Masalah Pengembangan Sumber Daya Manusia

proses perubahan dari masyarakat statis atau tradisional, memerlukan sejumlah besar sumber daya manusia.

2.2.2 Masalah Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia akhir-akhir ini menjadi perhatian para pakar ilmu ekonomi. Banyak Negara industri maupun Negara industri baru memusatkan perhatiannya pada investasi sumber daya manusia. Seperti pernah dituturkan oleh Harry Oshima bahwa Negara-negara asia timur berkembang lebih cepat dibandingkan dengan Negara-negara asia tenggara kecuali Singapura disebabkan oleh perbedaan tingkat kualitas manusianya. Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu ekonomi mengalami perubahan orientasi, karena memperlihatkan objek bahasan baru tentang pentingnya pembentukan sumber daya manusia dalam proses pembangunan. Faktor manusia yang sulit dikuantifikasi kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi dan banyak diabaikan oleh kelompok ekonom klasik maupun struktulis, ternyata memainkan peranan kunci. Theodore Schultz, pakar ilmu ekonomi pemenang nobel, memulai kajian tentang sumber daya manusia ini sejak tahun 1960-an, yang menekankan pentingnya pembentukan sumber daya manusia dalam pembangunan. Kekurangan mendasar dalam sumber daya manusia inilah yang biasa dijumpai di Negara-negara tengah berkembang pada umumnya. Biasanya Negara- negara tengah berkembang mengalami dua masalah pokok dalam pembangunan ekonomi. Pertama, kekurangan tenaga-tenaga ahli di sektor modernnya dan kedua, kelebihan tenaga kerja di sektor tradisional maupun sektor modernnya. Universitas Sumatera Utara Seperti dikemukakan oleh Harbison, kekurangan tenaga kerja berkeahlian biasanya mudah dideteksi dalam beberapa kategori, antara lain sebagai berikut: • Di kebanyakan Negara sedang berkembang kekurangan tenaga ahli biasanya terlihat pada bidang-bidang yang sangat diperlukan seperti ilmuwan, insinyur, dokter dan beberapa ahli lainnya. • Biasanya juga terlihat adanya kekurangan teknisi dan tenaga lapangan. Ini biasanya lebih kritis, karena pemuda di Negara berkembang tidak terbiasa kerja keras di lapangan. • Kekurangan tenaga profesional di bidang manajemen dan administrasi baik di sektor swasta maupun sektor pemerintah. Ketiga masalah inilah yang dinilai menjadi bagian paling kritis dalam proses pembangunan di Negara-negara dunia ketiga. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengembangkan proses akumulasi sumber daya manusia, dalam arti menambah jumlah dan kualitas orang-orang yang ahli, berketerampilan, berpendidikan, berpengalaman pada bidang-bidang yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan ekonomi. Ini sulit dilakukan dan tampaknya tidak relevan untuk memacu perkembangan secepat itu mengingat keadaan sumber daya manusia negara- negara sedang berkembang masih terbelakang. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun pertumbuhan kualitas sumber daya manusia baik dari segi keterampilan skill maupun budaya kerjanya culture of work. Yang pertama bisa dibangun dengan mengembangkan training yang efektif, sedangkan yang Universitas Sumatera Utara kedua dikembangkan dengan pembangunan pendidikan formal maupun non formal dan pembangunan politik secara umum. Kualitas sumber daya manusia menjadi faktor yang menerangkan mengapa suatu Negara dapat berkembang pesat. Misalnya ketika ilmu pengetahuan berkembang sangat lambat di lingkungan masyarakat, maka kualitas penduduknya akan senantiasa rendah. Harbison berpendapat bahwa agar investasi di bidang pendidikan lebih berdaya guna bagi pertumbuhan yang cepat, kepada pria dan wanita harus diberikan rangsang yang memadai untuk melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan produktif untuk mempercepat proses modernisasi. Status dan gaji yang diberikan kepada para pekerja harus sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Beberapa masalah pengembangan sumber daya manusia di Negara-negara sedang berkembang diantaranya: • Penduduk yang tumbuh dengan pesat • Pengangguran yang meningkat di sektor perekonomian modern dan meluasnya pengangguran pada pertanian tradisional • Langkanya tenaga manusia dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi pembangunan nasional • Organisasi dan lembaga yang tidak memadai untuk memobilisasi usaha manusia • Kurangnya rangsangan bagi masyarakat untuk melibatkan diri pada kegiatan tertentu Universitas Sumatera Utara Salah satu masalah yang paling penting di bidang pengembangan sumber daya manusia adalah dalam bidang pendidikan. Para ahli ekonomi menyarankan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria Tingkat Pengembalian Pendidikan sebagai suatu investasi mempunyai dua komponen yaitu komponen konsumsi masa depan dan komponen penghasilan masa depan. Investasi di bidang keterampilan dan pengetahuan menaikkan penghasilan masa depan, sementara kepuasan yang diperoleh dari pendidikan merupakan komponen konsumsi. Jadi dalam menghitung pengembalian investasi di bidang pendidikan, komponen penghasilan masa depan harus benar-benar diperhatikan. Metode yang dipakai berdasarkan perbandingan antara penghasilan hidup rata-rata orang yang lebih bependidikan dengan orang-orang yang kurang berpendidikan, yang bekerja dengan prrofesi yang sama. 2. Kriteria Sumbangan Pendidikan Pada Pendapatan Nasional Menurut kriteria ini, investasi di bidang pendidikan ditentukan oleh sumbangannya dalam menaikkan pendapatan nasional bruto. Schultz menelaah sumbangan pendidikan pada perumbuhan nasional di Amerika Serikat dari tahun 1900 sampai dengan 1956 adalah 33,5 lebih banyak daripada investasi fisik. 