Pengaruh Modal Fisik Dan Sumber Daya Manusia Terhadap PDRB Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENGARUH MODAL FISIK DAN SUMBER DAYA MANUSIA
TERHADAP PDRB SUMATERA UTARA
S K R I P S I
Diajukan Oleh : Andre L. Tobing
050501103
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur serta hormat sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan rahmatNya lah penulis mampu menyelesaikan proses pengerjaan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul dari skripsi ini adalah: “Pengaruh Modal Fisik dan
Sumber Daya Manusia Terhadap PDRB Sumatera Utara”
Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Antonius L. Tobing dan Ibunda Rebekka br. Rajagukguk serta adinda Kenny L. Tobing. Terimka kasih unutk segala bimbingan, perhatian serta dukungan dan kasih sayang yang kalian berikan selama ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik dalam dukungan doa, moril maupun materil terutama kepada:
1. Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rujiman, MA dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku dosen pembanding yang telah banyak memberi masukan hingga selesainya skripsi ini.
(3)
5. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mengajar dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Kepada rekan-rekan seperjuangan di dalam mengarungi masa perkuliahan terutama kepada sahabat-sahabat penulis “EPO5” terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini, biarlah kesuksesan menjadi bagian dari kita semua.
7. Teristimewa kepada sahabat hatiku “Susanna Evi Sairettha Hutagalung” terima kasih untuk segala dukungan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis terutama dalam melalui masa-masa sulit selama pengerjaan skripsi ini. 8. Untuk abang dan sahabat penulis (B.Viktor, B.Sepin, B.Evan, Eko, Luhut,
Sonder, Benny, Marnov dan Jhon) terima kasih untuk dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
9. Kepada teman-teman di Berdikari 40 dan Harmonika 48, tempat dimana kepribadian penulis banyak dibentuk, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritikan dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang memerlukan
Medan, Juni 2009 Penulis
(4)
ABSTRACT
The main aim of this research is to know the pesific impact of independen variables as previous year physic capital accumulation (X1(t-1)), investment as previous year government expenditure in healthnes and educational sector (X2(t-1)), and productive labour (X3) to dependent Variable as Gross Domestic Regional Product (GDRP) of North Sumatera. And to know the contribution of each independent variables to dependent variable GDRP (Y) and to know which variable is dominantly influencing the growth of North Sumatera GDRP.
For the purpose of the analysis, this research use data of time series during 1984-2007. Method of Ordinary Least Squared used to estimate model in this research.
The result of this research indicate that independent variables X1(t-1), X 2(t-1) and X3 have an positive affect to dependent variable (Y). Pursuant to this, Hypothesizing expressing independent variables have an positive effect to dependent variable can be accepted.
Key words: GDRP (Y), Previous Physic Capital Accumulation (X1(t-1)),
Previous Government Expenditure (X2(t-1)) and Productive
Labour (X3)
(5)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh akumulasi modal fisik tahun sebelumnya (X1(t-1)), investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan tahun sebelumnya (X2(t-1)) dan angkatan kerja produktif (X3) terhadap PDRB Sumatera Utara (Y), serta untuk mengetahui kontribusi maing-masing variabel tersebut terhadap PDRB Sumatera Utara dan untuk mengetahui variabel manakah dalam penelitian ini yang paling dominan mempengaruhi peningkatan PDRB Sumatera Utara.
Untuk mencapai tujuan analisis, penelititian ini menggunakan data time series dengan rentang waktu selama 1984-2007. Metode yang digunakan unutk mengestimasi model dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil biasa
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu X1(t-1), X2(t-1) dan X3 mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu Y. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-variabel independen mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen dapat diterima.
Kata kunci: PDRB (Y), akumulasi modal fisik tahun sebelumnya (X1(t-1)),
investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan tahu sebelumnya (X2(t-1)) dan angkatan kerja
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 perumusan masalah 6
1.3 hipotesis 6
1.4 tujuan penelitian 7
1.5 manfaat penelitian 8
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 perumbuhan ekonomi 9
2.1.1 pengertian pertumbuhan ekonomi 9 2.1.2 teori-teori pertumbuhan ekonomi 10 2.1.3 perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi 13 2.1.4 faktor-faktor pertumbuhan ekonomi 16 2.1.5 Produk Domestik Regional Bruto 20
2.2 Sumber Daya Manusia 22
2.2.1 pengertian Sumber Daya Manusia 23 2.2.2 masalah pengembangan Sumber Daya Manusia 23
2.3 Pembentukan Modal 37
2.3.1 pengertian dan jenis pembentukan modal 37
2.3.2 masalah pembentukan modal 40
2.3.3 teori pembentukan modal 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian 46
3.2 Jenis dan Sumber Data 46
(7)
3.4 model analisis data 47
3.5 test of goodnes of fit 48
3.5.1 koefisien determinasi (R2) 48
3.5.2 Overall test (uji F) 49
3.5.3 parsial test (uji t) 49
3.6 uji asumsi klasik 50
3.6.1 multikolinearitas 50
3.6.2 autokorelasi 51
3.7 defenisi operasional 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 deskriptif daerah penelitian 53
4.1.1 gambaran umum propinsi Sumatera Utara 53 4.1.2 perkembangan ekonomi Sumatera Utara 56 4.1.3 perkembangan angkatan kerja Sumatera Utara 62 4.1.4 perkembangan pembentukan modal Sumatera utara 66 4.2 Hasil peneliian dan Interpretasi data 67
4.2.1 hasil penelitian 67
4.2.2 Interpretasi data 68
4.3 test of goodnes of fit 69
4.3.1 analisis koefisien determinasi (R2) 69
4.3.2 uji F-statistik 70
4.3.3 uji t-statistik 71
4.4 uji asumsi klasik 74
4.4.1 multikolinearitas 74
4.4.2 autokorelasi 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan 77
5.2 saran 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Struktur perekonomian Sumatera Utara 2003-2007 (%)
Tabel 4.2 Realisasi penerimaan dan pengeluaran pemerintah propinsi Sumatera Utara 2001-2007 (milyar rupiah)
Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2005-2007 (milyar rupiah) Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga
konstan menurut lapangan usaha tahun 2005-2007 (milyar rupiah) Tabel 4.5 Banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan
2005-2007 (jiwa)
Tabel 4.6 Jumlah angkatan kerja berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2007 (jiwa) Tabel 4.7 persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekeja menurut
lapagan usaha dan jenis kelamin 2007 (jiwa)
Tabel 4.8 Banyaknya proyek dan investasi proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui menurut rebcana dan target (1999-2007)
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva permintaan tenaga kerja
Gambar 2.2 Hubungan antara investasi dengan pendapatan nasional Gambar 2.3 Kurva permintaan investasi
Gambar 4.1 Uji F-statistik 70
Gambar 4.2 Uji t-statistik pada variabel X1 (akumulasi modal fisik) Gambar 4.3 Uji t-statistik pada variabel X2 (pengeluran pemerintah) Gambar 4.4 Uji t-statistik pada variabel X3 (angkatan kerja)
(10)
ABSTRACT
The main aim of this research is to know the pesific impact of independen variables as previous year physic capital accumulation (X1(t-1)), investment as previous year government expenditure in healthnes and educational sector (X2(t-1)), and productive labour (X3) to dependent Variable as Gross Domestic Regional Product (GDRP) of North Sumatera. And to know the contribution of each independent variables to dependent variable GDRP (Y) and to know which variable is dominantly influencing the growth of North Sumatera GDRP.
For the purpose of the analysis, this research use data of time series during 1984-2007. Method of Ordinary Least Squared used to estimate model in this research.
The result of this research indicate that independent variables X1(t-1), X 2(t-1) and X3 have an positive affect to dependent variable (Y). Pursuant to this, Hypothesizing expressing independent variables have an positive effect to dependent variable can be accepted.
Key words: GDRP (Y), Previous Physic Capital Accumulation (X1(t-1)),
Previous Government Expenditure (X2(t-1)) and Productive
Labour (X3)
(11)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh akumulasi modal fisik tahun sebelumnya (X1(t-1)), investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan tahun sebelumnya (X2(t-1)) dan angkatan kerja produktif (X3) terhadap PDRB Sumatera Utara (Y), serta untuk mengetahui kontribusi maing-masing variabel tersebut terhadap PDRB Sumatera Utara dan untuk mengetahui variabel manakah dalam penelitian ini yang paling dominan mempengaruhi peningkatan PDRB Sumatera Utara.
Untuk mencapai tujuan analisis, penelititian ini menggunakan data time series dengan rentang waktu selama 1984-2007. Metode yang digunakan unutk mengestimasi model dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil biasa
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu X1(t-1), X2(t-1) dan X3 mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu Y. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-variabel independen mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen dapat diterima.
