan langsung. Sedangkan cara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek yang teliti.

Cara pengukuran secara langsung tidak berstruktur, yaitu dengan pengukuran sikap model likert.

b) Secara tidak langsung, pengukuran sikap menggunakan alat-alat tes, baik yang proyektif maupun yang non-proyektif.

Menurut Mar’at mengukur sikap seseorang terhadap suatu obyek terdapat beberapa cara antara lain wawancara, observasi, dan pernyataan sikap. Dalam penelitian ini salah satu cara untuk mengukur sikap


(41)

22

adalah dengan menggunakan cara langsung yang berstruktur karena pengukuran sikap kepada pustakawan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek yang teliti atau pemustaka24.

7. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap sering dibedakan antara dimensi pengetahuan atau kognitif, perasaan atau afektif, dan kecenderungan perilaku atau konatif. Peneliti harus menentukan bahwa orang yang diteliti mempunyai sikap positif atau negatif terhadap obyek. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Tidak langsung bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Untuk mengukur sikap secara langsung menggunakan skala:

a. Skala Thurstone

Percaya bahwa sikap dapat diukur dengan skala pendapat. Mula-mula usaha mengukur sikap ini terdiri atas sejumlah daftar pertanyaan yang diduga berhubungan dengan sikap.

24Mar’at. Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.30


(42)

23 b. Skala Likert

Menggunakan sejumlah pertanyaan untuk mengukur sikap yang berdasarkan pada rata-rata jawaban. Dalam pertanyaannya, likert menggambarkan pandangan yang ekstrem pada masalahnya. Kemudian dibagikan kepada responden. c. Skala Borgadus

Secara kuantitatif mengukur tingkatan jarak seseorang yang diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok-kelompok lain. Responden diminta untuk mengisi atau menjawab pertanyaan satu atau semua dari 7 pertanyaan untuk melihat jarak sosial terhadap kelompok etnik group lainnya.

d. Skala Perbedaan Semantik

Meminta responden untuk menentukan sikapnya terhadap objek sikap, pada ukuran yang sangat berbeda dengan ukuran terdahulu.

Oleh sebab itu dalam membuat pernyataan sikap harus secara jelas membedakan bulir positif dan negatif dan tidak memasukkan bulir netral dalam susunan pernyataan. Skala Likert merupakan salah satu skala favorit atau sering digunakan dalam pengukuran sikap. Skala Likert menggunakan kategori jawaban berkisar sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Peneliti dapat menggunakan 5 kategori tingkat persetujuan


(43)

24

(sangat setuju, setuju, raguragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju).

Selain itu peneliti dapat menggunakan 7 kategori namun ada pula peneliti yang memakai empat atau enam kategori jawaban dengan alasan menghindari kategori tengah. Karena pada variabel sikap harus ditentukan apakah responden bersikap positif atau negatif oleh sebab itu biasanya digunakan skala dengan kategori jawaban genap. Berapa pun kategori jawaban yang dipilih oleh peneliti tidak menjadi masalah. Namun hal yang harus diingat bahwa semakin sedikit kategori jawaban yang diberikan maka akan mengurangi penyebaran skor (varian berkurang) sehingga akan mengurangi pula reliabilitas jawaban.

B. Pemustaka Down Syndrome 1. Pengertian Pemustaka

Pengertianpemustaka menurut Sutarno Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.25 User berbagai macam jenisnya, ada mahasiswa, guru, dosen, dan masyarakat pada umumnya bergantung jenis perpustakaan yang ada. Menurut Sutarno NS pemakai

25

Shihabudin Qalyubi. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. (Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007),h. 58


(44)

25

perpustakaan adalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan.

2. Pengertian Down Syndrome

Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. John longdon down adalah seorang dokter dari Inggris yang pertama kalinya menemukan kumpulan gejala down syndrome pada tahun 1866.26 Sumbangan down yang terbesar adalah kemampuannya untuk mengenali karakter fisik yang spesifik dan deskripsinya yang jelas tentang keadaan ini, yang secara keseluruhan berbeda dengan keadaan anak normal. Karena matanya yang khas seperti bangsa Mongol maka dulu disebut sebagai Mongoloid.