3. Peran Sumber Daya Manusia Faktor manusia diakui sebagai faktor yang dominan mempengaruhi setiap aspek pembangunan. Harry Oshima menilai bahwa Indonesia di satu sisi kurang menguntungkan dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya karena tingkat Universitas Sumatera Utara pendidikan yang relatif rendah. Di Asia timur, seperti Jepang dan Korea selatan, faktor pendidikan memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Di Negara-negara sedang berkembang, sumber daya manusia, khususnya yang berkenaan dengan keterampilan dan pengetahuan sering tidak dipandang sebagai bentuk kekayaan. Padahal menurut Schumacher, sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam pembangunan. Karena betapa pentingnya sumber daya manusia dan peningkatan kualitassnya, Schultz mempelopori agar sumber daya manusia dijadikan salah satu bentuk modal dalam ilmu ekonomi. 1. Pendidikan  Profil Pendidikan Pendidikan adalah berkenaan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian dan keterampilan dari manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan. Karena kontribusinya yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi, maka pendidikan dikatakan sebagai modal manusia. Pada dasarnya terdapat tiga jenis pendidikan yatu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. 1. pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, Dan pendidikan formal ini dapat dikembangkan secara berkelanjutan baik di dalam maupun di luar sekolah. 2. pendidikan nonformal dapat dipandang sebagai program pendidikan yang terorganisasi yang berlangsung di luar sekolah. Biasanya program pendidikan nonformal ini waktunya lebih pendek, difokuskan pada program pendidikan yang lebih sempit, dan lebih terkait dengan Universitas Sumatera Utara pengetahuan aplikasi daripada yang terdapat pada program pendidikan formal. 3. pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung di luar kerangka lembaga pendidikan formal maupun di luar program pendidikan yang terorganisasi. Dalam hal ini orang-orang mempelajari berbagai hal yang penting di rumah, di tempat kerja dan di lingkungan masyarakat. Mekanisme kelembagaan utama dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan adalah sistem pendidikan formal. Perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dipandang merupakan kunci utama dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Semakin meningkat pendidikan semakin cepat terjadinya proses pembangunan untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi. Namun demikian, perluasan dan kesempatan sistem pendidikan formal perlu diprogramkan dan dilaksanakan secara terarah sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Di banyak negara berkembang masalah pokok yang dihadapi di bidang pendidikan adalah: • kekurangan tenaga kerja professional, seperti insinyur, manajer dan dokter • kekurangan tenaga kerja professional di atas terjadi karena berbagai hal, antara lain tidak cukupnya jumlah lembaga yang mendidik tenaga professional itu secara memadai. • Kekurangan tenaga teknis, guru dan perawat. Universitas Sumatera Utara Kekurangan yang kritis akan tenaga teknis, guru, perawat dan sebagainya karena jumlah teknisi yang diperlukan jauh lebih banyak daripada julah tenaga kerja professional dan jumlah tenaga kerja berkualifikasi untuk memasuki lembaga teknis yang lebih menyukai masuk perguruan tinggi. Dan dalam hal ini terdapat permasalahan kurangnya persiapan dan kurangnya fasilitas yang diperlukan. o Ilmu ekonomi tentang pendidikan Pendidikan yang diterima seseorang, disamping banyak dipengaruhi oleh faktor yang melatarbelakangi, sebagian besar dapat dipandang ditentukan oleh permintaan dan penawarannya. Dari sisi permintaan terdapat dua hal penting yang paling berpengaruh terhadap jumlah pendidikan yang diinginkan, yaitu harapan bagi seorang murid yang didik untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik pada masa yang mendatang dan biaya pendidiakn yang harus dikeluarkan oleh murid atau keluarga yang bersangkutan. Dari sisi penawaran, jumlah sekolah pada tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi ditentukan oleh proses atau pertimbangan politis, yang sering kali tidak banyak