Kata kunci: PDRB (Y), akumulasi modal fisik tahun sebelumnya (X1(t-1)),
investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan tahu sebelumnya (X2(t-1)) dan angkatan kerja
(12)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan (distribution of income) dan stabilitas. Indikator pembangunan ekonomi penting diketahui dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi suatu daerah karena akan dapat memberikan gambaran secara makro atas kebijaksanaan yang dilaksanakan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi.
Menurut Todaro bahwa pembangunan haruslah diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan. Salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat pertumbuhan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat daerah setiap tahunnya. PDRB Sumatera Utara sendiri mengalami kenaikan setiap tahunnya walaupun persentase kenaikannya berfluktuasi, namun peningkatan PDRB ini menandakan bahwa pertumbuhan tetap terjadi di Sumatera Utara.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan penghasilan masyarakat dalam suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output. Agar pertumbuhan
(13)
ekonomi terus meningkat dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang, maka perlu diketahui hal-hal apa saja yang mempengaruhinya.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi, dan lain sebagainya serta faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, kondisi politik dan nilai-nilai moral suatu bangsa yang mendukung berlangsungnya proses pertumbuhan ekonomi. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut pembentukan modal (investasi).
Menurut Prof.Nurske, makna pembentukan modal atau investasi adalah masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk penyediaan mesin, pabrik, fasilitas pengangkutan dan peralatan fisik lainnya. Dalam hal ini disebut juga pembentukan modal fisik. Pembentukan modal mempunyai arti penting bagi negara sedang berkembang, dimana proses pembentukan modal menghasilkan output nasional.
Dalam proses pertumbuhan ekonomi semakin disadari bahwa tidak hanya modal fisik yang dibutuhkan, tetapi perlu adanya modal manusia. Kotler (1997) menyatakan bahwa perekonomian suatu bangsa dipengaruhi oleh anugerah ekonomis yang dimiliki oleh suatu bangsa yang mencakup sumber daya alam, jumlah penduduk, human capital, modal fisik, tekhnologi dan infrastruktur. Kekurangan-kekurangannya dapat dipenuhi dengan impor yang dapat dibayar
(14)
dengan ekspor produk-produk lain atau dengan pinjaman luar negeri. Kualitas sumber daya manusia terutama untuk mengantisipasi kehidupan global yang sarat dengan persaingan. Mengingat faktor sumber daya manusia ini sangat dominan dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa, maka tidak mengherankan jika sumber daya manusia menjadi isu utama dalam perencanaan pembangunan.
Beberapa alasan pembangunan sumber daya manusia menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional diantaranya:
1. Semakin dirasakan perlunya berorientasi pada nilai tambah dan menghasilkan produksi nasional yang lebih kompetitif dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Perkembangan pembangunan yang semakin cepat dan kompleks serta perkembangan globalisasi berupa keterbukaan hubungan antar negara baik di bidang ekonomi, industrialisasi, perdagangan serta kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
3. Proses pembangunan ekonomi sekarang ini sedang mengalami masa transisi dari ekonomi yang dipengaruhi oleh budaya agraris kepada ekonomi yang dipengaruhi budaya industri dalam waktu yang relatif singkat
Pembangunan sumber daya manusia ini dapat dilakukan melalui investasi yang diarahkan kepada manusia itu sendiri, seperti pengeluaran yang dilakukan
(15)
untuk proses pendidikan maupun pengeluaran untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat itu sendiri. Pemerintah Indonesia sendiri telah mengalokasikan dana untuk pembangunan manusia yang tertuang dalam APBN untuk skala nasional dan di dalam APBD untuk skala daerah tingkat I dan II dimana pengeluaran ini digolongkan kepada pengeluaran pembangunan yang membiayai sektor pendidikan dan kesehatan. Di dalam APBN maupun APBD, selain di bidang pendidikan dan kesehatan, pengeluaran pembangunan ini meliputi beberapa bidang lain diantaranya: bidang hukum, bidang ekonomi, bidang pembangunan daerah, bidang agama, bidang politik dan beberapa bidang lainnya. Namun yang dianggap mempunyai dampak secara langsung terhadap masyarakat ataupun individu-individu adalah pengeluaran di bidang pendidikan dan kesehatan, karena pengeluaran di bidang ini dapat mendorong dan meningkatkan kualitas dari masyarakat itu sendiri.
Anggaran pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia yang ada. Salah satu indikator yang sering dijadikan sebagai tolak ukur kualitas manusia adalah tingkat pendidikannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka kualitas dan skillnya dianggap semakin tinggi pula. Dampak alokasi anggaran pembangunan di bidang pendidikan dapat diamati melalui pertambahan angkatan kerja dengan kualifikasi yang juga meningkat. Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja dengan tingkat pendidikan sekolah menengah maupun dengan tingkat pendidikan diploma dan sarjana, menunjukkan bahwa sektor pendidikan di Sumatera Utara mengalami
(16)
peningkatan. Kondisi Di Sumatera Utara sendiri memiliki lebih banyak angkatan kerja dengan kualifikasi pendidikan menengah dibandingkan dengan angkatan kerja dengan kualifikasi tinggi, hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat terhadap pendidikan masih sangat rendah. Ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi ini diantaranya yang paling utama adalah masalah biaya pendidikan untuk memperoleh pendidikan di level yang lebih tinggi lagi. Pemerintah diharapkan mampu mengambil langkah-langkah yang tepat agar lebih banyak masyarakat yang mampu memiliki kualifikasi pendidikan dengan tingkat yang tinggi. Angkatan kerja dengan kualifikasi pendidikan yang tinggi dianggap mampu memberikan sumbangan yang lebih besar pula terhadap pembangunan ekonomi.
Memperhatikan perkembangan yang terjadi selama ini maka upaya mempersiapan penduduk sebagai sumber daya yang memiliki kemampuan dan bijaksana dalam mengelola sumber daya yang ada serta mampu menghadapi tantangan, merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu strategi dasar dalam pembangunan sumber daya manusia adalah bagaimana mengubah penduduk yang pada mulanya dianggap sebagai beban unutk kemudian menjadi pelaku pembangunan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh modal fisik dan
sumber daya manusia terhadap PDRB Sumatera Utara” 1.2. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
(17)
1. Bagaimanakah pengaruh investasi yaitu pengeluaran pemerintah khususnya anggaran pembangunan di sektor pendidikan dan kesehatan tahun sebelumnya terhadap peningkatan PDRB Sumatera Utara?
2. Bagaimanakah pengaruh akumulasi modal fisik tahun sebelumnya terhadap peningkatan PDRB Sumatera Utara?
3. Bagaimanakah pengaruh jumlah angkatan kerja produktif berpendidikan menengah dan tinggi terhadap peningkatan PDRB Sumatera Utara?
1.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek peneliti dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Investasi yaitu pengeluran pemerintah khususnya anggaran pembangunan di sektor pendidikan dan kesehatan tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap peningkatan PDRB Sumatera Utara, Cateris Paribus ( >0). 2. Akumulasi modal fisik tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
peningkatan PDRB Sumatera Utara, Cateris Paribus ( >0).
3. Angkatan kerja produktif dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi berpengaruh positif terhadap peningkatan PDRB Sumatera Utara, Cateris Paribus ( >0).
(18)
1.4 .Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh akumulasi modal fisik tahun sebelumnya, investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan tahun sebelumnya dan angkatan kerja produktif dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi terhadap PDRB Sumatera Utara, serta untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel tersebut terhadap PDRB Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui variabel manakah dalam penelitian ini yang paling dominan mempengaruhi peningkatan PDRB Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang pengaruh investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan dan akumulasi modal fisik terhadap peningkatan PDRB atau pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan acuan terutama yang berminat untuk melengkapi kajian mengenai pengaruh modal fisik dan investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan dengan ruang lingkup yang lebih luas.
3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.
(19)
BAB II
URAIAN TEORITIS 2.1Pertumbuhan ekonomi
2.1.1 Pengertian pertumbuhan ekonomi
Secara umum pengertian pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai suatu peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang atau jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktifitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output maka prosoes ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, maka diharapkan pendapatan masyarakat selaku pemilik faktor produksi juga akan mengalami peningkatan.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadapa penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada pendapatan riil masyarakat tahun sebelumnya.
Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri akan dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian tekhnologi,
(20)
institutional (kelembagaan) dan ideologis terhadap barbagai tuntutan keadaan yang ada.
Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu negara yang bersangkutan.