Kemudian pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan istilah down syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama27. Gejala-gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi dari yang tidak tampak sama sekali,

26Ignasius Tri Sunarna. “Persepsi Masyarakat Terhadap Perpustakaan Sekolah Luar Biasa 01 di Yogyakarta. Skripsi S1 Jurusan Anak Luar Biasa, Universitas Diponegoro, 2014

27Sjarif Hidajat, Herry Garna, Ponpon S Idjradinata, Achmad Surjono. “Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21.” Jurnal sari pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 97 - 104


(45)

26

tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang menderita down syndrome adalah adanya keterbelakangan fisik dan mental pada anak. Down syndrome termasuk syndroma konginetal karena sindroma ini sudah sejak lahir. Hal ini disebabkan adanya kelebihan jumlah kromosom pada sel tubuh anak penyandang down syndrome28.

Menurut penelitian, down syndrome menimpa satu diantara 700 kelahiran hidup. Di Indonesia, terdapat 300 ribu kasus down syndrome. Dari data statistik yang diperoleh, dulu kemungkinan anak terkena down syndrome 1700 dan saat ini 1:1100 dari kelahiran hidup29. Hal itu terjadi karena adanya tingkat dan pengetahuan yang lebih tinggi sehingga kasus down syndrome kian jarang. Anak-anak yang terkena down syndrome sejak lahir sudah dapat diketahui dari wajahnya. Anak dengan down syndrome itu sendiri adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan memiliki kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Tubuh manusia yang terdiri dari banyak sel dan setiap sel mengandung 46 kromosom.

Kromosom akan menentukan penampilan fisik, ciri-ciri, karakter, sifat dan bakat manusia karena dalam kromosom terdapat

28 NATIONAL DOWN SYNDROME SOCIETY. “NDSS About Down Syndrome”. Diaksese dari www. n d s s . o r g

29Sjarif Hidajat, Herry Garna, Ponpon S Idjradinata, Achmad Surjono. “Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21.” Jurnal sari pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 97 - 104


(46)

27

unsur-unsur keturunan. Dalam setiap sel terdapat 23 kromosom dari ibu dan 23 kromosom dari ayah. Seorang dengan down syndrome memiliki kelebihan jumlah kromosom nomer 21 sehingga ada 47 kromosom dalam setiap sel tubuhnya.

Diperkirakan bahwa materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dan kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik dan susunan saraf pusat30. Down syndrome dapat terjadi pada semua ras, dikatakan demikian karena angka kejadiannya pada bangsa kulit putih lebih tinggi daripada kulit hitam, tetapi perbedaan ini tidak begitu berarti. Sedangkan angka kejadian pada berbagai golongan sosial ekonomi adalah sama.

3. Krakteristik individu anak penyandang down syndrome a. Karakteristik fisik

Individu penyandang down syndrome memiliki sejumlah karakteristik fisik yang serupa satu dengan lainnya dan mudah dikenali. Karakteristik-karakteristik fisik khusus dari penyandang down syndrome, antara lain:

1. Wajah yang terlihat bulat dari depan tetapi jika dilihat dari samping wajah cenderung memiliki profil datar.

30 Roger H reeves, Dkk, “A Mouse Model For Down Syndrome Exhibits Learning and

Behaviour Deficits”. artikel diakses pada 17 Maret 2016 dari nature Publishing Group http://www.nature.com/naturegenetics


(47)

28

2. Kepala bagian belakang sedikit rata, hal ini dikenali sebagai brachycephaly.

3. Mata dari hampir semua penyandang down syndrome miring sedikit keatas. Sering kali ada lipatan kecil pada kulit secara vertikal antara sudut dalam mata dan jembatan hidung disebut lipatan epicanthic atau epicanthus. Hal ini sering terlihat pada bayi yang normal, tetapi lipatan ini nantinya akan menjadi kurang menonjol dan mungkin menghilang. Mata mungkin memiliki bintik putih atau kuning terang disekitar pinggir selaput pelangi bagian bewarna atau field ini mungkin juga ada pada anak normal, seringkali menghilang dikemudian hari jika selaput pelangi menjadi coklat atau berwarna gelap.

4. Hidung yang kecil dan memiliki jembatan tulang nasal yang rendah.

5. Telinga yang kecil, khususnya bagian kuping telinga pada lingkaran atas dari kuping telinga terlipat terlalu rendah.

6. Rongga mulut yang lebih kecil dari rata-rata dan lidah yang sedikit besar. Hal ini membuat sebagian anak mempunyai kebiasaan untuk menjulurkan lidahnya.