sangkut pautnya dengan pertimbangan ekonomi. Namun penawaran atau penyediaan sekolah oleh pemerintah ditentukan oleh keterbatasan anggaran pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan, dan pada akhirnya akan dipengaruhi pula oleh permintaan agregat masyarakat terhadap pendidikan. Permintaan akan pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern pada dasarnya ditentukan oleh kombinasi dari variabel-variabel berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Perbedaan tingkat upah 2. Ini terutama berkaitan dengan perbedaan upah atau tingkat penghasilan antara sektor modern dengan sektor tradisional 3. Kemungkinan keberhasilan mendapatkan pekerjaan di sektor modern 4. Biaya-biaya pendidikan individual yang bersifat langsung, misalnya uang sekolah, biaya pembelian buku dan sebagainya. 5. Biaya-biaya pendidikan tidak langsung Di negara-negara berkembang, biaya-biaya sosial dari pendidikan meningkat cepat dengan semakin banyaknya para murid yang ingin mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Yang dimaksud dengan biaya sosial pendidikan disini adalah biaya oportunitas yang harus ditanggung masyarakat seluruhnya sebagai akibat dari keiinginannya untuk meningkatkan besarnya pembiayaan dan perluasan pendidikan yang mahal dengan dana yang mungkin dapat lebih produktif jika seandainya digunakan pada bidang atau sektor ekonomi lainnya. Sedangkan biaya pribadi disini adalah biaya yang ditanggung langsung oleh si anak didik. 2. Kesehatan dan pertumbuhan ekonomi Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi bahwa konsumen mempunyai cukup informasi untuk melakukan pemilihan barang yang akan dikonsumsi secara optimal dalam mencapai utiliti maksimum, namun model tersebut tidak berlaku secara sempurna pada pasar pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi arena karakteristik komoditi kesehatan yaitu ketidaksempurnaan informasi, keterbatasan pengetahuan lack of knowledge, ketidakpastian permintaan, monopoli penawaran, tidak pernah homogen, efek eksternalitan dan asing non- Universitas Sumatera Utara excludeability, bahaya moral dan tergolong barang mutu jasa atau merit goods Tjipto dan Soesetyo,1994. Membicarakan kesehatan tidak hanya mempersoalkan pelayanan kesehatannya saja, melainkan akan berkaitan dengan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pemerintah harus bertindak mengatur pasar komoditi kesehatan guna menghindarkan konsumen menanggung kerugian besar akibat kerugian dalam melakukan pemilihan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan. Tjiptoherijanto 1994 menyatakan bahwa secara umum sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, swasta, lembaga komersil dan pengeluaran langsung oleh rumah tangga. Porsi terbesar dari segi kuantitas pembiayaan kesehatan secara nasional berasal dari pengeluaran langsung oleh rumah tangga. Program-program di bidang kesehatan dan pendidikan lebih berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 3. Ketenagakerjaan Pengertian Ketenagakerjaan Yang dimaksud dengan tenaga kerja dalah penduduk pada usia kerja 15- 64 tahun yang secara potensial dapat bekerja. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Sedangkan yang tergolong bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, ibu rumah tangga dan golongan lain-lain penerima pendapatan. Pengertian penduduk yang bekerja adalah: Universitas Sumatera Utara • Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus • Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintahan atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja, petani-petani yang tidak bekerja karena sedang menunggu panenan dan orang-orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang pangkas dan sebagainya Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok penganggur dalah mereka yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu. • Tingkat partisipasi angkatan kerja Tingkat partisipasi kerja TPK adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. TPK adalah jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama. TPK = Semakin besar TPK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama. Sebaliknya semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja, semakin kecil angkatan kerja, dan akibatnya semakin kesil TPK. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi TPK, antara lain: - Jumlah penduduk yang masih bersekolah - Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga - Umur - Tingkat upah - Tingkat pendidikan o Permintaan dan Penawaran Kerja 1. Permintaan Tenaga Kerja Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja. Kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang seorang pengusaha bersedia untuk mempekerjakannya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu. Gambar 1 Kurva permintaan tenaga kerja U TK D TK Universitas Sumatera Utara Kita dapat mengidentifikasikan determinasi permintaan: - Tingkat upah Tingkat upah merupakan biaya kurva diperhitungkan untuk titik optimal kuantitas TK yang akan digunakan. Makin tinggi tingkat upah, semakin sedikit jumlah tenaga kerja yang diminta cateris paribus, demikian juga sebaliknya. - teknologi kemampuan menghasilkan tergantung teknologi yang dipergunakan. Makin efektif teknologi makin besar artinya bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasikan kemampuannya. - produktifitas produktifitas tergantung modal yang dipakai. Keleluasaan modal yang dipakai akan menaikkan produktifitas tenaga kerja. - Kualitas tenaga kerja Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja merupakan indeks kualitas tenaga kerja. 2. Penawaran Tenaga Kerja Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Jumlah tenaga kerja yang disediakan bagi perekonomian tergantung pada jumlah penduduk, persentase jumlah penduduk yang memilih masuk angkatan kerja, jumlah jam kerja yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara 2.3.Pembentukan Modal 2.3.1 Pengertian dan jenis-jenis pembentukan modal Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Menurut Nurske, “pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan seluruh kegiatannya saat ini sekedar unutk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang-barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya” pembentukan modal ini disebut juga dengan investasi. Dalam ekonomi pembangunan, investasi ini lebih banyak ditinjau dari segi prouktifitasnya. Dalam hubungan ini barang-barang modal dapat diklasifikasikan: 1. Economic directly productive capital, yaitu barang-barang modal yang secara langung dapat menghasilkan produksi, seperti bangunan pabrik, lahan pertanian, mesin-mesin dan lain-lain. 2. Economic overhead capital yaitu barang-barang yang menjadi dasar atau landasan bagi perekonomian yang secara tidak langsung dapat menghasilkan produksi, seperti fasilitas transportasi, pelabuhan, saluran irigasi dan lain-lain. 3. Social overhead capital yaitu barang-barang modal yang menjadi dasar atau sarana penting bagi keperluan masyarakat yang secara tidak langsung bermanfaat dalam usaha meningkatkan produksi, seperti perumahan, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam pembentukan modal atau investasi, yaitu: 1. Expected Return Yaitu hasil yang diharapkan dari suatu pebentukan modal tertentu. Hal ini logis bagi investor yang mengiginkan hasil di masa mendatang dari tindakan penanaman modal. Hasil yang diharapkan dari suatu pembentukan modal sering disebut MEC Marjinal Efficiency of Capital. Jika MEC lebih tinggi dari tingkat bunga i maka kecenderungan menanam modal tinggi. Sebaliknya apabila interest lebih tinggi dari MEC, maka investor tidak akan tertarik untuk menanamkan modalnya. 2. Return and Risk Yaitu tindakan yang tidak terlepas dari hasil perhitungan hasil dan resiko. Dalam pembentukan modal, investor sangat peka terhadap return dan risk. Seandainya investor tahu dan sadar bahwa resiko penanaman modal saat ini jauh lebih besar daripada hasil yang akan diraih, disebabkan tingginya tingkat inflasi yang dapat mengurungkan niat investor untuk menanamkan modalnya. 3. The Time Factor Jangka waktu pembentukan modal merupakan unsur penting bagi seorang investor. Oleh karena itu dalam melakukan pembentukan modal, investor harus mempertimbangkan apakah pembentukan modal tersebut bersifat jangka panjang, menengah atau pendek, dan hasil yang diperoleh apakah lama atau tidak. Menurut Schumpeter, pembentukan modal dibagi dalam dua jenis yaitu: 1. Autonomoust Invesment pembentukan modal otonom Universitas Sumatera Utara Yaitu pembentukan modal yang dilakukan bukan berdasarkan besar kecilnya pendapatan nasional. Walaupun pendapatan nasional rendah, pembentukan modal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat bunga, teknologi, ramalan masa mendatang, keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Malah pembentukan modal ini ditujukan untuk menaikkan pendapatan nasional. 2. Inducement Invesment pembentukan modal terpengaruh Yaitu pembentukan modal yang tergantung pada besar kecilnya pendapatan nasional. Jadi apabila pendapatan nasional Y naik, maka penanaman modal I akan meningkat. Adanya peningkatan pendapatan nasional tentunya akan menaikkan konsumsi masyarakat yang berarti daya beli D masyarakat naik sehinga menjadi dorongan bagi pengusaha untuk melakukan penanaman modal. Fungsi pembentukan modal ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2 Hubungan antara investasi dengan pendapatan nasional Dalam perhitungan pendapatan nasional, pembentukan modal meliputi hal-hal antara lain seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang dan perbelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk I = f Y I Y Universitas Sumatera Utara mendirikan tempat tinggal dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi.

2.3.2 Masalah Pembentukan Modal