Perkembangan tekhnologi merupakan dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi tidak cukup itu saja, masih dibutuhkan faktor-faktor lain. Guna mewujudkan potensi yang terkandung di dalam tekhnologi, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi. ( Michael P Todaro,2000:144).
2.1.2 Teori-teori pertumbuhan ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus dan John Stuart Mill. Menurut teori ini perumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tekhnologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta tekhnologi tidak mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut teori ini pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus
(21)
bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing returns) akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marjinal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marjinal. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai kondisi yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal, maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keyness jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan oleh teori Keyness adalah aspek yang menyangkut peranan investasi (I) dalam jangka panjang. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi (l) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, l menambah stok kapital. Jadi l = ΔK, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat.
3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Robert Solow dan Trevor Swan mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sering disebut model pertumbuhan neo-klasik. Model Solow-Swan memusatkan perhatiannya kepada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi
(22)
kapital, kemajuan tekhnologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Ada 4 anggapan yang melandasi model neo-klasik :
• Tenaga kerja (L), tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p per tahun
• Adanya fungsi produksi Q= F (K,L) yang berlaku bagi setiap periode.
• Adanya kecenderungan menabung oleh masyarakat.
• Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I = ΔK 4. Teori Pertumbuhan Schumpeter
Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang ia beri nama inovasi dan pelakunya adalah para inovator. Menurut Schumpeter, yang lebih menarik dan lebih penting adalah kenaikan output yang bersumber dari perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oeh para wiraswasta.
Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yang pertama adalah diperkenalkannya teknologi baru, yang kedua, inovasi menimbulkan keuntungan lebih yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi kapital. Yang ketiga, inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi.
Menurut Schumpeter ada lima (5) macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi, yaitu:
• Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada.
• Diperkenalkannya cara berproduksi baru.
(23)
• Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.
• Perubahan organisasi industri sehingga meningkatkan efisiensi industri.
2.1.3 Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi
Dalam perhitungan pendapatan nasional dikenal ada tiga pendekatan yaitu pendekatan pengeluaran (expenditure approach), pendekatan pendapatan (income aproach), dan pendekatan produksi (production approach).
1. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah suatu pendekatan dimana produk nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan akhir atas output yang dihasilkan dalam perekonomian. Dengan kata lain, produk nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), pengeluaran sektor bisnis untuk barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan pengeluaran sektor luar negeri untuk ekspor dan impor (X-M). secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = C + G + I + (X-M)
2. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan adalah suatu pendekatan dimana pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor produksi yang menyumbang terhadap faktor produksi. Dalam hal ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan sebagai berikut:
(24)
• Kompensasi untuk pekerja, yang terdiri dari upah dan gaji dan merupakan komponen terbesar dari pendapatan nasional.
• Keuntungan perusahaan, yang merupakan kompensasi kepada pemilik perusahaan, dimana sebagian dipergunakan untuk membayar pajak keuntungan perusahaan, sebagian lagi dibagikan kepada pemegang saham dan sebagian lagi ditabung oleh perusahaan.
• Pendapatan usaha perorangan, yang merupakan kompensasi untuk penggunaan tenaga kerja.
• Pendapatan sewa, yang merupakan kompensasi untuk para pemilik tanah.
• Bunga netto, terdiri atas bunga yang dibayar oleh perusahaan dikurangi bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga netto yang diterima dari luar negeri.
Secara matematis, pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
NI = Yw + Yr + Yi + Yπr + Yπd
Dimana Yw menunjukkan pendapatan dari upah, gaji, dan pendapatan lainnya sebelum dikenakan pajak, Yr adalah pendapatan bersih dari sewa, Yi adalah pendapatan dari bunga. Yπr , Yπd adalah pendapatan dari keuntungan perusahaan dan pendapatan lain sebelum pengenaan pajak.
3. Pendekatan Produksi
Dengan pendekatan produksi pendapatan nasional diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor di dalam perekonomian. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
(25)
Y=
Dimana:
Y = pendapatan nasional
P = harga barang dari unit ke-1 hingga unit ke-n Q = jumlah barang dari jenis ke-1 sampai jenis ke-n
Dengan perkataan lain, pendapatan nasional diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh berbagai sektor perekonomian. Dalam hal ini pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari nilai tambah di sektor pertanian, ditambah nilai tambah di sektor pertambangan dan seterusnya sektor-sektor perekonomian.
Y =
Dimana VA adalah nilai tambah (value added) sektor-sektor perekonomian (mulai dari sektor ke-1 sampai dengan sektor ke-n).
2.1.4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi pada dasarnya ditentukan dan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan nonekonomi.
• Faktor Ekonomi
a. Sumber Daya Alam (SDA)
Yang dimaksud dengan sumber daya alam meliputi luas dan kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, sumber mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya. Bagi pertumbuhan ekonomi, ketersediaan sumber daya alam yang melimpah adalah sangat baik dalam menunjang pembangunan. Namun di negara-negara berkembang sering kali ketersediaan sumber daya alam
(26)
tersebut kurang dimanfaatkan sebaik-baiknya, dalam arti pemanfaatannya tidak terarah secara tepat. Jika SDA yang tersedia itu tidak digunakan secara tepat, maka tidaklah mungkin negara yang bersangkutan akan mengalami kemajuan ekonomi sebagaimana yang diharapkan.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia saja, tetapi lebih menekankan kepada efisiensi mereka. Untuk mendorong agar sumber daya manusia dapat bekerrja secara efisien dan maksimal, maka diperlukan pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara / wilayah yang bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya. Sehingga pada kondisi dimana penduduk dapat berproduktifitas secara efisien, akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
c. Akumulasi Modal
Permodalan merupakan persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat dihasilkan atau direproduksi. Jika stok modal tersebut meningkat dalam jangka waktu tertentu dikatakan terjadinya pembentukan modal. Akumulasi modal inilah yang serba kekurangan di negara-negara berkembang, sedangkan modal ini memegang peranan penting dalam menunjang perumbuhan ekonomi.
d. Tenaga Manajerial dan Organisasi Produksi
Organisasi produksi merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam
(27)
berbagai kegiatan perekonomian. Organisasi produksi ini dilaksanakan dan diatur oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya sehari-hari. Dan dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, para wiraswasta (enterpreneur) tampil sebagai tenaga organisator dalam menggerakkan berbagai sumber produksi dalam proses produksi dengan memperkenalkan penemuan baru yang dikenal sebagai inovasi.
e. Faktor dan Pemanfaatan Teknologi
Kemajuan teknologi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dan perubahan atau kemajuan teknologi tersebut dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja, modal dan faktor produksi lainnya.
f. Pembagian Kerja dan Perluasan Skala Produksi
Pembagian kerja dan spesialisasi dalam proses produksi akan menimbulkan peningkatan produktifitas. Kedua hal ini akan membawa perubahan ke arah usaha produksi skala besar, yang selanjutnya akan dapat membantu perkembangan dan kemajuan produksi serta pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat.
• Faktor Nonekonomi
a. Faktor Politik dan Administrasi Pemerintahan
Struktur dan situasi politik serta admiistrasi pemerintahan yang lemah merupakan faktor penghambat yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Politik yang tidak stabil serta pemerintahan yang lemah dan korup sangat menghambat kemajuan ekonomi.
(28)
Aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat meliputi antara lain sikap, tingkah laku, pandangan masyarakat, motivasi kerja, kelembagaan masyarakat dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan itu. Sebagai ilustrasi, misalnya pendidikan dan kebudayaan barat membawa pemikiran dan pandangan ke arah penalaran, sikap dan skeptisme, dan semangat untuk menghasilkan penemuan baru, yang kesemuanya dapat menunujang pertumbuhan ekonomi.
c. Susunan dan Tertib Hukum
Susunan dan tertib hukum serta pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang keliru sering kali menghambat kemajuan ekonomi, sehingga tidak mendukung terlaksananya pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan itu maka hukum harus dilaksanakan secara tertib dan konsekuen, yang ditujukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
2.1.5 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinjau dari segi pendapatan merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.
Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku (at current price) merupakan jumlah seuruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam periode tertentu, biasanya dalam satu tahun yang dinilai
(29)
dengan harga tahun yang bersangkutan. Pada perhitungan atas dasar harga berlaku masih terdapat faktor inflasi di dalamnya.
Perhitungan atas harga konstan (at constant price) menggambarkan perubahan volume / kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Pada perhitungan atas dasar harga konstan ini, faktor inflasi telah dihilangkan. Cara perhitungan PDRB menurut harga konstan dapat dilakukan dengan rumus berikut ini:
PDBHKx = . PDBHBx
Keterangan:
HKx = Harga konstan HBx = Harga berlaku
IHKx = Indeks Harga Konsumen 100 = IHK tahun dasar
X = tahun tertentu
Ada beberapa cara yang lazim digunakan dalam perhitungan pendapatan suatu daerah, yakni:
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar
Diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh perekonomian suatu daerah. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan, penyusutan serta pajak tidak langsung.