7. Gigi yang kecil dan memiliki bentuk dan posisi yang abnormal. Biasanya pergantian giginya terlambat jika dibandingkan dengan anak normal.


(48)

29

9. Leher yang pendek dan lebar. Bayi penyandang down syndrome yang baru lahir mungkin memilki kulit berlebihan (banyak lipatannya) pada bagian belakang leher, tetapi hal ini biasanya berkurang sewaktu mereka lakukan pertumbuhan. 10.Tangan cenderung kecil dan lebar dengan jari-jari yang

pendek. Jari kelingking biasanya pendek dan hanya memiliki satu sendi, bukan dua seperti biasanya.

11.Telapak tangan hanya memiliki satu garis lengkung horisontal atau bila ada dua garis, keduanya mungkin memanjang melintasi tangan.

12.Kaki cenderung pendek dan gemuk dengan jarak yang lebar antara ibu jari dan telunjuk.

13.Kulit tubuh biasanya mengering. 14.Tonus yang rendah (hipotonia).

15.Ukuran tubuh anak penyandang down syndrome biasanya mempunyai berat badan yang sulit naik pada masa bayi/prasekolah. Hal ini disebabkan karena gangguan makan yang terjadi pada anak yang disertai dengan kelainan kongenital yang lain tetapi, setelah masa sekolah atau pada masa remaja, malah sering terjadi obesitas (kegemukkan). 16.Kecepatan pertumbuhan fisik anak down syndrome lebih

rendah bila dibaandingkan dengan anak normal. Perlu dilakukan pemantauan pertumbuhannya secara berkelanjutan


(49)

30

pada anak ini, karena sering disertai juga adanya hiporoid. Sehingga kalau pertumbuhannya kurang dari yang diharapkan, sebaiknya diperiksa kadar hormon tiroidnya.

17.Kualitas suara yang rendah, keterlambatan dalam bicara dan sulit untuk mengucapkan artikulasi.

18.Pertahanan tubuh relatif lemah, 30 sampai 40 persen anak penyandang down syndrome memiliki kelainan jantung, biasanya menderita lubang pada dinding yang memisahkan ruang utama jantung sebelah kiri dan kanan. Akibat pertahanan tubuh yang relatif lemah itu, banyak diantara penyandang down syndrome yang meninggal pada usia muda. Tetapi jika mereka telah mencapai usia lima tahun, biasanya mereka dapat terus hidup smapai 40 tahun seperti anak-anak lainnya. Anak penyandang down syndrome memiliki enam dan tujuh ciri ini dan ketidakcakapan intelektual dalam derajat tertentu merupakan ciri yang hampir selalu ada.31

b. Karakteristik Kognitif

Dua karakter yang menonjol dari penyandang down syndrome adalah penampilan fisik dan mudah dikenali dan kemampuan kognitif yang terbatas sama hanya dengan perkembangan sensori motor. Perkembangan kognitif atau

31Roger H reeves, Dkk, “A Mouse Model For Down Syndrome Exhibits Learning and

Behaviour Deficits”. artikel diakses pada 17 Maret 2016 dari nature Publishing Group http://www.nature.com/naturegenetics


(50)

31

mental anak mulai menunjukkan penurunan yang relatif pada usia satu atau dua dan diikuti oleh penurunan yang lebih lambat pada usia tiga atau empat tahun dan setelah itu relatif mendatar, penurunan intelektual dari keterlambatan dalam bahasa dan menalar.

Kemampuan dan perkembangan mental pada penyandang down syndrome bervariasi. Sebagian besar penyandang down syndrome termasuk dalam kategori keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental yang dimiliki oleh penyandang down syndrome bukan hanya mempengaruhi aspek intelektualnya saja, tetapi juga mempengaruhi aspek tingkah laku dan juga periode perkembangan dari individu tersebut. Anak penyandang down syndrome mengalami kesulitan untuk menguasai 4 bidang yang berhubungan dengan kognisi, yaitu:

1. Perhatian

Perhatian merupakan faktor penting di dalam proses belajar. Seorang anak harus mampu memusatkan perhatian pada sebuah tugas sebelum ia dapat memepelajari tugas tersebut.

2. Ingatan

Individu memproses stimulus yang datang pada berbagai tingkat analisis. Kesulitan yang diambil oleh


(51)

32

individu dengan keterbelakangan mental yaitu saat harus mengerjakan tugas yang melibatkan proses ingatan yang lebih mendalam atau rumit. Pada tingkat yang diangkat, individu yang memproses stimulus dalam bentuk perseptual, sedangkan pada tingkat yang lebih dalam, individu memproses stimulus dalam bentuk semantik.

3. Bahasa

Individu dengan keterbelakangan mental sering memiliki kesulitan bahasa dan biasanya kemampuan bahasa mereka lebih rendah daripada bahasa yang seharusnya mereka miliki pada usia mental tertentu. Kesulitan yang umumnya terjadi adalah kesulitan dalam artikulasi, suara dan gagap. Selain itu, individu kurang mampu menggunakan bahasa yang abstrak dan kompleks.

4. Prestasi akademis

Terdapat hubungan kuat antara intelegensi dan prestasi sehingga anak dengan keterbelakangan mental akan tertinggal dari teman-temannya yang lain pada semua area. Mereka juga cenderung menjadi underachievers, yaitu meraih prestasi yang lebih rendah dari yang seharusnya dapat mereka capai sesuai dengan usia mental mereka.


(52)

33

c. Karakteristik Sosial dan Ekonomi

Pada umumnya anak penyandang down syndrome lebih sering tertawa, ramah dan mudah diatur daripada anak-anak dengan keterbelakangan mental lainnya. Mereka cepat melekat dengan orang lain dan jika diperlakukan dengan baik, mereka adalah orang yang penuh kasih sayang dan kelembutan, tetapi terkadang mereka juga memiliki sifat keras kepala.

Anak penyandang down syndrome yang memiliki keterbatasan intelektual belum tentu memiliki adaptasi sosial yang buruk. Perkembangan sosial mereka tidak tergantung pada kemampuan abstraksi dan integrasi, tetapi tergantung pada keahlian hidup sehari-hari sehinggga adaptasi sosial mereka lebih baik daripada perkembangan kognitifnya.

C. Layanan Perpustakaan untuk Anak Down Syndrome

Anak-anak yang menderita cacat mental mengalami kesulitan ingatan dalam jangka pendek atau jangka panjangnya. Sehingga pustakawan harus melayani pemustaka dengan baik dan sesuai dengan yang dibutuhkan pemustaka. Ketika pemustaka diberikan materi maka mereka akan susah menangkap hal itu sehingga diadakanlah kegiatan sambil bermian. Bermain adalah aktivitas terbesar anak-anak khususnya down syndrome, dalam bermain anak mempelajari berbagai hal yang dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan dengan cara


(53)

34

yang menyenangkan. Bermain dapat dipergunakan untuk melatih kemampuan kerjasama anak-anak down syndrome. Dengan bermain anak dapat belajar banyak hal.

Oleh karena itu SLBN 02 Jakarta mengadakan kegiatan sambil bermain di perpustakaan. Bermain dapat menumbuhkan kemampuan kerjasama yaitu meliputi kemampuan berbagi, bergiliran, mengikuti aturan dan aktifitas kelompok. Pustakawan SLBN 02 Jakarta sering melakukan permainan warna karena warna ini memberikan pengaruh besar terhadap kondisi fisik, emosi, dan mental anak down syndrome. Koleksi di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini disediakan dengan banyak warna yang cerah. Sehingga menjadi daya tarik pemustaka datang ke perpustakaan. Di perpustakaan juga sering diadakan permainan menggambar dan mewarnai. Dengan permainan ini dapat meluapkan emosi dan keinginan yang terpendam dalam anak down syndrome.

Di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta memiliki beragam anak dengan kekurangan yang berbeda-beda. Sehingga cara pelayanan nya pun berbeda. Anak dengan down syndrome harus diberikan perhatian khusus. Karena mereka cendrung aktif. Sedangkan yang lain tidak.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang sebelumnya pernah dilakukan dan yang relevan dengan judul penelitian ini diantaranya diambil dari tiga buah

skripsi. Skripsi yang pertama berjudul “Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar di SLBN A Kota Bandung (Studi


(54)

35

Deskriptif di SLBN A Bandung)” yang disusun oleh Eri Merdaina,

Program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tahun 2013.32

Tujuan Penelitian ini secara umum untuk memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar di SLBN A kota Bandung. Tujuan khususnya adalah : (1) Mengetahui pengelolaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar di SLBN A kota Bandung ; (2) Mengetahui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar di SLBN A kota Bandung ; (3) Mengetahui kendala atau kesulitan yang dialami sekolah dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar ; (4) Mengetahui upaya yang dilakukan sekolah dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar di SLBN A kota Bandung. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik.