(30)
b. Produk Domestik Regional Netto atas Dasar Harga Pasar
Perbedaan antara konsep “bruto” dan konsep “netto” adalah karena pada konsep bruto, faktor penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep netto, faktor penyusutan telah dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut barang-barang modal yang terjadi selama ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh faktor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan “penyusutan” yang dimaksud di atas.
2.2 Sumber Daya Manusia
2.2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Gagasan pembentukan sumber daya manusia adalah benar-benar baru. Pengertian sumber daya manusia adalah manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembentukan sumber daya manusia karenanya dikaitkan dengan investasi pada manusia dan pengembangannya sebagai suatu sumber yang kreatif dan produktif.
Para ekonom berpendapat bahwa langkanya investasi pada sumber daya manusia merupakan penyebab lambannya pertumbuhan negara terbelakang. Tanpa mengembangkan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan maka produktifitas akan merosot. Karena itu, sumber daya manusia diperlukan untuk menyiapkan tenaga-tenaga pemerintahan yang semakin penting unuk memperkenalkan sistem baru penggunaan lahan dan metode baru pertanian, untuk membangun peralatan baru komunikasi, untuk melaksanakan industrialisasi dan untuk membangun sistem pendidikan. Dengan kata lain, pembaruan atas proses
(31)
proses perubahan dari masyarakat statis atau tradisional, memerlukan sejumlah besar sumber daya manusia.
2.2.2 Masalah Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia akhir-akhir ini menjadi perhatian para pakar ilmu ekonomi. Banyak Negara industri maupun Negara industri baru memusatkan perhatiannya pada investasi sumber daya manusia. Seperti pernah dituturkan oleh Harry Oshima bahwa Negara-negara asia timur berkembang lebih cepat dibandingkan dengan Negara-negara asia tenggara (kecuali Singapura) disebabkan oleh perbedaan tingkat kualitas manusianya.
Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu ekonomi mengalami perubahan orientasi, karena memperlihatkan objek bahasan baru tentang pentingnya pembentukan sumber daya manusia dalam proses pembangunan. Faktor manusia yang sulit dikuantifikasi kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi dan banyak diabaikan oleh kelompok ekonom klasik maupun struktulis, ternyata memainkan peranan kunci. Theodore Schultz, pakar ilmu ekonomi pemenang nobel, memulai kajian tentang sumber daya manusia ini sejak tahun 1960-an, yang menekankan pentingnya pembentukan sumber daya manusia dalam pembangunan.
Kekurangan mendasar dalam sumber daya manusia inilah yang biasa dijumpai di negara tengah berkembang pada umumnya. Biasanya Negara-negara tengah berkembang mengalami dua masalah pokok dalam pembangunan ekonomi. Pertama, kekurangan tenaga-tenaga ahli di sektor modernnya dan kedua, kelebihan tenaga kerja di sektor tradisional maupun sektor modernnya.
(32)
Seperti dikemukakan oleh Harbison, kekurangan tenaga kerja berkeahlian biasanya mudah dideteksi dalam beberapa kategori, antara lain sebagai berikut:
• Di kebanyakan Negara sedang berkembang kekurangan tenaga ahli biasanya terlihat pada bidang-bidang yang sangat diperlukan seperti ilmuwan, insinyur, dokter dan beberapa ahli lainnya.
• Biasanya juga terlihat adanya kekurangan teknisi dan tenaga lapangan. Ini biasanya lebih kritis, karena pemuda di Negara berkembang tidak terbiasa kerja keras di lapangan.
• Kekurangan tenaga profesional di bidang manajemen dan administrasi baik di sektor swasta maupun sektor pemerintah.
Ketiga masalah inilah yang dinilai menjadi bagian paling kritis dalam proses pembangunan di Negara-negara dunia ketiga. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengembangkan proses akumulasi sumber daya manusia, dalam arti menambah jumlah dan kualitas orang-orang yang ahli, berketerampilan, berpendidikan, berpengalaman pada bidang-bidang yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Ini sulit dilakukan dan tampaknya tidak relevan untuk memacu perkembangan secepat itu mengingat keadaan sumber daya manusia negara-negara sedang berkembang masih terbelakang. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun pertumbuhan kualitas sumber daya manusia baik dari segi keterampilan (skill) maupun budaya kerjanya (culture of work). Yang pertama bisa dibangun dengan mengembangkan training yang efektif, sedangkan yang
(33)
kedua dikembangkan dengan pembangunan pendidikan formal maupun non formal dan pembangunan politik secara umum.
Kualitas sumber daya manusia menjadi faktor yang menerangkan mengapa suatu Negara dapat berkembang pesat. Misalnya ketika ilmu pengetahuan berkembang sangat lambat di lingkungan masyarakat, maka kualitas penduduknya akan senantiasa rendah.
Harbison berpendapat bahwa agar investasi di bidang pendidikan lebih berdaya guna bagi pertumbuhan yang cepat, kepada pria dan wanita harus diberikan rangsang yang memadai untuk melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan produktif untuk mempercepat proses modernisasi. Status dan gaji yang diberikan kepada para pekerja harus sesuai dengan kebutuhan perekonomian.
Beberapa masalah pengembangan sumber daya manusia di Negara-negara sedang berkembang diantaranya:
• Penduduk yang tumbuh dengan pesat
• Pengangguran yang meningkat di sektor perekonomian modern dan meluasnya pengangguran pada pertanian tradisional
• Langkanya tenaga manusia dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi pembangunan nasional
• Organisasi dan lembaga yang tidak memadai untuk memobilisasi usaha manusia
• Kurangnya rangsangan bagi masyarakat untuk melibatkan diri pada kegiatan tertentu
(34)
Salah satu masalah yang paling penting di bidang pengembangan sumber daya manusia adalah dalam bidang pendidikan. Para ahli ekonomi menyarankan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Tingkat Pengembalian
Pendidikan sebagai suatu investasi mempunyai dua komponen yaitu komponen konsumsi masa depan dan komponen penghasilan masa depan. Investasi di bidang keterampilan dan pengetahuan menaikkan penghasilan masa depan, sementara kepuasan yang diperoleh dari pendidikan merupakan komponen konsumsi. Jadi dalam menghitung pengembalian investasi di bidang pendidikan, komponen penghasilan masa depan harus benar-benar diperhatikan. Metode yang dipakai berdasarkan perbandingan antara penghasilan hidup rata-rata orang yang lebih bependidikan dengan orang-orang yang kurang berpendidikan, yang bekerja dengan prrofesi yang sama.
2. Kriteria Sumbangan Pendidikan Pada Pendapatan Nasional
Menurut kriteria ini, investasi di bidang pendidikan ditentukan oleh sumbangannya dalam menaikkan pendapatan nasional bruto. Schultz menelaah sumbangan pendidikan pada perumbuhan nasional di Amerika Serikat dari tahun 1900 sampai dengan 1956 adalah 33,5 lebih banyak daripada investasi fisik. 3. Peran Sumber Daya Manusia
Faktor manusia diakui sebagai faktor yang dominan mempengaruhi setiap aspek pembangunan. Harry Oshima menilai bahwa Indonesia di satu sisi kurang menguntungkan dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya karena tingkat
(35)
pendidikan yang relatif rendah. Di Asia timur, seperti Jepang dan Korea selatan, faktor pendidikan memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Di Negara-negara sedang berkembang, sumber daya manusia, khususnya yang berkenaan dengan keterampilan dan pengetahuan sering tidak dipandang sebagai bentuk kekayaan. Padahal menurut Schumacher, sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam pembangunan. Karena betapa pentingnya sumber daya manusia dan peningkatan kualitassnya, Schultz mempelopori agar sumber daya manusia dijadikan salah satu bentuk modal dalam ilmu ekonomi.
1. Pendidikan
Profil Pendidikan
Pendidikan adalah berkenaan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian dan keterampilan dari manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan. Karena kontribusinya yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi, maka pendidikan dikatakan sebagai modal manusia.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis pendidikan yatu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
1. pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, Dan pendidikan formal ini dapat dikembangkan secara berkelanjutan baik di dalam maupun di luar sekolah.
2. pendidikan nonformal dapat dipandang sebagai program pendidikan yang terorganisasi yang berlangsung di luar sekolah. Biasanya program pendidikan nonformal ini waktunya lebih pendek, difokuskan pada program pendidikan yang lebih sempit, dan lebih terkait dengan
(36)
pengetahuan aplikasi daripada yang terdapat pada program pendidikan formal.
3. pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung di luar kerangka lembaga pendidikan formal maupun di luar program pendidikan yang terorganisasi. Dalam hal ini orang-orang mempelajari berbagai hal yang penting di rumah, di tempat kerja dan di lingkungan masyarakat.
Mekanisme kelembagaan utama dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan adalah sistem pendidikan formal. Perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dipandang merupakan kunci utama dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Semakin meningkat pendidikan semakin cepat terjadinya proses pembangunan untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi. Namun demikian, perluasan dan kesempatan sistem pendidikan formal perlu diprogramkan dan dilaksanakan secara terarah sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan nasional.
Di banyak negara berkembang masalah pokok yang dihadapi di bidang pendidikan adalah:
• kekurangan tenaga kerja professional, seperti insinyur, manajer dan dokter
• kekurangan tenaga kerja professional di atas terjadi karena berbagai hal, antara lain tidak cukupnya jumlah lembaga yang mendidik tenaga professional itu secara memadai.
(37)
Kekurangan yang kritis akan tenaga teknis, guru, perawat dan sebagainya karena jumlah teknisi yang diperlukan jauh lebih banyak daripada julah tenaga kerja professional dan jumlah tenaga kerja berkualifikasi untuk memasuki lembaga teknis yang lebih menyukai masuk perguruan tinggi. Dan dalam hal ini terdapat permasalahan kurangnya persiapan dan kurangnya fasilitas yang diperlukan.
o Ilmu ekonomi tentang pendidikan
Pendidikan yang diterima seseorang, disamping banyak dipengaruhi oleh faktor yang melatarbelakangi, sebagian besar dapat dipandang ditentukan oleh permintaan dan penawarannya. Dari sisi permintaan terdapat dua hal penting yang paling berpengaruh terhadap jumlah pendidikan yang diinginkan, yaitu harapan bagi seorang murid yang didik untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik pada masa yang mendatang dan biaya pendidiakn yang harus dikeluarkan oleh murid atau keluarga yang bersangkutan.
Dari sisi penawaran, jumlah sekolah pada tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi ditentukan oleh proses atau pertimbangan politis, yang sering kali tidak banyak sangkut pautnya dengan pertimbangan ekonomi. Namun penawaran atau penyediaan sekolah oleh pemerintah ditentukan oleh keterbatasan anggaran pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan, dan pada akhirnya akan dipengaruhi pula oleh permintaan agregat masyarakat terhadap pendidikan.
Permintaan akan pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern pada dasarnya ditentukan oleh kombinasi dari variabel-variabel berikut:
(38)
1. Perbedaan tingkat upah
2. Ini terutama berkaitan dengan perbedaan upah atau tingkat penghasilan antara sektor modern dengan sektor tradisional
3. Kemungkinan keberhasilan mendapatkan pekerjaan di sektor modern 4. Biaya-biaya pendidikan individual yang bersifat langsung, misalnya uang
sekolah, biaya pembelian buku dan sebagainya. 5. Biaya-biaya pendidikan tidak langsung
Di negara-negara berkembang, biaya-biaya sosial dari pendidikan meningkat cepat dengan semakin banyaknya para murid yang ingin mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Yang dimaksud dengan biaya sosial pendidikan disini adalah biaya oportunitas yang harus ditanggung masyarakat seluruhnya sebagai akibat dari keiinginannya untuk meningkatkan besarnya pembiayaan dan perluasan pendidikan yang mahal dengan dana yang mungkin dapat lebih produktif jika seandainya digunakan pada bidang atau sektor ekonomi lainnya. Sedangkan biaya pribadi disini adalah biaya yang ditanggung langsung oleh si anak didik.
2. Kesehatan dan pertumbuhan ekonomi
Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi bahwa konsumen mempunyai cukup informasi untuk melakukan pemilihan barang yang akan dikonsumsi secara optimal dalam mencapai utiliti maksimum, namun model tersebut tidak berlaku secara sempurna pada pasar pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi arena karakteristik komoditi kesehatan yaitu ketidaksempurnaan informasi, keterbatasan pengetahuan (lack of knowledge), ketidakpastian permintaan, monopoli penawaran, tidak pernah homogen, efek eksternalitan dan asing
(39)
(non-excludeability), bahaya moral dan tergolong barang mutu jasa atau merit goods (Tjipto dan Soesetyo,1994).
Membicarakan kesehatan tidak hanya mempersoalkan pelayanan kesehatannya saja, melainkan akan berkaitan dengan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pemerintah harus bertindak mengatur pasar komoditi kesehatan guna menghindarkan konsumen menanggung kerugian besar akibat kerugian dalam melakukan pemilihan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan.
Tjiptoherijanto (1994) menyatakan bahwa secara umum sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, swasta, lembaga komersil dan pengeluaran langsung oleh rumah tangga. Porsi terbesar dari segi kuantitas pembiayaan kesehatan secara nasional berasal dari pengeluaran langsung oleh rumah tangga. Program-program di bidang kesehatan dan pendidikan lebih berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Ketenagakerjaan
* Pengertian Ketenagakerjaan
Yang dimaksud dengan tenaga kerja dalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun) yang secara potensial dapat bekerja. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Sedangkan yang tergolong bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, ibu rumah tangga dan golongan lain-lain penerima pendapatan.
(40)
• Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus
• Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintahan atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja, petani-petani yang tidak bekerja karena sedang menunggu panenan dan orang-orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang pangkas dan sebagainya
Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok penganggur dalah mereka yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.
• Tingkat partisipasi angkatan kerja
Tingkat partisipasi kerja (TPK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. TPK adalah jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama.
TPK =
Semakin besar TPK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama. Sebaliknya semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja, semakin kecil angkatan kerja, dan akibatnya semakin kesil TPK.
(41)
Dengan demikian terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi TPK, antara lain:
- Jumlah penduduk yang masih bersekolah - Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga - Umur
- Tingkat upah - Tingkat pendidikan
o Permintaan dan Penawaran Kerja 1. Permintaan Tenaga Kerja
Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja. Kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang seorang pengusaha bersedia untuk mempekerjakannya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.
Gambar 1
Kurva permintaan tenaga kerja
U
TK DTK
(42)
Kita dapat mengidentifikasikan determinasi permintaan: - Tingkat upah
Tingkat upah merupakan biaya kurva diperhitungkan untuk titik optimal kuantitas TK yang akan digunakan. Makin tinggi tingkat upah, semakin sedikit jumlah tenaga kerja yang diminta (cateris paribus), demikian juga sebaliknya.
- teknologi
kemampuan menghasilkan tergantung teknologi yang dipergunakan. Makin efektif teknologi makin besar artinya bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasikan kemampuannya.
- produktifitas
produktifitas tergantung modal yang dipakai. Keleluasaan modal yang dipakai akan menaikkan produktifitas tenaga kerja.
- Kualitas tenaga kerja
Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja merupakan indeks kualitas tenaga kerja.
2. Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Jumlah tenaga kerja yang disediakan bagi perekonomian tergantung pada jumlah penduduk, persentase jumlah penduduk yang memilih masuk angkatan kerja, jumlah jam kerja yang ditawarkan.
(43)
2.3.Pembentukan Modal
2.3.1 Pengertian dan jenis-jenis pembentukan modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Menurut Nurske, “pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan seluruh kegiatannya saat ini sekedar unutk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang-barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya” pembentukan modal ini disebut juga dengan investasi.
Dalam ekonomi pembangunan, investasi ini lebih banyak ditinjau dari segi prouktifitasnya. Dalam hubungan ini barang-barang modal dapat diklasifikasikan:
1. Economic directly productive capital, yaitu barang-barang modal yang secara langung dapat menghasilkan produksi, seperti bangunan pabrik, lahan pertanian, mesin-mesin dan lain-lain.
2. Economic overhead capital yaitu barang-barang yang menjadi dasar atau landasan bagi perekonomian yang secara tidak langsung dapat menghasilkan produksi, seperti fasilitas transportasi, pelabuhan, saluran irigasi dan lain-lain.
3. Social overhead capital yaitu barang-barang modal yang menjadi dasar atau sarana penting bagi keperluan masyarakat yang secara tidak langsung bermanfaat dalam usaha meningkatkan produksi, seperti perumahan, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
(44)
Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam pembentukan modal atau investasi, yaitu:
1. Expected Return
Yaitu hasil yang diharapkan dari suatu pebentukan modal tertentu. Hal ini logis bagi investor yang mengiginkan hasil di masa mendatang dari tindakan penanaman modal. Hasil yang diharapkan dari suatu pembentukan modal sering disebut MEC (Marjinal Efficiency of Capital). Jika MEC lebih tinggi dari tingkat bunga (i) maka kecenderungan menanam modal tinggi. Sebaliknya apabila interest lebih tinggi dari MEC, maka investor tidak akan tertarik untuk menanamkan modalnya.