Skripsi kedua berjudul “Sikap Pustakawan terhadap Pemustaka

Down Syndrome di Perpustakan SLB C Yayasan Karya Bakti Garut” yang

disusun oleh Hana Maryamstussalamah , Program Pendidikan Anak Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013.33

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di perpustakaan SLB C yayasan karya bakti Garut; (2)

32Eri, Merdaina. “Pe

manfaatan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar di SLBN

A Bandung.” Skripsi S1 program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa, UPI Bandung, 2013.

33Hana, Maryamtussalamah. “

Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down Syndrome di perpustakaan SLB C Yayasan Karya Bakti Garut.” Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa, UPI Bandung, 2013


(55)

36

Mengetahui gambaran pemustaka down syndrome di perpustakaan SLB C yayasan karya bakti Garut ; (3) Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pustakawan dalam melayani pemustaka down syndrome. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran angket/kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasional dengan pendekatan survey.

Skripsi ketiga berjudul “Pelaksanaan Bimbingan dalam

Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan”yang disusun oleh Marwa Sopa Indah, Program Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009.34

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome; (2) Mengetahui metode yang digunakan pembimbing dalam melaksanakan bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome ; (3) mengetahui faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

34Marwa, Sopa Indah. “Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian

Anak yang Mengalami Down Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan” Skripai S1 Program Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009


(56)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif disebut juga dengan penelitian mendalam. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menjelaskan sesuatu seperti apa adanya35.Penelitian deskriptif ini mengkaji pola hubungan korelasional antara beberapa variabel.36 Penelitian deskriptif ini penulis lakukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta .

Sedangkan, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan campuran terdiri dari kualitatif dan kuantitatif, dengan alasan penulis ingin berhadapan langsung dengan informan supaya bisa mendapatkan informasi lebih banyak, lebih memahami makna, dan memahami situasi sosial secara mendalam. Inilah penjelasan dari kedua metode yang digunakan dalam penelitian:

35

Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. (Jakarta : STIA-LAN Press, 1999). h.60

36

Dr. Prasetya Irawan, M.Sc. Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h.60-61.


(57)

38

Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat

deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan”sifat data” yang murni

kualitatif37. Menurut Kirk Strauss dan Corbin dalam Creswell yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau kuantifikasi.38 Menurut David Williams penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.39 Denzin dan Lincoln berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.40

Pendekatan kualitatif tidak mengenal populasi dan sampel. Pendekatan kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik, dan

berhubungan dengan “sifat data” yang murni kualitatif. Pendekatan

kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,

37

Irawan, Prasetya . Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula, Jakarta : STIA-LAN Press, 1999), h 77-78

38

Pupu Saeful Rahmat. “Penelitian Kualitatif,” jurnal EEQUILIBRIUM. Vol.5, No.9 (2009), h. 2.

39Lexy J. Moleong. “Metode Penelitian Kualitatif” Edisi Revisi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.5

40 Lexy J. Moleong. “Metode Penelitian Kualitatif” Edisi Revisi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.5


(58)

39

kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.41

B. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer ialah data yang diambil langsung dengan tanpa perantara, dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs atau manusia. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berkompeten dalam memberikan informasi yang relevan. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari kepala perpustakaan, dan guru yang merangkap menjadi pustakawan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder ialah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen seperti laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah dan lain sebagainya42.

41

Rahmat. “Penelitian Kualitatif,” h.3.

42

Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula, Jakarta : STIA-LAN Press, 1999), h 87.


(59)

40

C. Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Berikut ini beberapa informan beserta kriteria yang dimiliki, diantaranya :

1. Kepala Perpustakaan SLBN 02 Jakarta

Kepala Perpustakaan SLBN 02 Jakarta bernama Sriyati, S.Pd. Latar belakang pendidikan informan bukan dari lulusan Ilmu Perpustakaan melainkan, pendidikan luar biasa. Selain menjadi kepala perpustakaan, informan juga menjadi guru di SLBN 02 ini. Alasan peneliti menjadikannya sebagai informan karena, informan tersebut yang mengetahui segala hal yang berkaitan tentang perpustakaan SLBN 02 Jakarta dan informan juga sudah menjabat menjadi kepala perpustakaan sejak perpustakaan tersebut didirikan.

2. Guru pustakawan

Guru adalah orang yang berperan sebagai orang tua siswa dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah. Melalui guru, dapat diketahui karakter siswa SLBN 02 Jakarta ini. Sehingga, akan didapatkan data mengenai masing-masing siswa secara lengkap. Peneliti mengambil 4 orang guru pustakawan SLBN 02 Jakarta ini untuk dijadikan informan. Guru pustakawan tersebut bernama ibu Mardiyah, Rahma Yeni, bapak Wilowo dan ibu Dina Fadilah. Latar belakang pendidikan ketiga guru pustakawan adalah pendidikan luar biasa. Alasan peneliti menjadikannya sebagai informan karena, keempat guru pustakawan ini termasuk guru


(1)

146

dalam perundang-undangan yang mengatur pendidikan anak down syndrome. Penafsiran sikap yang sedang ini disebabkan karena tidak semua pustakawan mengetahui undang-undang yang mengatur pendidikan anak down syndrome.

3. Sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome dengan kecendrungan berprilaku

Dari hasil wawancara sikap pustakawan berdasarkan komponen kecendrungan berprilaku di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta ini sudah sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara. Peneliti menguatkan hasil wawancara tersebut dengan melakukan penyebaran kuesioner. Pada kuesioner tersebut Penafsiran untuk sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome dengan kecendrungan berprilaku penulis mengajukan sepuluh aspek yang dijadikan sebagai penafsiran pengukuran, hasil untuk sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome dengan kecendrungan berprilaku dengan skor 4,52 (sangat baik sekali). Tetapi dari sepuluh aspek yang dinilai tersebut terdapat satu aspek yang mengatakan buruk dengan skor 2,6 yaitu pustakawan sering ikut pelatihan dalam bidang perpustakaan. Hal ini berarti pustakawan harus lebih sering lagi mengikuti pelatihan dalam bidang perpustakaan. Agar pelayanan yang diberikan kepada pemustaka lebih maksimal.


(2)

147

4. Hasil skor rata-rata keseluruhan dari tiga variabel diatas yaitu 4,42 (sangat baik sekali). Dengan demikian sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah sangat baik sekali. Dengan kondisi tersebut diharapkan pustakawan dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan lagi sikap nya terhadap pemustaka down syndrome.

B. Saran

Berikut ini ada beberapa saran yang dapat disampaikan oleh penulis, diantaranya:

1. Pustakawan harus meningkatkan lagi pengetahuan terhadap kebutuhan informasi pemustaka anak down syndrome. Karena hal inilah yang sangat penting. Jika pustakawan tidak mengetahui kebutuhan informasi pemustaka down syndrme maka cara bersikap terhadap pemustaka down syndrome tidak akan maksimal. Pustakawan harus benar-benar memahami dan mengetahui kebutuhan informasi pemustaka down syndrome ini karena jika pustakawan tidak mengetahuinya dapat mengakibatkan pemustaka mengamuk dan memporak-porandakan perpustakaan. Dan pustakawan lakukanlah pendekatan dari hati ke hati terhadap pemustaka down syndrome agar mereka merasa di sayang dan dimengerti.


(3)

148

2. Pustakawan seharusnya menambah wawasan dalam perundang-undangan yang mengatur pendidikan anak down syndrome. Karena pekerjaan pustakawan di SLBN ini tidak semudah yang difikirkan. Dan pendirian Perpustakaan SLBN 02 ini juga sudah diatur oleh undang-undang. Tugas sebagai pustakawan di SLBN 02 Jakarta ini adalah tugas mulia yang diembankan kepada orang yang luar biasa. Dengan mengetahui undang-undangnya maka pustakawan akan semakin semangat dan bangga dalam melakukan pekerjaannya.

3. Pustakawan seharusnya sering mengikuti pelatihan. Karena dengan mengikuti pelatihan maka akan memberikan skill dan kemampuan yang lebih dalam bersikap kepada pemustaka down syndrome. Pelatihan ini berguna untuk menambah wawasan pustakawan karena di pelatihan ini lah didapatkannya ilmu yang tidak bisa didapat dimanapun. Akan terlihat jelas kemampuan pustakawan yang sering melakukan pelatihan dengan yang tidak. Karena yang sering ikut pelatihan akan dengan mudah untuk melakukan pekerjaannya.