2. Return and Risk
Yaitu tindakan yang tidak terlepas dari hasil perhitungan hasil dan resiko. Dalam pembentukan modal, investor sangat peka terhadap return dan risk. Seandainya investor tahu dan sadar bahwa resiko penanaman modal saat ini jauh lebih besar daripada hasil yang akan diraih, disebabkan tingginya tingkat inflasi yang dapat mengurungkan niat investor untuk menanamkan modalnya.
3. The Time Factor
Jangka waktu pembentukan modal merupakan unsur penting bagi seorang investor. Oleh karena itu dalam melakukan pembentukan modal, investor harus mempertimbangkan apakah pembentukan modal tersebut bersifat jangka panjang, menengah atau pendek, dan hasil yang diperoleh apakah lama atau tidak.
Menurut Schumpeter, pembentukan modal dibagi dalam dua jenis yaitu: 1. Autonomoust Invesment (pembentukan modal otonom)
(45)
Yaitu pembentukan modal yang dilakukan bukan berdasarkan besar kecilnya pendapatan nasional. Walaupun pendapatan nasional rendah, pembentukan modal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat bunga, teknologi, ramalan masa mendatang, keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Malah pembentukan modal ini ditujukan untuk menaikkan pendapatan nasional. 2. Inducement Invesment (pembentukan modal terpengaruh)
Yaitu pembentukan modal yang tergantung pada besar kecilnya pendapatan nasional. Jadi apabila pendapatan nasional (Y) naik, maka penanaman modal (I) akan meningkat. Adanya peningkatan pendapatan nasional tentunya akan menaikkan konsumsi masyarakat yang berarti daya beli (D) masyarakat naik sehinga menjadi dorongan bagi pengusaha untuk melakukan penanaman modal. Fungsi pembentukan modal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Hubungan antara investasi dengan pendapatan nasional
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pembentukan modal meliputi hal-hal antara lain seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang dan perbelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk
I = f (Y) I
(46)
mendirikan tempat tinggal dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi.
2.3.2 Masalah Pembentukan Modal
Di negara berkembang, tingkat pembentukan modal umumnya rendah. Alasannya karena negara tersebut kekurangan faktor yang menentukan pembentukan modal. Alasan pokok rendahnya tingkat pembentukan modal adalah sebagai berikut:
• Pendapatan rendah
Tabungan yang besar penting bagi pembentukan modal, dan tabungan bergantung pada besarnya pendapatan.
• Kependudukan
Negara berkembang memiliki permasalahan penduduk yang membuat laju pembentukan modal tetap rendah. Laju pertumbuhan penduduk sangat tinggi, sedangkan di lain pihak pendapatan perkapita rendah.
• Kekurangan wiraswasta
Kurangnya kemampuan wiraswasta merupakan faktor lain penyebab rendahnya laju pembentukan modal di negara terbelakang.
• Ketimpangan dalam distribusi pendapatan
Ketimpangan di dalam distribusi pendapatan turut menjadi penyebab rendahnya laju pembentukan modal.
(47)
• Pasar sempit
Pasar yang sempit merupakan alasan penyebab rendahya laju pembentukan modal. Pasar sempit merupakan penghalang bagi tumbuhnya usaha dan inisiatif. Dengan demikian, pasar yang sempit menghalangi investasi karena pasar domestik mempunyai kemampuan yang terbatas untuk menyerap penawaran suatu produk baru.
• Keterbelakangan ekonomi
Keterbelakangan ekonomi juga merupakan penyebab rendahnya laju pembentukan modal. Efisiensi buruh yang rendah, spesialisasi dan aktifitas berusaha yang terbatas, mencegah naiknya laju pembentukan modal.
• Keterbelakangan teknologi
Keterbelakangan teknologi juga menghalangi laju pembentukan modal. Sebagai akibat dari rendahnya teknik memproduksi, produktifitas per unit buruh dan produktifitas per unit modal tetap rendah.
Proses pembentukan modal menyangkut tiga langkah, yaitu meningkatkan volume tabungan nyata, mengerahkan tabungan melalui lembaga kredit dan keuangan dan menginvestaikan tabungan adapun yang menjadi sumber pembentukan modal adalah sumber internal dan eksternal. Yang menjadi sumber internal adalah kenaikan pendapatan nasional, penggalakan tabungan, pendirian lembaga keuangan, tabungan desa dan sebagainya. Sedangkan sumber eksternal adalah bantuan luar negeri, pembatasan import dan lain-lain.
(48)
2.3.4 Teori Pembentukan Modal
a. Teori Investasi Keynes
Jhon Maynard Keynes mendasarkan teori tenteng permintaan investasi atas konsep efisiensi marjinal kapital ( Marginal Efficiency of Capital atau MEC). MEC dapat didefinisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang diharapkan atas pengeluaran kapital tambahan. Tepatnya MEC adalah tingkatan diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan di masa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan. Investasi akan dilakukan jika tingkat perolehan bersih yang diharapkan lebh besar daripada biaya peminjaman dana atau tingkat bunga atau jika MEC > i. sedangkan hubungan antara permintaan investasi dan tingkat bunga oleh Keynes dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
I = f(i)
Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan di halaman selanjutnya
Gambar 3
Kurva permintaan investasi
Tingkat bunga (i)
Investasi (I) i1
i2
(49)
Dalam gambar di atas terlihat bahwa apabila tingkat bunga turun misalnya dari i1 ke i2 akan menyebabkan permintaan investasi meningkat dari i1 ke i2, dan hal yang sebaliknya akan berlaku kalau tingkat bunga mengalami kenaikan.
b. Teori Akselerator
Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara permintaan akan barang modal (capital goods) dan permintaan akan produk akhir (final produk), dimana permintan akan barang modal dilihat sebagai permintaan turunan dari permintaan akan barang atau produk akhir.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, teori tersebut mulai dengan mengasumsikan adanya capital-output ratio (COR) yang tertentu, yang ditentukan oleh kondisi teknis produksi.
c. Teori neo klasik
Menurut teori ini, stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output. Harga jasa kapital bergantung pada harga barang-barang modal, tingkat bunga dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Teori ini mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu dari stok kapital yang diinginkan.
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian memfokuskan kajian pada tiga variabel bebas yaitu akumulasi modal fisik tahun sebelumnya (X1(t-1)), pengeluaran pemerintah di sektor
pendidikan dan kesehatan tahun sebelumnya (X2(t-1)), jumlah angkatan kerja (X3)
yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan PDRB Sumatera Utara.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung melalui hasil laporan-laporan dari suatu penelitian. Disamping itu data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti: buletin penelitian, jurnal, majalah dan buku bacaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang berkurun waktu 24 tahun (1984-2007).
3.3 Metode dan teknik pengumpulan data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library search) yaitu penelitian yang dilakukan dengan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, dan laporan-laporan penelitian ilmiah yang memiliki hubungan dengan topik yang diteliti.
(51)
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series dalam kurun waktu selama 24 tahun (1984-2007).
3.4 Model Analisis Data
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Variabel-variabel tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk fungsi, kemudian selanjutnya dibuat persamaan regresinya.
Y = f (X1(t-1), X2(t-1), X3)...( 1 )
Kemudian fungsi di atas ditransformasikan ke dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi liniear berganda dalam bentuk model distributed lag sebagai berikut:
logY = α + β1X1(t-1) + β2X2(t-1) + β3X3 + μ ……….( 2 )
dimana:
Y = produk domestik regional bruto sumatera utara (milyar rupiah) α = intercept / konstanta
X1(t-1) = pembentukan modal fisik tahun sebelumnya (milyar Rupiah)
X2(t-1) = Investasi yaitu pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan tahun sebelumnya (milyar Rupiah)
X3 = Angkatan kerja produktif berpendidikan menengah dan tinggi
β1,β2,β 3 = Koefisien Regresi
(52)
3.5 test of goodnes of fit
3. 5. 1 Koefisien Determinasi (R²)
Uji ketepatan perkiraan (R²) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi R² merupakan besaran nilai non negatif. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan 1 (0 ≤R²≤1). Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan pekiraan model.
3. 5. 2 Uji F (Overall Test)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesa yang dipakai sebagai berikut:
• Ho: b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
• Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Cara menentukan kriteria dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen begitu pula sebaliknya.
(53)
3. 5. 3 Uji t (Partial Test)
Uji statistik t (uji parsial) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut:
• Hipotesis nol atau Ho: bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
• Hipotesis alternatif atau Ha: bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka menolak Ho dan menerima Ha artinya ada pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan adalah α = 1 %, α = 5%, α = 10 %, dan begitu pula sebaliknya.
3. 6. Uji Asumsi Klasik 3.6.1 Multikoliniearity
Multikoliniearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikoliniearity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung, serta standar error.
Adanya multikoliniearity ditandai dengan: a. Standar error tidak terhingga
b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α =10%, α = 1%
(54)
c. Terjadi perubahan tanda atau berlawanan dengan teori
d. R² sangat tinggi
3.6.2 Autokorelasi (Serial Correlation)
Serial correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.
Autokorelasi terjadi bila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variable (ei.ej) ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa terdapat masalah autokorelasi. Untk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan melalui uji Langrange Multiplier (LM test), yaitu degan membandingkan antara nilai hitung dengan nilai tabel, dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
• jika nilai hitung > tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan ditolak.
• jika nilai hitung < tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan tidak dapat ditolak.
(55)
3.7 Definisi operasional
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah PDRB sumatera utara berdasarkan harga konstan, yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
2. pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di sektor pendidikan dan sektor kesehatan di Sumatera Utara, yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
3. angkatan kerja adalah jumlah angkatan kerja produktif di sumatera utara yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah dimulai dari SLTP sampai dengan tingkat Sarjana, dinyatakan dalam jiwa.
4. akumulasi modal fisik adalah nilai pembentukan modal fisik di Sumatera Utara, yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
(56)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Deskriptif daerah penelitian
4.1.1. Gambaran umum propinsi Sumatera Utara a) Lokasi dan Kondisi geografis
Propinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 1˚- 4˚LU dan 98˚ - 100˚ BT dengan luas 71.680 km2 atau terbesar ke tujuh dari luas wilayah RI. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh tiga propinsi dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan Riau
- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
- Sebelah Timur berbatasan dengan selat Malaka
b) Kondisi iklim dan Topografis
Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, propinsi Sumatera Utara memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78˚ - 91˚ per tahun dengan curah hujan kurang lebih 1800 – 4000 mm per tahun dan penyinaran matahari 43%. Sebagaimana propinsi lain, musim hujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret dan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober, diantara kedua musim ini diselingi oleh musim pancaroba. Ketinggian permukaan dataran propinsi Sumut sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar,
(57)
hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas dapat mencapai 35˚C. sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada ketinggian yang suhu minimalnya dapat mencapai 14˚C.
c) Kondisi demografis
Sumut merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yang dihuni oleh penduduk dari beragam suku seperti Batak, Melayu, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan menganut berbagai macam agama yaitu Kristen, Islam, Hindu, Budha dan beberapa aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap sensus penduduk (SP) 2000, penduduk Sumut berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia) dengan pertumbuhan 1,20% per-tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan hasil sementara pendaftaran pemilih dan pendaftaran penduduk (P4). Dari jumlah tersebut paling banyak bertempat tinggal di kabupaten Deli Serdang (2,05 juta jiwa) dan kota medan (1,98 juta jiwa). Berdasarkan hasil sensus penduduk 2000 etnis terbesar yang mendiami Sumut adalah suku yang berasal dari Jawa ( Betawi, Banten, Sunda, Jawa, Madura) sebanyak 33,40% kemudian suku Batak Tapanuli / toba 25,65% dan Mandailing 11,02%. Sebagian besar penduduk Sumut menganut agama Islam (65,45%) Kristen katholik dan Protestan (31,40%).
(58)
d) Potensi wilayah
Wilayah Sumut memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian yang mampu menunjang pertumbuhan sektor industri. Selain itu, Sumut juga memiliki wilayah laut, danau dan sungai sebagai potensi perikanan dan perhubungan. Potensi keindahan alam yang ada juga menjadi salah satu modal yang dapat dikembangkan untuk medorong berkembangnya industri pariwisata.
Di dalam wilayah Sumut sendiri terkandung berbagai bahan galian dan tambang, seperti: kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, emas, batu bara, minyak, dan gas bumi. Kegiatan perekonomian yang terpenting dan yang mendominasi di Sumut adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumut adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang dalam negeri dan ekspor yang meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil dan kerajinan.
Posisi strategis wilayah Sumut dalam jalur perdagangan internasional ditunjang oleh adanya beberapa peabuhan udara dan pelabuhan laut yaitu pelabuhan uadara Polonia, Pinang Sori, Binakka, Aek Godang, pelabuhan laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik. Disamping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa seperti fasilitas perbankan, jasa perdagangan dan telekomunikasi seperti telepon, faksimile, pos
(59)
dan giro, telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagaian besar wilayah kecamatan.
4.1.2. Perkembangan ekonomi Sumatera Utara a) Gambaran umum
meredanya tekanan inflasi sepanjang tahun 2007 memberi dukungan bagi peningkatan kinerja perekonomian. Pada tahun 2007 kinerja perekonomian Sumatera Utara mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2003 pertumbuhan ekonmi Sumatera Utara hanya mncapai 4,81% maka di tahun 2007 meningkat menjadi 6,90%. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara lebih tinggi dari kinerja perekonomian nasional yang mencapai 6,3%
pencapaian peningkatan kinerja perekonomian Sumatera Utara sepanjang tahun 2007 diukung oleh meningkatnya kinerja seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada sektor bank dan lembaga keuangan yang tumbuh sebesar 12,43 %, disusul oleh sektor angkutan dan komunkasi sebesar 9,90 % dan sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 9,78%.
Meskipun seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif, namun karena distribussi sektor industri pengolahan dan pertanianyang merupakan penyumbang terbesar dalampertumbuhan ekonomi di propinsi Sumatera Utara, maka melambatnya kinerja pada kedua sektor ini akan mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2006 sektor pertanian mencapaipertumbuhan sebesar 2,40% dan sektor industi pengolahan sebesar 5,47 %, sedangkan pada tahun 2007 kinerja sektor pertanian tercatat sebesar 4,98% dan sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,09%.
(60)
Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan lebih kecil dari tahun sebelumnya adalah sektor listrik, gas dan air minum. Jika pada tahun 2006 tercatat sebesar 3,08% maka pada tahun 2007 kinerjanya hanya tumbuh sebesar 0,22%. Setor ekoomi lainnya yang mengalami perlambatan adaah sektor bangunan dan sektor angkutan dan komunikasi. Sektor bangunan pada tahun 2007 hanya mencapai pertumbuhan sebesar 7,78%, lebih rendah daripada pencapaian pada tahun 2006 sebesar 10,33%. Sektor angkutan dan komunikasi pada tahun 2007 mencapai petumbuhan sebesar 9,90% lebih rendah dari pencapaian tahun 2006 sebesar 11,9%.
Sementara sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan lebih besar dari tahun sebelumnya antara lain adalah sektor pertambangan dan penggalian meningkat menjadi 9,78% dari pencapaian 4,17% di tahun 2006. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tercatat tumbuh sebesar 7,55% di tahun 2009 dari 6,95% pada tahun 2006.
Tabel 4.1
Struktur perekonomian Sumatera Utara 2003-2007 (%)
No Lapangan usaha 2003 2004 2005 2006 2007 1 Pertanian 24,94 24,47 23,98 22,33 22,56 2 Pertambangan dan
penggalian
1,18 1,17 1,23 1,27 1,33
3 Industripengolahan 25,27 25,36 25,47 25,68 25,04 4 Listrik, gas dan air
minum
(61)
5 Bangunan 5,48 5,70 5,82 5,86 5,80 6 Perdagangan, hotel
dan restoran
18,48 18,51 18,69 18,92 19,17
7 Angkutan dan komunikasi
7,43 8,03 8,44 8,94 9,00
8 Bank dan lembaga keuangan
5,99 6,09 5,98 6,06 6,37
9 Jasa-jasa 9,54 9,42 9,15 9,76 9,70 Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara
b) Keuangan daerah
Realisasi penerimaan Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar 2.737,8 milyar Rupiah, yang terdiri atas PAD sebesar 1.503,0 milyar Rupiah dan penerimaan dana perimbangan sebesar 921,8 milyar Rupiah, dan sisanya berasal dari penerimaan lainnya. Adapun realisasi pengeluaran rutin pada tahun tersebut adalah 1.371,1 milyar Rupiah. Pengeluaran terbanyak tercatat sebesar 2.550,1 milyar Rupiah untuk pembayaran belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, yang berarti 40,12% dari seluruh pengeluaran rutin. Sementara itu realisasi pengeluaran anggaran pembangunan Sumatera Utara pada tahun anggaran 2007 mencapai 1.680,48 milyar Rupiah. Sedangkan tahun anggaran 2005 nilainya hanya 1.290,12 milyar Rupiah.