(4)

149

DAFTAR PUSTAKA

Aa Kokasih. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Layanan Prima di Perpustakaan.” Artikel Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri Malang Dokumen Fisik DUPAK 2009 diakses pada 18 Maret dari http://library.um.ac.id/images/stories/../faktor2x%20layanan%20prima.pdf Awangga Suryaputra N. Desain Proposal Penelitian: Panduan Tepat dan

Lengkap Membuat Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2007.

Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset,2002. Dhofirul Fadhil Dzil Ikrom Al Hazmi, Ketut Tirtayasa, Muhammad Irfan.

“Kombinasi Neuro Developmental Treatmen dan Sensory Integration Lebih Baik Daripada Hanya Neuro Developmental Treatment Untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down Syndrome”, Sport and Fitness Journal,

Hana Maryatussalamah. “Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka Down syndrome di Perpustakaan SLB C Yayasan Karya Bakti Garut”. Skripsi S1 Jurusan Sekolah Anak Luar Biasa, UPI Bandung, 2013.

Hari Santoso. “Sikap Pustakawan Terhadap Pemustaka di Perpustakaan”. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa Malang, vol.1, No.1 (Juni 2005) h. 50-57

Husaini Usman. Metodologi penelitian sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2000

Ignasius Tri Sunarna. “Persepsi Masyarakat Terhadap Perpustakaan Sekolah Luar Biasa 01 di Yogyakarta”. Skripsi S1 Jurusan Anak Luar Biasa, Universitas Diponegoro, 2014

Irwan Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN Press, 1999.

Kartini Kartono. Psikologi social untuk Managemen. Jakarta: Rajawali, 1991. Kemendikbud. Rancangan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik

Indonesia tentang Standar Nasional Program Pendidikan Luar biasa Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2013.

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002


(5)

150

Mar’at. Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia,1984.

Merdaina Eri. “Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar di SLBN A Bandung”. Skripsi SI Program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa, UPI Bandung, 2013.

Moleong, Lexy J. “Metode Penelitian Kualitatif”. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Muhibin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos, 1999.

NATIONAL DOWN SYNDROME SOCIETY. “NDSS About Down Syndrome”. Diaksese dari www. n d s s . o r g

Reeves Roger H, Dkk. “A Mouse Model For Down Syndrome Exhibits Learning and Behaviour Deficits”. Artikel diakses pada 17 Maret 2016 dari nature Publishing Group http://www.nature.com/naturegenetics

Republik Indonesia, Undang-Undang RI No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007.

Rofiah Kusniati. “Kajian Informasi dan Perpustakaan”. Jurnal Pustakaloka,vol. 1, no.1. STAIN Ponorogo, (Januari 2009) h. 50-51

Saifuddin Azwar. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty,1988.

Sarwono Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Shaleh A.R. Ibnu Ahmad. Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Hidakarya Agung, 1999.

Sjarif Hidajat, Herry Garna, Ponpon S Idjradinata, Achmad Surjono. “Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21.” Jurnal Sari Pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 97 – 104

Soedibyo Noerhayati. Pengelolaan Perpustakaan Jilid 1. Bandung: Penerbit Alumni, 1987.

Soelaiman Joesoef. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

STKIP YPM Bangko, Skala Pengukuran STKIP YPM Bangko, (STKIP YPM Bangko: Bangko)


(6)

151

Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan Sekolah: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004.

Sutarno. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003. Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos, 1999

Tri Rusliyadi. “Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Jurnal Nasional of University Negeri Islam Sunan Kalijaga, vol 1, no. 1. Jogyakarta (Januari 2015) h.2-3

Trimo Soejono. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Remaja Karya, 1985.

Uhar Suharsaputra. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama, 2014

Uno B. Hamzah. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.

Volume 2, No. 1 : 56 – 71, Maret 2014

Wibowo Istiqomah. Psikologi Sosial. (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1991),h.20

Wiranto. “Perancangan Animasi untuk Meningkatkan Skills pada Anak Down Syndrome”. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Anak Luar Biasa Jakarta, vol.1, No.1 (Februari 2015) h. 34-35