(62)
Tabel 4.2
Realisasi penerimaan dan pengeluaran pemerintah propinsi Sumatera Utara 2001-2007
(milyar Rupiah)
Tahun Penerimaan Pengeluaran Sisa
2001 1.066,8 916,2 150,6
2002 1.179,9 1.021,3 158,6
2003 1.572,0 1.352,0 220,0
2004 1.882,7 1.501,5 381,2
2005 1.909,8 1.830,6 245,7
2006 2.517,3 2.184,7 332,6
2007 2.737,8 2.717,9 19,9
Sumber: Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera Utara
c) Perkembangan PDRB Sumatera Utara
PDRB propinsi Sumatera Utara atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun 2007 sebesar Rp 181.819,74 milyar Rupiah. Sektor industri masih berperan sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 25,04%. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian (22,56%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,17%). Sementara sektor-sektor lainnya memberikan total kontribusi sebesar 33,23% terhadap perekonomian di Sumatera Utara.
Tabel 4.3
Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga berlaku Menurut lapangan usaha tahun 2005-2007
(milyar Rupiah)
No lapangan usaha 2005 2006 2007
1 Pertanian 33.486,11 35.807,65 41.010,15
2 Pertambangan dan penggalian 1.717,54 2.039,25 2.404,92
3 Industri 35.555,03 41.192,51 45.531,18
(63)
5 Bangunan 8.128,89 9.400,43 10.548,46 6 Perdagangan, hotel & restoran 26.094,92 30.340,34 34.846,21 7 Pengangkutan, komunikasi dan
transportasi
11.783,14 14.339,08 16.363,69 8 Keuangan, asuransi, usaha
persewaan bagunan dan tanah, jasa perusahaan
8.350,74 9.752,73 11.587,85
9 Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
12.779,87 15.651,98 17.629,72 PDRB 139.618,31 160.376,80 181.819,74 Sumber: Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera Utara
Untuk melihat produktifitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara tahun 2007 sebesar Rp 99.792,27 milyar. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,43%, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,90% serata sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,78%. Secara keseluruhan, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 6,90% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tabel 4.4
Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga konstan Menurut lapangan usaha tahun 2005-2007
(milyar Rupiah)
No lapangan usaha 2005 2006 2007
1 Pertanian 22.191,30 22.724,49 23.856,15
2 Pertambangan dan penggalian 1.074,75 1.119,58 1.229,05
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE
Deliarnov, 2003, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Hasibuan, Sayuti, 1996, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: LP3ES
Indonesia
Jhingan, M.L, 1996, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: PT
Rajawali
Pers
Kelana, Said,1996, Teori Ekonomi Makro, Jakarta: Rajawali Pers
Nachrowi, 2002, Penggunaan Teknik Ekonometrik, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Simanjuntak, Payaman,1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Jakarta:
FE
UI
Tjiptoherijanto,Priyono,1996, Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan
Nasional,
Jakarta: FE UI
Todaro, Michael,1995, Ekonomi Untuk Negara Berkembang, Jakarta: Bumi Aksar
Widodo, Triyanto, Suseno,1990, Indikator Ekonomi,Yogyakarta: Kanisius
Badan Pusat Statistik : Sumatera Utara Dalam Angka
Badan Pusat Statistik : Keadaan Angkatan Kerja Sumatera Utara
(2)
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil estimasi
Dependent Variable: LYMethod: Least Squares Date: 03/11/09 Time: 07:28 Sample(adjusted): 1985 2007
Included observations: 23 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 14.95293 0.372338 40.15957 0.0000
X1-1 6.48E-09 3.33E-09 1.945501 0.0667 X2-1 0.021243 0.007783 2.729259 0.0133
AK 4.60E-07 2.34E-07 1.962137 0.0646
R-squared 0.812339 Mean dependent var 16.61728 Adjusted R-squared 0.782709 S.D. dependent var 1.008547 S.E. of regression 0.470130 Akaike info criterion 1.485154 Sum squared resid 4.199414 Schwarz criterion 1.682631 Log likelihood -13.07927 F-statistic 27.41552 Durbin-Watson stat 0.789227 Prob(F-statistic) 0.000000
(3)
Lampiran 2
Serial Correlation LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 5.364140 Probability 0.015630
Obs*R-squared 8.898873 Probability 0.011685 Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/22/09 Time: 14:14
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.009788 0.308742 -0.031702 0.9751 X1-1 -3.12E-09 3.49E-09 -0.892735 0.3845 X2-1 -0.001766 0.006481 -0.272503 0.7885
AK 5.36E-08 1.95E-07 0.274543 0.7870
RESID(-1) 0.711498 0.234214 3.037803 0.0074 RESID(-2) -0.054919 0.296880 -0.184988 0.8554 R-squared 0.386908 Mean dependent var -9.99E-16 Adjusted R-squared 0.206586 S.D. dependent var 0.436901 S.E. of regression 0.389164 Akaike info criterion 1.169828 Sum squared resid 2.574629 Schwarz criterion 1.466043 Log likelihood -7.453016 F-statistic 2.145656 Durbin-Watson stat 1.912149 Prob(F-statistic) 0.109145
(4)
Lampiran 3
Uji multikolinearitas
Dependent Variable: X1-1Method: Least Squares Date: 05/22/09 Time: 14:20 Sample: 1984 2007
Included observations: 24
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -32843883 22797096 -1.440705 0.1644 X2-1 -1316930. 423476.5 -3.109807 0.0053
X3 36.22133 13.13692 2.757217 0.0118
R-squared 0.318188 Mean dependent var 17355359 Adjusted R-squared 0.253254 S.D. dependent var 35779339 S.E. of regression 30918527 Akaike info criterion 37.44808 Sum squared resid 2.01E+16 Schwarz criterion 37.59533 Log likelihood -446.3769 F-statistic 4.900147 Durbin-Watson stat 1.260195 Prob(F-statistic) 0.017926
Dependent Variable: X2-1 Method: Least Squares Date: 05/22/09 Time: 14:21 Sample: 1984 2007
Included observations: 24
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -30.84568 7.649775 -4.032233 0.0006 X1-1 -2.39E-07 7.70E-08 -3.109807 0.0053
X3 2.61E-05 3.21E-06 8.133770 0.0000
R-squared 0.776254 Mean dependent var 22.92917 Adjusted R-squared 0.754944 S.D. dependent var 26.63139 S.E. of regression 13.18336 Akaike info criterion 8.112257 Sum squared resid 3649.822 Schwarz criterion 8.259514 Log likelihood -94.34708 F-statistic 36.42811 Durbin-Watson stat 1.531629 Prob(F-statistic) 0.000000
(5)
Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 05/22/09 Time: 14:22 Sample: 1984 2007
Included observations: 24
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1425360. 137650.0 10.35495 0.0000
X1-1 0.007338 0.002661 2.757217 0.0118 X2-1 29082.84 3575.567 8.133770 0.0000 R-squared 0.760071 Mean dependent var 2219558. Adjusted R-squared 0.737221 S.D. dependent var 858478.9 S.E. of regression 440073.5 Akaike info criterion 28.94374 Sum squared resid 4.07E+12 Schwarz criterion 29.09100 Log likelihood -344.3249 F-statistic 33.26296 Durbin-Watson stat 1.643338 Prob(F-statistic) 0.000000
(6)
Lampiran 4
Data variabel skripsi
tahun PDRB harga berlaku
Pembentukan modal fisik
Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan
pembangunan
Angkatan kerja produktif
SLTP-Sarjana
1984 3543662.90 4857.10 1.9 1259477
1985 3698306.83 11088.79 2.4 1206780
1986 3947788.81 27721.2 0.7 1419276
1987 4256757.09 5875.93 1.9 1365991
1988 4824743.1 1035 2.1 1261261
1989 5303044.47 139581.88 2.1 1145879
1990 5934565.89 59878400 2.4 1235168
1991 6364634.08 240867.14 2.3 1504918
1992 6832672 132960.27 2.2 1668455
1993 18215459 92132.72 4.9 1751419
1994 19942023 187634.35 5.5 1825047
1995 21753805.68 60749300 10.2 2010162
1996 23714737.95 100715200 12.7 2122614
1997 25065405 119872900 10.5 2364578
1998 22332689.92 69853000 7.4 3738262
1999 22898424 105716.34 33.6 2661465
2000 24016650 80120.65 44.9 2612450
2001 24911050 519744.66 55.8 2658416
2002 25925360 339603.38 46.5 2857140
2003 27071250 504056.61 60.4 3362318
2004 28588853 532653.58 62.9 3354210
2005 87897790 265674.54 62.5 3352612
2006 93330110 596055.25 67.1 3333370